Prolog

788 56 3
                                    

Jungkook memasuki pintu dorm itu dengan langkah gontai. Terlihat jelas raut muka yang ia pasang menandakan ia sedang sedih. Sangat sedih. Langkahnya diikuti oleh lima orang lainnya yang juga beraut wajah sama di belakang Jungkook.

Begitu memasuki ruangan itu ia langsung membuka blazer hitam yang sedari tadi ia kenakan untuk menghadiri acara itu. Sehingga menyisakan atasan putih dan celana hitam yang ia kenakan sekarang.

Acara yang sejauh ini paling ia benci selama hidupnya.

Dilemparnya blazer hitam itu ke arah sofa dan ia pun melanjutkan langkahnya yang kali ini dipercepat, ke arah kamarnya sendiri. Lalu ia menutup pintu kamar berwarna putih itu dengan kencang dan langsung menguncinya.

JK POV

Ingin rasanya aku teriak. Melepaskan semua luapan yang ada di hati ini, rasa menyesal, rasa sakit, rasa sedih, rasa kecewa, semuanya.

Tapi entah kenapa teriakan itu malah tergantikan oleh butir demi butir air mata yang jatuh beriringan dengan suara isakan yang kubuat.

Aku tahu, aku tidak boleh meratapinya. Aku tidak boleh semakin memikirkannya. Setiap saat. Hal itu akan membuatku semakin sakit.

Tapi walaupun mulutku dan otak yang berada di kepalaku ini bersikeras agar menolak keinginan itu,

hatiku tetap berkata lain.

Rasa kehilangan yang sangat mendalam ini seolah menyiksaku. Aku sendiri bahkan rasanya masih tidak ingin menerima kenyataan bahwa orang yang selama kucintai telah lebih dulu pergi tanpa memberi 'peringatan' kepada kami semua.

Betapa jahatnya, bukan?

"Memangnya ini semua salahku?!" Suara berat dan juga lantang milik Namjoon hyung cukup mengagetkanku ditengah kegiatan tangisku.

Dari suara lantangnya, orang lain mungkin menganggap itu amarah, tapi bagiku, bisa terdengar jelas nada kesedihan di dalamnya.

"Memangnya aku salah dalam memimpin kalian?!" Namjoon hyung melanjutkan perkataannya kali ini dengan suara yang lebih pelan dari sebelumnya tapi tetap bisa kudengar dari ruangan tempatku berada.

Lalu kali ini kudengar suara nya berubah menjadi sedikit serak. Apa hyung menangis?

"Dia tidak pantas mendapatkan ini, aku tau. Dia tidak salah...."

Dari nada suara itu sudah jelas Namjoon hyung menangis. Aku pun hanya terdiam mendengarnya dari balik pintu kamarku masih dengan air mataku yang tak kunjung berhenti menetes.

Kemudian Namjoon hyung kembali bicara dengan menyebutkan nama sosok yang sedari tadi berada di benakku sebelum keheningan mulai menyelimuti dorm kami setelah itu.

"Ji-jimin..............."

================================

Hello! This is my first ever fanfic, so maklumi kalau ada kesalahan kata dan kata yang tidak dimengerti. ;w;

Thank you so much for reading it i really appreciate that. I hope you all enjoyed it. :')

See you in next chapter, baibye!

Passed ✧ jjk.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang