"Taemi'ah" erangan kakakku sore-sore seperti ini menggangu waktu santai ku meng'cover lagu.
"What?"
"Aku tidak bisa ke tempatmu mengajar hari ini..."
"Perjanjian itu adalah keuntungan bagimu. Terserah apa maumu" selalu. Merayuku pada akhirnya.
"Peganglah leherku, aku demam" aku yang ada tepat disebelahnya hanyan menempelkan punggung tanganku ke pipinya--kau benar-benar panas!
"Oppa?!" ini suhu tubuh terpanas yang pernah kurasakan. For real...
"Apa kubilang.. Aku bahkan tidak bisa bangun dari kasur sejak tadi pagi" kalau begitu mengapa tidak minta tolong seseorang?! Kau di hutan, 'kah?!
"Oppa!!" aku sudah muak dengan namja satu ini!
"What?"
"Mengapa kau selalu diam dan menunggu orang lain perhatian duluan?!" kini aku harus membawanya ke klinik sedangkan aku sedang sibuk menyanyi(?) "Tunggu sebentar, aku akan berbenah"
***
"Taehyung'ssi, kau harus benar-benar pulang" ucap Taehyung yang mengulangi tulisan di layar handphone nya. Ya, Jimin Hyung mengirim pesan ketika aku mengantar Seohee ke sekolah--handphone ku mati. Melihat adikknya masih lelap bermimpi disebelahnya, dia memutuskan untuk pergi dengan meninggalkan surat. "Bagaimana caranya aku berkemas tanpa ribut?" melihat tas-tas didepanku ini, rasanya aku akan membangunkannya hanya dengan membuka resletingnya. Ini jam 4 sore, mungkin dia butuh istirahat lebih. Tiba-tiba ada telepon masuk--deringnya mengagetkanku--dan seketika itu juga Seohee bangun. Langsung kukecilkan volumenya.
"Oppa?" dia melihatku dengan mata mengantuknya. "Oppa sudah mau pulang?"
"Iya, maafkan aku telah membangunkanmu" aku mendekatinya, lalu menghiburnya dengan senyuman. "Oppa harus pulang..." kuusap surai hitam kecoklatan itu dengan lembut. Dia hanya menguap dengan polosnya. Lalu sambil berbisik aku memberitahu sesuatu, "Seohee'ah..."
"...'ng?" dia mungkin masih belum sadar sepenuhnya. Dia menatapku, lalu memelukku. "Kembalilah, secepatnya" pelukannya melonggar, adikku satu-satunya ini tertidur lagi--kali ini dipelukanku. "Malaikatku" satu kalimat singkat tiba-tiba terlontar pelan dari mulutnya.
...aku terdiam beberapa saat.
"...Tapi, dengan memiliki kakak yang baik seperti Oppa, kupikir Seohee tidak perlu seorang lelaki lagi untuk memberikan hal itu" aku teringat lagi akan pernyataan Taemi tadi pagi.
"Iya, aku akan kembali setelah comeback" terdengar isak tangis yang bersumber persis didepanku. Seohee menangis. "Seohee'ah" dia mendongak keatas dan mulai membasahi pipinya dengan air mata. Sebuah senyum mengembang di wajahnya.
"Ne" Tiffany of Daegu didepanku ini mengusap air matanya sendiri. "Oppa, fighting!! " tangannya memencet hidungku--favoritnya--dan memberiku semangat dengan mengepalkannya. Kini aku dapat berkemas dengan lebih tenang.
Ngomong-ngomong, siapa yang meneleponku tadi? PDnim?! Bisa mati aku dimarahi. "Seohee'ah! Bisa bantu aku membereskan ini selagi aku mandi? Aku sudah ditelepon bos'ku!" Seohee--yang sekarang sedang memainkan handphone nya--langsung bangkit dari kasur.
"Ne, cepatlah bersiap-siap!" ahh, kukira cuma Jimin Hyung.
*
Setelah semuanya beres, Seohee tiba-tiba lari ke dapur. "Oppa, jangan pergi tanpa makan!!" dia langsung mengoles selai strawberry pada beberapa lembar roti. "Ini, makanlah diperjalanan. Untuk sekarang, makanlah satu" dia memasukkan kotak makan berisi roti ke dalam backpack ku dan meletakkan satu roti lagi di tanganku.
"Terima kasih. Kau sungguh kurepotkan sore-sore seperti ini..." ku kunyah roti ini dengan satu suapan besar--agar cepat selesai.
"Aku tidak merasa direpotkan, 'kok. Tenang saja" harusnya aku memanggilmu dengan sebutan lama itu, morning angel . Karena kau selalu membuatkan sarapan setiap pagi--sejak Eomma meninggal dunia, Seohee menggantikan tugas rumah sehari-hari seorang diri. Itulah mengapa aku agak bimbang begitu akan debut beberapa tahun lalu. "Oppa mau teh hangat?" aku hanya bisa mengangguk karena roti dimulutku masih belum habis--selainya terlalu lengket.
"Sampaikan pada temanmu itu, bahwa aku sudah pulang" kuteguk segelas teh hangat untuk membersihkan sisa-sisa roti dimulutku.
"Ya, tentu" dia pun memakan roti dengan selai juga. "Oppa tidak berangkat sekarang? Bukannya tadi buru-buru sekali?" aku jadi lupa akan rasa takutku sendiri pada pak Hitman karena terhanyut dalam suasana rumah.
"Okay, aku berangkat dulu" kupeluk Seohee sebagai tanda pepisahan sementara. "Annyeong~" dia berkacak pinggang sambil bersandar di kusen pintu, lalu melambaikan tangannya dengan senyuman. Sesaat setelah dia menutup pintu, PDnim menelepon lagi. "Yeoboseyo? "
KAMU SEDANG MEMBACA
☑️Red (Ft. Kim Taehyung)
FanfictionTaehyung telah menobatkan dirinya menjadi malaikat dihatiku. Tapi dimana dia sekarang?? Perlukah aku mendengarkan kabar angin yang buruk itu?