©Dhee Cassie presents
.
.
.YOU & I
.
.
.Chapter 5
.
.
.***************
-Author's POV-
Yoochun berdiri di depan pintu Rumah Sakit. Dia tengah menatap Yunho dari celah kaca yang ada di pintu.
Yoochun menatap sedih pada Yunho yang sedang duduk termenung bersandar pada kepala ranjang. Sudah berhari-hari Yunho seperti itu, diam dan tidak mau bicara pada siapapun. Kondisinya pun semakin memburuk.
"Yeobo.." Yoochun menoleh dan mendapati Junsu di sampingnya.
"Aku tidak tahu harus bagaimana lagi." desah Yoochun dengan mata berkaca-kaca.
"Yunho hanya terkejut dengan kenyataan yang dia hadapi, dia akan mengerti nanti." hibur Junsu.
"Tapi, namja itu..aku melihatnya saat sedang di rumah tua itu.." aku Yoochun.
"Yeobo.." wajah Junsu memucat mendengar penuturan Yoochun tersebut.
"Aku tidak tahu pasti, tapi namja itu menatap Yunho dengan tatapan sedih dan dia juga tersenyum padaku." ungkap Yoochun lagi.
"Selama ini Yunho tidak berhalusinasi, namja itu memang ada. Hanya saja dia berbeda..." Yoochun menatap Junsu lekat-lekat.
"Tapi tetap saja, tidak ada yang dapat kita lakukan untuk Yunho. Bagaimana pun, seperti yang kau katakan tadi, mereka berbeda." Junsu ikut menatap pada Yunho dengan penuh iba.
*************
-Yunho's POV-
Aku terbangun karena merasakan cahaya yang sangat menyilaukan memenuhi ruangan.
Aku mencoba untuk bangkit dan berdiri mendekati jendela dimana sumber cahaya itu berasal seraya memicingkan mataku.
Kuturunkan tanganku yang kugunakan untuk melindungi penglihatanku seiring memudarnya cahaya yang sangat menyilaukan tadi.
"Bear.."
DEG!!
Suara itu...
"Boojae hyung, kaukah itu?" tanyaku menghampiri sosok yang berdiri di samping jendela.
"Maaf..." ucapnya saat aku berdiri tepat di hadapannya.
Kusentuh pipinya dan kususuri wajahnya yang pucat dengan jari-jariku. Dia memejamkan matanya merasakan setiap belaianku.
"Boojae..." panggilku seraya meraih pinggangnya dan menariknya merapat pada tubuhnku.
"Kenapa hyung tidak datang waktu itu?" kutatap mata indahnya yang tergenang cairan bening.
"Kau tahu aku tidak bisa datang..." gumamnya dengan wajah sedih.
"Tapi selama ini, kita.."
"Bear, pada akhirnya kau memang harus tahu siapa diriku yang sebenarnya." tukasnya seraya menangkup wajahku lembut.
Kutatap matanya lekat-lekat tanpa mengatakan sepatah katapun, walau sebenarnya begitu banyak pertanyaan yang ingin aku lontarkan padanya.
"Sejak awal aku tahu aku tidak boleh mendekatimu. Tapi entah kenapa aku tidak kuasa melawan bisikan hatiku. Saat melihatmu begitu rapuh dan sakit, entah mengapa aku terus mendekat padamu. Sampai saat kau hampir terjatuh kala itu, aku tidak tahu kenapa aku bisa menangkapmu. Aku bisa menyentuhmu.." ungkap Boojae-ku dengan tatapan menerawang mengingat pertemuan pertama kami dulu.
