Rasa Kesal

718 100 4
                                    

Suara lolongan angin yang berhembus memberi kesan hening yang tak ada habisnya dan meski musim telah berganti, tetap saja tidak ada kata 'hangat' di dalam badan kemiliteran Cyprus saat ini. Terlebih jika sang monster telah berada ditangan mereka sampai waktu eksekusi tiba, para prajurit pemberani disana belum bisa tenang sepenuhnya.

Suara burung hantu di luar sana, terasa sedikit mencekam, sementara sang rembulan tampak sangat indah dengan bentuk sabitnya. Seperti sebuah mata yang tengah mengintip, mata yang mengawasi kegiatan seorang Jendral muda yang sedang berkutat dengan berkas laporan yang harus segera di selesaikannya.

Yunho menutup buku laporannya dan menyandarkan punggungnya untuk merileks kan kesandaran kursi. Kini sorot mata tajamnya tertuju pada kotak musik merah maroon yang tepat berada di depannya. Ia pun membuka kotak itu dan segera alunan melodi lembut mengurai keheningan kamar tersebut.

Suara kotak musiknya memang tak terlalu keras, mengingat usia benda itu yang sudah bertahun-tahun ditinggalkan. Entah apa yang tengah dipikirkannya, sorot mata Yunho tampak menerawang tak lepas mengunci kotak itu dari pandangannya.

Namun malam akan semakin larut jika ia tidak segera menuntaskan tugasnya. Namja bertubuh tegap itu pun bangkit berdiri, mengambil jaket seragamnya yang digantung di lemari dan memakainya, tak lupa ia menutup kotak musik itu kembali lalu keluar dari kamar membawa laporan.

Suasana diluar asrama Militer tergolong cukup sunyi. Para penghuninya lebih memilih untuk beristirahat atau menghabiskan waktu di kamar masing-masing daripada berkeliaran di luar. Selain tak diperbolehkan, tak menutup kemungkinan mereka di serang hewan buas.

Beberapa prajurit yang bertugas di kantor memberi hormat begitu sang Jendral muda masuk. Ia melenggang menuju ruang kerja atasannya untuk menyerahkan laporan kerja selama sepekan. Tanpa ingin berbasa-basi namja tampan itu segera keluar dari ruang kerja Yoochun setelah memberikan laporannya.

Suara langkah kakinya membuat keheningan disepanjang lorong semakin terasa. Tapi saat sampai di bagian depan kantor dan dirinya baru menyadari jika prajurit yang berjaga di depan tak seperti tadi siang.

"Kemana yang lain?" tanyanya pada prajurit muda yang berdiri tegap di depan pintu. Prajurit bernama Yonghwa itu pun memberi hormat sejenak.

"Mereka sedang melaksanakan tugas dari anda Pak." jawabnya lugas. Yunho mengangkat satu alisnya.

"Tugas dari ku?" tanyanya bingung.

"Benar Pak."

"Saya tidak memerintahkan apapun. Mereka mengatakan apa?"

"Eh, tadi mereka bilang anda memberi perintah untuk mengantarkan makanan pada makhluk itu," Changmin jadi ikut bingung, tak urung ada rasa takut mengetahui jika teman-teman jaganya berbohong.

Raut wajah Yunho berubah dingin, memikirkan hal apa yang dilakukan ketiga prajurit di dalam sel sampai harus berbohong dengan mencatut namanya. Dan tanpa mengatakan apapun pria tampan itu melangkah lebar-lebar ke arah sel yang berada di belakang kantor.

Dua prajurit bersenjata lengkap yang berjaga di depan memberi hormat lalu membuka pintu besar yang berat itu. Sedikitnya membuat beberapa tahanan yang melihatnya bertanya-tanya, apa sekiranya yang membuat sang Jendral datang malam-malam.

"Anak-anak itu akan memperkosanya!" teriak seorang tahanan, sukses menghentikan langkah Yunho.

Terdengar suara orang terkekeh kemudian. Kini mata musang itu tajam Yunho tertuju pada seorang namja berwajah sangar yang pada sel bernomor 15. Ia ingat jika pria berbadan besar itu adalah pelaku pembantaian.

"Anak berambut perak yang kalian bawa kemari, siapa yang tidak ingin menikmati tubuhnya?" namja berkumis itu mulai berlagak. Wajah Yunho mengeras.

MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang