Kali ke dua

181 38 58
                                        


Kamu adalah sebagian dari ekspetasiku, tujuanku, nafasku, dan segalanya bagiku.
Dan untuk dia, hanya sebagian perasaan yang ku bangun di alam mimpi yang akan ku lukis di kisah nyata.

Author Point Of View

Rena diam di salah satu kursi taman di halaman belakang. Biasanya, tempat inilah yang dijadikan tempat yang pas untuk merenungkan setiap kesalahannya. Rena mengingat perkataan Dhifa saat menengoknya beberapa waktu lalu.

°°°
"Ren, cowok yang tadi dateng ke rumah siapa, sih?" tanya Dhifa tiba-tiba.

"Dia Alvi, temen aku." Jawab Rena sekenanya.

"Aku rasa bukan sekedar teman," celetuk Dhifa membuat Rena menengok cepat ke arahnya.

"Apa? Aku bisa lihat sendiri, kok. Kalian kaya yang sama-sama nyimpen sesuatu. Kalo orang lain tau gimana cara kalian saling bertatapan, pasti mereka sependapat sama aku. Sorot mata kalian itu gak bisa di pungkiri lagi." Jelas Dhifa panjang lebar.

"Aku liat ketulusan disana, bahkan lebih tulus dari tatapan kamu ke Mario." Lanjut Dhifa membuat Rena semakin kalut.

"Aku kira kamu tau semua, dhif." Rena menundukkan kepalanya. Semua akan terbongkar saat ini.

Dhifa mengangguk. "Sebenernya aku tau masalah kamu sama Mario. Cuma aku milih diem, dan pura-pura gak tau." Penjelasan Dhifa membuat Rena tercengang. Sahabatnya yang satu ini memang pandai menemukan tempat persembunyian Rena, hingga Rena kewalahan untuk merancang strategi agar Dhifa tidak mengetahuinya.

"Aku gak tau kenapa kamu punya perasaan yang lebih sama Alvi," ucap Dhifa yang tampak berfikir.

Dhifa mulai merangkul Rena dan menariknya dalam pelukan.

"Kamu gak bisa mencintai dua orang sekaligus dalam waktu yang sama. Kamu hanya bisa milih satu dari keduanya. Atau kamu akan melukai keduanya."
°°°

Rena mengacak rambutnya frustasi. Dia sudah melukai malaikat hujannya?

Mario berdiri di salah satu bangku taman rumah Rena, lalu memandang Rena yang terdiam disana, membuat Rena sedikit canggung dengan kehadiran Mario yang tiba-tiba ini. Entah apa yang membuat fikirannya terganggu sejak satu minggu ini. Secara tiba-tiba Rena menjadi sosok pendiam, mungkin Rena baru menyadari bahwa dia sudah mengingkari perasaannya sendiri.

Mario duduk disebelah Rena, memainkan nada pada gitar yang ada di pangkuannya lalu bersenandung ringan untuk mencairkan suasana tidak mengenakan ini.

"Apa jawaban untukku dalam jangka satu minggu pemikiranmu itu?" tanya Mario tiba-tiba.

Rena hanya memandangnya. Sikap tak dewasanya ini membuatnya mengutuk diri sendiri karena untuk masalah hati saja Rena tak bisa menyelesaikannya dengan baik. Rena kembali merengut disana. Mario yang melihat responnya yang dingin seperti itu ikut merengut juga. Sesaat kemudian Mario bersehem, lalu mulai memetik gitarnya.

Jika wangimu saja bisa memindahkan duniaku
Maka cintamu pasti bisa mengubah jalan hidupku

Cukup sekali saja,
aku pernah merasa
betapa menyiksa kehilanganmu

Kau tak terganti
Kau yang selalu dihati
takkan ku lepas lagi

Pegang tanganku,
bersama jatuh cinta
Kali kedua ada yang sama

[Kali ke dua - Raisa]

Rena mendengarkannya tanpa berkedip. Terus mendengarkannya hingga Mario berhenti bernyanyi dan menatap balik ke arahnya. Rena mengambil alih gitar yang ada di tangan Mario, terpejam dan mulai memainkan gitarnya.

Aku mulai tak suka
Ketika kau mulai acuhkan diriku
Apakah kau masih menganggap diriku sebagai kekasihmu

Sering kali kau lupakanku
saat bersama teman-temanmu
Pilih aku atau teman-temanmu, dan ku kan pergi tinggalkanmu

Sungguh aku tak suka
bila kamu tak perhatian padaku
Apakah kau masih menganggap diriku sebagai kekasihmu

[Aku atau Temanmu-Maudy Ayunda]

"Aku pilih kamu!" sambar Mario menghentikan nyanyian Rena secara sepihak. Rena diam menatap lekat ke arahnya. Sorot dari sepasang mata gelap itu tak bisa menyanggah kenyataan yang Rena dapat.

Kau tak terganti
Kau yang selalu ku nanti
takkan ku lepas lagi

Seulas senyum hadir di wajah keduanya, sebentuk tenang yang sangat nyaman. Di tempat itu mereka saling berjanji, janji yang di ciptakan oleh perasaan mereka masing-masing.

Cukup sekali saja, aku pernah merasa betapa menyiksa kehilanganmu.

.
.
.
.
.

Sorry banget karena pendek, sorry karena baru update. Penulis lagi ada masalah hati. Wkwk:v. Semoga chapter ini bisa memuaskan kalian.

TBC :)

The Story Of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang