Believe

555 92 9
                                    

"Kita bertemu lagi." Suara berat yang serak itu, membelalakan mata Yunho dan Jaejoong melihat sosok tegap Yoochun yang berdiri di ambang pintu kamar, menatap mereka dingin. Sorot mata yang penuh dendam.

Mendadak rasa takut itu menghantui Jaejoong. Sementara Yunho tak mengerti kenapa mantan atasannya itu bisa berada di Varosha. Dengan cepat ia menarik tangan Jaejoong yang berdiri mematung, menyembunyikan namja itu ke balik punggungnya.

"Seharusnya aku mendengar desas-desus di antara prajurit jika kau sering datang ke selnya untuk mengobrol." kata Yoochun, sorot matanya menyiratkan luka menatap Yunho. Bergerak maju dan membuat namja tampan itu melangkah mundur dengan satu tangan ke belakang seperti melindungi Jaejoong akan serangan yang mungkin terjadi.

"Seharusnya aku tahu kalau hal ini akan terjadi." Yoochun terus melangkah maju.

"Ada berapa yang datang kesini?" tanya Yunho tak kakah angkuh.

"Hanya aku, mereka yakin kalau kau sudah mati, jadi untuk apa harus repot-repot."

"Lalu anda?" Yunho menatap waspada.

Langkah kaki Yoochun berhenti tepat saat ia menggiring mantan Jendralnya itu ke ruang depan. Dan namja tampan itu dapat merasakan jika Jaejoong yang berdiri di belakang punggungnya mulai ketakutan.

"Kau tahu bagaimana rasanya di khianati oleh orang yang kau percaya?" sindir Yoochun, rahangya mengeras. Yunho hanya diam.

"Menyedihkan saat kau sangat mempercayai seseorang tapi orang itu mengkhianatimu," jeda. "Apalagi jika orang itu kabur dengan musuhnya sendiri."

"Aku tidak memiliki niat untuk mengkhianati anda."

"Lalu apa? Kau suka pada anak itu?"
Yunho tak menjawab, yang ada di kepalanya saat ini hanya bagaimana caranya melindungi Jaejoong jika Yoochun mulai menunjukkan tanda-tanda tak baik.

Ah, bukannya saat ini tindak-tanduknya sudah 'tidak baik?
"Aku tahu kau pasti datang kesini, aku datang untuk menjalankan tugasku." kata Yoochun memasukkan tangan kanannya ke saku.

"Menangkap ku?"

"Salah satunya, aku juga harus melakukan prosedur untuk musuh kita."

Jaejoong menundukkan kepalanya, beban itu kembali menghantuinya. Tidak baik memang, dirinya sudah terlalu nyaman dan seolah 'lupa' jika dirinya adalah 'Monster' yang tak di inginkan.

Krek

Suara kecil itu seketika membuat Jaejoong mengangkat wajahnya, matanya membelalak kaget melihat mulut pistol mengarah pada Yunho. Namja bertubuh kekar itu menatap tanpa ekspresi, sama seperti Yunho saat ini.

Klik

"Tidak!"

DOR!!

Tubuh ringkih semampai itu berguncang saat timah panas menembus ke dalam kulitnya, tepat saat ia keluar dari belakang punggung Yunho.

"Jaejoong!" suara berat itu tercekat. Matanya membelalak dan refleks menangkat tubuh Jaejoong yang limbung kearahnya.

Namja cantik itu merintih kesakitan, wajahnya memucat, sementara luka tembak di perutnya terus mengeluarkan darah. Yunho menekan luka itu dengan tangannya, menyangga kepala Jaejoong di pahanya.

"Apa yang kau lakukan?!" tanyanya murka, wajahnya kini memerah karena amarah. Yoochun dengan santai mengokang pistolnya kembali dan mengarahkannya pada Yunho.

Klik

Tidak ada peluru yang keluar, Yoochun menaikkan satu alisnya dan membuka tempat peluru pistolnya.
"Kau beruntung, peluru ku habis." ucapnya tenang.

MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang