©Dhee Cassie presents
.
.
.YOU & I
.
.
.Chapter 3
.
.
.***************
Yoochun berjalan hilir mudik dengan gelisah di depan Emergency Room. Sementara Junsu duduk memangku Yoohwan yang tertidur entah sejak kapan.
Lama mereka larut dalam kecemasan masing-masing. Dipikiran mereka hanya ada satu, Yunho.
Setelah Yunho pulang tadi pagi dan bicara dengan Yoochun di kamarnya, dia tiba-tiba pingsan dengan hidung mengeluarkan darah. Yoochun yang tahu kondisi adiknya memburuk, tanpa pikir panjang langsung membawanya ke Rumah Sakit.
"Yoochun-sshi." Yoochun terkesiap dan menghampiri dokter yang memanggilnya barusan.
"Bagaimana keadaan Yunho?" tanya Yoochun yang tidak dapat menutupi kecemasannya.
"Dia sudah sadar, hanya saja kondisinya tidak terlalu baik." terang dokter ber name tag Yoon Doo-joon tersebut.
"Apa dia menanyakan mengenai penyakitnya?" tanya Yoochun masih dengan wajah cemas.
"Tidak, dia samasekali tidak menanyakan tentang hal tersebut. Dia hanya minta agar dapat pulang secepatnya. Tapi anda tahu untuk saat ini, itu bukan ide yang baik." lanjut Doo-joon.
"Apa aku boleh menemuinya?" pinta Yoochun.
"Tentu, silahlan." sahut dokter muda tersebut.
Yoochun kemudian masuk ke ruangan dimana Yunho berada. Disana, dia mendapati adik kesayangannya tersebut tengah berbaring di ranjang rumah sakit dengan wajah pucat. Matanya menatap kosong ke arah langit-langit kamar, sementara tangan kirinya yang dipasangi infus terkulai begitu saja di sisi ranjang.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Yoochun seraya membetulkan letak tangan Yunho.
"..."
"Yunho-ya.."
"Sampai kapan hyung akan berbohong dan memperlakukaku seperti anak kecil?" potong Yunho yang masih menatap hampa ke langit-langit kamar.
"Yunho-ya, aku.."
"Hyung pikir aku takut mati? Begitukah?" kini Yunho menatap tajam pada Yoochun.
"..." Yoochun tidak menyahut, matanya mulai digenangi cairan bening sekarang.
"Terima kasih banyak karena hyung dan Junsu noona telah menjaga dan memperhatikanku selama ini. Tapi aku bukan anak kecil lagi hyung, aku tahu apa yang terjadi pada diriku sendiri. Aku tidak pernah merasa takut karena aku memiliki kalian. Aku tahu aku tidak sendirian menghadapi penyakitku ini. Namun aku merasa sedih karena kalian tidak jujur padaku dan malah memperlakukanku seolah-olah aku bisa mati kapanpun. Aku benci saat kalian memperlakukanku seperti itu!!! Aku benci!!! Aku-"
"Maafkan aku, Yunho-ya. Aku mohon maafkan aku." isak Yoochun seraya memeluk Yunho.
"Aku lupa jika kau sudah dewasa sekarang, di mataku selama ini kau selalu menjadi adik kecilku yang sangat aku sayangi. Saat kau divonis menderita leukimia tujuh tahun yang lalu, akulah yang ketakutan. Aku takut kehilanganmu, aku sangat takut kehilanganmu." tegas Yoochun dengan air mata merebak.
"Sejak kapan kau tahu tentang penyakitmu?" tanya Yoochun setelah dapat mengendalikan dirinya kembali.
"Satu tahun yang lalu." sahut Yunho.