Lima

1.5K 35 0
                                    

Cerita ini sudah pernah saya publish di facebook / fanspage!!
------

(Namakamu) bergeming menatap iqbaal yang menghilang dibalik pintu kamar mandi. Mengedikan bahu acuh,
(Namakamu) kembali membaringkan tubuhnya diatas ranjang.
.
Tapi ya tuhaann...(!)
Kelopak mata nya yang sedari tadi mengantuk, saat ini justru terasa ringan. Berkali-kali pun
(Namakamu) mencoba menutup, matanya kembali terbuka.
.
Menyebal kan?
.
Memang.
.
Gejala insomnia itu sangat menyebalkan untuk (Namakamu).
.
Menghela nafas lelah, (Namakamu) terbangun duduk. Tangannya memain-mainkan ujung selimut sambil menunggu iqbaal menyelesaikan rutinitasnya .
.
Cklek!
.
Pintu kamar mandi terbuka dan (Namakamu) menoleh lesu. Tapi kelesuan itu hilang saat melihat iqbaal yang menatapnya heran dengan tubuh hanya terbalut handuk dipinggangnya. (Namakamu) menganga..
"Wow!" pekiknya
.
Iqbaal menautkan kedua alisnya aneh, "apa.." tanyanya.
.
"Sexy lo baal. Lo Fitnes? Napa gak ngasih tau gue? Gue mau ikutan.. Biar perut gue juga ada otot kotak-kotak gitu"
Ujar (Namakamu) seraya menunjuk perut iqbaal. Membuat si pemilik mengikuti arah tunjukan (Namakamu), dan ,
"Shitt! Gue lupa ...!!" teriak iqbaal histeris lalu berlari masuk kembali kekamar mandi. Tawa tergelak (Namakamu) segera saja memenuhi kamar itu.
-------
Hari ini hari minggu,
Tepat dua minggu dari hari pernikahan (Namakamu) dengan iqbaal.
.
Udara khas pagi yang bertebar bau basah dari embun, serta sedikit kabut membuat pagi ini udara terasa lebih dingin.
.
Jika kalian bertanya hubungan Iqbaal dan (Namakamu) saat ini, hubungan mereka sudah mulai menghangat. Iqbaal yang sudah tidak terlalu dingin lagi pada
(Namakamu).
.
"Masak apa?" tanya iqbaal seraya memeluk (Namakamu) dari belakang. kepalanya dia senderkan di bahu (Namakamu).
"Cuma biki asem-asem ikan patin. Lo mau baal?" tanya (Namakamu) yang segera diangguki iqbaal. Ia menambahkan garam pada masakannya, lalu mencicipinya sedikit.
"Udah mateng. Lepasin baal!" seru (Namakamu) seraya menggeplak(?) kepala iqbaal yang ada dibahunya pelan. Laki-laki itu terjengit kaget.
"Kasar banget deh." iqbaal melepas pelukannya lalu melangkah kemeja makan dengan wajah cemberut.
.
Bahkan saat (Namakamu) mengambil kan nasi pun, iqbaal masih cemberut membuat (Namakamu) yang duduk bersebrangan dengan iqbaal itu tertawa geli.
"Jelek lo kalo cemberut."
.
"Udah nikah nih, biarin jelek!" ketus iqbaal membuat (Namakamu) merasa de ja vu. Dulu ia pernah berucap seperti itu. Dulu~ dulu~ ah
(Namakamu) lupa pas kapan itu. Gadis itu meringis.
.
"Ngapa?" tanya iqbaal yang heran melihat ringisan (Namakamu).
.
"Eh monyedh, kaki lo nginjek kaki gue bazeeng!" pekik (Namakamu) seraya menarik kakinya. Ia menaikkan kaki kirinya yang terinjak keatas kursi yang didudikinya, meniup-niup sambil menatap tajam iqbaal yang tetap berwajah datar.
.
Wajah itu. .!
.
"Sori.." iqbaal berucap lalu menyendokan nasi dan menyuapkannya ke mulut.
Benar-benar suami biadab.
Iqbaal bener-bener gak peduli, ia tetap menyuap santai sarapannya.
.
"Cowok keturunan kucing berwujud kingkong gak tau disayang, muka tembok lo!" umpat (Namakamu) kesal.
.
"Jadi lo sayang ma gue?" tanya iqbaal santai.
.
"Ya sayang. Kalo gak sayang lo udah gue racun, trus gue mutilasi jadi 99999 potongan , yang tiap potongan gue pisah di jalanan. Mpus lo nyedh!" dan (Namakamu) membalas ucapan itu tidak santai.
.
"Sadis" komentar iqbaal dengan tubuh sok gemetar
.
(Namakamu) berdecih lalu melengos.
"Ngomong sama monyedh bikin gue struk!" gumam nya keras, dan tentu saja didengar iqbaal.
"Lo bilang apa?" tanya iqbaal heran.
.
"Itu ucing endogan baal!" tukas
(Namakamu) semakin kesal.
.
"Hahaha.."
(Namakamu) tertegun. Itu iqbaal? Iqbaal tertawa?padanya? Mimpi kah? Mimpi?
.
"Lo barusan ketawa?" tanya (Namakamu) memastikan, matanya menatap lurus pada iqbaal yang tampak salting.
.
"Gak gue nangis" elaknya.
.
"Mulai deh.." (Namakamu) melengos.
.
Iqbaal menghela napas, ia menatap serius wanita didepannya itu.
" (Namakamu) lo mau nemenin gue ke pernikahan Briyan ?" tanya iqbaal.
(Namakamu) menoleh lagi, menatap iqbaal heran.
"Briyan? Siapa?"
.
"Salah satu dewan direksi terkuat di perusahaan gue. Lo Mau kan?" tanya iqbaal lagi.
.
(Namakamu) menopang dagu, seolah berpikir.
Lalu ia menatap iqbaal dengan senyuman simpul.
"Gue mau asal lo mau nurutin apa mau gue. Gimana?" ujar (Namakamu).
Yang langsung disetujui iqbaal tanpa ragu-ragu.
"Deal?"
"Deal."
"Emamg lo pengen apa!" tanya iqbaal kepo.
'Wait? Si qobaal bisa kepo?' batin
(Namakamu) .
.
"Kepo lo " sengit (Namakamu), lalu ia teringat,
"Kapan pestanya?" tanyanya pada iqbaal.
.
"Malam ini." jawab iqbaal malas.
"Apa!!!!"
-----
Iqbaal berdiri didepan kamar , menunggu (Namakamu) dengan sabar. Malam ini ia mengenakan tuxedo hitam dengan celana senada. Sepatu pantofel membalut kakinya.Rambut pendek nya disisir natural tidak acakan dan tidak terlalu rapi. Wajah tampannya semakin berkilauan saat sinar lampu menerpanya.
" (Namakamu) udah?" panggilnya .
.
Pintu terbuka, dan keluarlah (Namakamu) yang juga tampak cantik malam ini. Gaun hitam selutut dengan kristal-kristal manipulasi menghiasi bagian perut hingga dada gaun itu. High hels senada tepasang cantik dikakinya. Rambut hitam panjangnya ia urai dengan ujung rambut ia curly. Make up tipis cukup membuat gadis itu terlihat sangat cantik dimata iqbaal.
.
Laki-laki itu tersenyum yang dibalas senyuman manis (Namakamu) .
.
"Lo cantik" puji iqbaal tulus. Membuat (Namakamu) tanpa sadar blush.
.
"Dan lo jelek" ujar (Namakamu) sesantai mungkin, menutupi bahwa ia juga sangat terpesona akan penampila iqbaal malam ini.
.
Iqbaal tak menanggapi, ia menggandeng lembut tangan
(Namakamu) menuju keluar rumah, membukakan pintu mobil,lalu memutar ke kursi pengemudi.

.
"Pakai seatbelt nya." peringat iqbaal yang dituruti (Namakamu). Mobil pun berjalan perlahan menuju tempat pesta pernikahan kolega iqbaal itu
------
* (Namakamu) point of view*
.
Aku melirik iqbaal yang tampak serius menyetir disampingku.
Entah setan apa yang ngerasuki cowok itu, tumben ia mulai baik dan mau betinteraksi ma aku.
.
Dia juga udah gak terlalu dingin.
Aku biasa aja sih mau iqbaal bersikap dingin, hangat atau suam-suam kuku *eh?
Aku cuma ngerasa kayak dapet tanda-tanda harapan aku segera tercapai.
.
"Gue tau gue ganteng , tapi gak usah bigitu juga kali natapnya." serunya tiba-tiba membuatku tersentak. Segera saja aku mengalihkan pandangan,
"Siapa yang natap lo! Heran aja, kenapa lo tiba-tiba berubah. Biasanya kek anti ma gue." tanyaku jujur.
.
Memang begitu kan harusnya?
Dalam tiap hubungan harus saling jujur tentang apa yang dirasakannya, jangan ada satu kebohongan, karna bohong itu akan terus nambah.
Bohong kecil jadi bohong besar.
Aku gak mau aja dihubungan ini ada kebohongan.
.
Ku lihat iqbaal terdiam.lalu menghela napas.
"Biar bagaimana pun kita adalah suami istri. Gak mungkin selamanya gue bakal cuekin lo. Tapi sabar ya.. Gue juga butuh proses untuk terbiasa gak terlalu dingin sama lo (nam)." terang iqbaal membuat ku terpana.
.
"Apa mungkin lo bisa suka sama gue?" tanyaku dengan tatapan masih tertuju pada nya. .
.
Kulihat iqbaal meminggirkan mobilnya dan mematikan mesin, ia menatapku .
"Gue emang dari awal udah suka sama lo. Gue akui gue udah terpikat sama lo, tapi itu hanya suka. Gue gak mungkin bisa lebih dari suka alias cinta sama lo. Di hati gue , masih ada seseorang.. Yang gak akan bisa digantikan." jelas iqbaal membuaku terpana.
.
Mataku memanas mendengar penuturan iqbaal, seperti ada sesuatu yang meremas kuat hatiku. Membuatku mencoba mengerti, tapi semakin aku mencoba aku semakin tidak mengerti. Memang seberapa susahnya membalas rasa? Rasa tulus untuk nya gak akan terbalas? Itu kan maksudnya.?
.
Sekuat tenaga aku mencoba tersenyum padanya, " jadi gak mungkin ya, meskipun gue cinta sama lo. Lo gak akan mungkin balas perasaan gue?" tanya ku lagi, aku hanya ingin memastikan.
.
Dan sekali lagi aku merasaka. Sakit itu menerkamku hingga habis saat iqbaal menggeleng pelan.
.
"Maaf (Namakamu)." ucap iqbaal merasa bersalah.
Aku menggeleng pelan lalu tersenyum, "gak apa-apa."
Aku terus tersenyum sampai tiba-tiba iqbaal mengusap pipiku.
.
"Jangan pernah nangis buat gue. Karna Gue gak bisa ganti bikin lo terenyum. "
.
Aku nangis?
.
Pelan-pelan ku sentuh pipiku, basah..
"Gue gak nangis." aku tersenyum dan menepis pelan tangan iqbaal. "Tadi kelilipan kayaknya.." alibi ku.
.
'Sudah lah.. Untuk apa ku tangisi..
Kan pada awalnya aku sudah tau hal ini.
Tenang saja, aku akan membuat kamu jatuh cinta kepadaku baal.' hatiku bermonolog.

My Colds Husband(MCH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang