Rena Point Of ViewDentuman musik DJ menggema ria menghiasi ruangan besar ini. Lampu cahaya kelap-kelip memantul di dinding, berputar-putar seirama dengan gerakan orang-orang di dalamnya. Alunan musik DJ yang menggebuk seisi penjuru ruangan menghantarkan wanita kupu-kupu malam untuk menghampiri dan menggoda pria nakal yang tengah mabuk disana.
Disisi lain, tepat di meja yang terletak di sudut ruangan. Pria tampan yang sedang meneguk sebotol Wine dengan satu tegukkan, itupun dia masih merampas botol wine lainnya dari tangan teman-temannya. Aksinya terhenti saat menyadari aku tengah memperhatikannya,sesaat itu dia bangkit dan menghampiriku.
Dia sudah berdiri tepat di hadapanku. Tersenyum nakal yang membuatku tercekat menelan ludah. Sepasang mata gelap itu menatap tajam ke arahku dan, Aahh.. Bibir merah merona itu... Rasanya aku ingin sekali menggigitnya.
Dia mendekatkan kepalanya kearahku mungkin hanya jarak satu jengkal. Sedekat ini aku bisa merasakan napasnya yang hangat. Aroma Wine yang khas tercium begitu tajam saat dia membuka mulutnya dan bernapas didepan wajahku. Sedetik kemudian dia menarik tengkukku, memagutnya yang membuatku terpejam menikmati bibirnya yang kenyal.
"Hmmmpphh. Aahhs."
Aku meremas rambut belakang pria itu dengan lembut, terlena dengan nafsu birahinya.
"Rena" bisiknya selektif yang kini beralih pada leher jenjangku.
"Renaa.." lagi-lagi dia memanggilku begitu lembut. Mulutnya menggigit daun telingaku, ahh.. Dia benar-benar membuatku gila.
"RENA!!!" huh? Mengapa suara sexynya terdengar memaksa,ahh dia ingin yang lebih rupanya. Kreekkss . "Aawwwhh" dia menggigit telingaku sedetik kemudian bajuku basah?
Perlahan ku buka mataku untuk menamparnya akibat prilaku kasarnya padaku. Saat itu pula aku melihat, Zafran? kakakku yang sering dipanggil abang kini tengah duduk di tepi ranjang dengan sebuah ember berwarna pink di tangannya?
"Susah banget sih dibangunin. Mimpi yadong lagi ya? tuh mulut di muncung-muncungin. Bangun! Udah gak sakit lagi kan? Berani bolos, haahh?" suara beratnya menyerbuku.
"Bawel" sewotku yang langsung melompat dari ranjang berlari ke kamar mandi, sebelum itu ku ketok kening bang Zafran yang sukses membuatnya meringis.
"Awas lo Rena!"
...
Aku menatap pantulan diriku di cermin. Ahh, kantung mata lagi. Seperti mata panda tua. Begitu pula wajahku yang masih tampak pucat. Anemia, Insomnia. Dua penyakit terkutuk yang kebal akan mantra penyembuhan. Jelas kebal, aku tidak pernah memasok obat-obatan untuk tubuh ini. Alergi obat untuk orang berpenyakitan seperti aku? Jelas penyakit betah. Hanya mengandalkan tabung infus saja, itupun jikalau keadaan sudah sangat parah. Jikalau zona merah sudah terbentuk lagi. Mimisan.
Krenkkk...
Putaran keran wastafel memunculkan air yang begitu dingin. Lalu aku membasuh wajahku dan sedikit mepopolkan air di area mataku agar terlihat sedikit fress. Tiba-tiba aku ingat dengan mimpiku tadi malam. Mengapa harus pria itu yang hadir dalam mimpi nakalku?
...
Dengan seragam lengkap dengan atribut hari senin dan tas yang berisi beberapa buku sesuai dengan jadwal hari ini. Kakiku melangkah menuju ruang makan dan duduk di salah satu kursinya. Semangkuk bubur dan sup. Aahh, beberapa hari ini aku memakan makanan ini terus. Muak rasanya.
"Nek! Boleh aku minta menu yang lain?" ucapku sebal.
"Tidak bisa Rena, kamu harus memakan bubur itu!" jawab wanita paruh baya itu sambil menyedok nasi dan diletakkan di piring kakek.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Story Of Us
De TodoMencintailah seperti engkau tidak pernah disakiti. Tapi nyatanya cinta yang menyakiti hati yang mencintainya.