Dinginnya udara dimalam hari tak menggentarkan banyaknya prajurit Cyprus yang baru saja melalui malam panjang dengan darah dan ketegangan.
Barisan mereka tak gentar oleh udara yang mengancam, diliputi kebisuan dan dinginnya malam. Para namja bertubuh kekar itu berjalan seirama dan mendendangkan suara derap langkah gagah yang terwakili oleh boots mereka.
"Istirahat 5 menit!" sang Jendral memberi komando. Suara derap langkah itu pun berhenti, digantikan suara helaan nafas lelah.
Namja berpangkat bintang 5 yang menunggangi seekor kuda hitam nan gagah disana pun turun dari tunggangannya. Rambut hitam pekat panjangnya berkibar terkena angin tak menutupi keelokan wajah penuh kharisma serta tampan yang sangat melekat padanya hingga disegani bagi siapa saja yang menatapnya.
Jendral tampan yang berkulit lebih gelap dan eskotis dari seluruh prajurit yang berada di jalanan penuh ilalang itu. Langkah mantapnya menuju pada sebuah gerbong kecil yang terbuat dari besi yang ditarik oleh tiga ekor kuda besar.
Namja yang baru saja memasuki usia 35 tahun itu masuk ke dalam lalu menutup pintu besi itu kembali.
Pemandangan tak wajar ada di depan matanya. Bukti dari kerja kerasnya dan para prajurit bahwa mereka tetap tak terkalahkan meski oleh Monster sekalipun.
Sorot mata musang tajam itu berangsur luluh menjadi tatapan yang menyiratkan luka dan iba. Sang Jendral kembali melangkahkan kakinya, kini berdiri di depan kandang besi kecil yang bahkan orang pun harus dalam posisi duduk jika berada di dalamnya.
Memang kandang itu terisi. Sesosok berambut panjang ― sangat panjang, berwarna keperakan, duduk dengan menundukkan kepalanya di atas kedua lututnya. Ada untaian rantai yang mematri sosok itu agar tetap berada di posisinya saat ini.
Yunho ― nama yang terukir di seragam sang Jendral, kini duduk berlutut di depan teralis besi. Mata hitamnya yang setajam musang menatap lekat sosok bertubuh lebih kecil darinya itu.
"Apakah kau monster?" suara penuh wibawa itu mengusik hening yang ada. Ada kelembutan di suara seraknya.
Cring
Untaian rantai itu bergesekan dengan teralis saat sosok itu mengangkat kepalanya perlahan. Melemparkan sorot kosong dimata bulat berwarna aqua sapphire yang besar dan indah.
Sebuah wajah bagai porselen mahal. Mulus tanpa cacat, indah bagaikan berlian termahal, namun sayang keelokan tiada tara itu mematikan. Wajahnya oval serasi dengan bibirnya yang kecil tetapi berisi dan merah. Hidungnya mancung, matanya yang berwarna aqua sapphire yang tampak seperti melihat lautan indah dan besar dengan bulu mata yang lentik. Bak seperti boneka yang hidup.
Mata itu bergerak menelisik sang Jendral. Sorot matanya sarat akan keangkuhan, wajah kecil tetapi menggambarkan kewibawaan, bibirnya berbentuk hati yang mulai kehitaman karena lintingan tembakau mahal, alis tebalnya indah, hidung mancungnya memperindah sosoknya.
"Membunuh 50 orang dalam semalam, kami bisa lebih dari itu." tutur Yunho lugas.
Mata indah itu tidak tetap memandanya. Yunho pun bahkan tidak bisa memalingkan tatapannya dari sosok di dalam kandang. Mereka saling berpandangan. Pada wajah indahnya yang terdapat bercak darah, turun pada tubuhnya yang setengah telanjang karena pakaian kumalnya hampir seluruhnya tercabik. Bagian dadanya yang rata menegaskan jika si porselen itu adalah namja.
(Anggap aja pic di atas itu JJ dan rambutnya panjang)
"Kalau kau monster, kau tidak akan dianugerahi rambut ajaib ini Jaejoong." kata sang Jendral lembut.
Tangan besarnya meraih rambut keperakan Jaejoong yang sampai terurai keluar teralis. Terasa lembut di tangannya, tak seperti rambut seorang monster. Hingga Yunho mengusapkan rambut itu ke pipi kanannya yang tergores dan secara ajaib luka kecil di pipinya lenyap. Memejamkan matanya sejenak lalu kembali menatap Jaejoong.
"Kau menghancurkan, tapi juga menyembuhkan..." Yunho menatap perih. "mereka memburumu untuk semua ini." lirihnya.
Jaejoong ― sosok itu seperti seorang pemuda berumur belasan tahun, bereaksi. Ia mendekat, memperpendek jaraknya dengan Yunho yang dipisahkan teralis. Bahkan mereka dapat merasakan nafas masing-masing.
Wajah cantik bagai porselen itu menyadarkan Yunho akan kepedihan dan kesengsaraan yang tak terbayangkan.
Aqua sapphire mata itu melunakkan perasaannya dan membawa jatuh kedalam lubang yang entah membuat perasaannya tenang. Kenyataan bahwa si Monster seharusnya ada untuk dicintai, bukan diburu karena kekejamannya yang hilang ― timbul ataupun keajaiban rambut peraknya.
Hingga kedua bibir itu menyatu manis diantara dinginnya malam dan kepekatan udara. Saling memagut lembut termakan suasana melankolis yang diciptakan. Sang Monster memejamkan matanya dan kini mengalir bulir kristal bening dari mata ke pipinya. Memberitahukannya akan kehangatan dan sentuhan yang sudah sangat lama tak pernah dirasakannya saat mereka, orang-orang di desanya menjulukinya sebagai monster dan dirinya mulai diburu.
Hanya pada dinginnya malamlah si monster dan sang Jendral menceritakan rasa apa yang kini tengah mendera mereka.
To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Monster
RandomMonster ⓒ SkylarOtsu Remake by me BoysLove | Yunjae Stories Otsu Kanzasky Inspiration song by Monster Eminem ft. Rihanna and film Disney 'Tangled: Story Tale Note : Disini, saya sangat suka dengan ff teman baik saya ini (like my big sister), jika me...