Memori

786 106 5
                                    


Terhitung sudah sepekan prajurit Cyprus berhasil menangkap monster yang menjadi momok bagi penduduk kota Thira selama bertahun-tahun, dibawa arahan sang Jendral muda-Yunho yang melaksanakan tugasnya dengan sangat baik.

Selama sepekan pula lah staff penyidik kemiliteran menginterogasi sang monster yang tak seperti 'kriminal' pada umumnya. Jaejoong selalu menjawab pertanyaan yang dilontarkan dan tak sedikit pun terlihat ia berbohong.

Tidakkah ia terlalu polos?

Karena sifatnya yang kooperatif itulah, para penyidik tak sampai harus menggunakan kekerasan. Kalau tidak, mereka akan menerima resiko amarah monster yang mematikan.

Hampir disetiap kesempatan itu Yunho selalu hadir untuk melihat reaksi dan jawaban Jaejoong. Dan entah kenapa ia selalu percaya jika jawaban yang keluar dari mulut itu adalah benar. Dirinya merasa lebih 'mengenal' sang monster setelah hal yang terjadi di dalam gerbong besi saat perjalanan ke markas besar saat itu.

"Bagaimana kita tahu kalau dia tidak berbohong?" tanya sang Kapten tak mengalihkan pandangannya dari Jaejoong yang duduk ter-rantai di tanah, sementara para staffnya masih mengajukan pertanyaan.

"...saya rasa tidak Pak," kata Yunho, yang memaku tatapannya pada wajah polos Jaejoong yang kosong.

Yoochun menoleh. "Bagaimana kau yakin Jendral?" tanyanya kini dengan satu alis terangkat menatap prajuritnya itu.

Dengan sopan Yunho menatap balik. "Dia mulai diburu saat usianya 8 tahun, itu artinya dia tumbuh tanpa bimbingan. Sifat dan cara berpikirnya tak sejalan dengan usianya saat ini." Yunho menjelaskan.

Kedua alis Yoochun pun bertaut. "Apa kau mempelajari riwayatnya Jendral?"

Namja tampan itu mengangguk sopan. "Setahu saya dia berasal dari keluarga yang berada dan cukup di kenal. Saya rasa sifat aslinya saat kecil masih menjadi pedomannya."

"Itu tak masuk akal. Kalau benar seperti yang kau katakan, dia tidak akan membunuh banyak orang!"

"...itulah hukum rimba Pak. Dia tidak akan menyakiti jika tidak di sakiti," ucap Yunho pelan, seolah bicara dengan dirinya sendiri. Yoochun rupanya dapat menerima penjelasan prajuritnya itu dan tak bertanya lagi kembali memperhatikan proses interogasi.

"...siapa yang patut di persalahkan? Orang-orang itu memanfaatkan dirinya dan keluarganya..." Yunho berkata lirih, pedih saat mengingat kisah sang Monster dari riwayat yang di pelajarinya.

[ flashback ]

"Joongie memang anak eomma yang paling cantik!" seru bahagia yeoja berambut pirang di kamar putra semata wayangnya itu.

Jaejoong kecil yang terbawa kebahagiaan sang ibu pun memeluk erat. Ia sangat di cintai, meski tak pelak sang Ibu sering memakaikannya baju perempuan, rambutnya pun dibiarkan panjang.

"Joongie sayang eomma?" tanya Heechul memeluk tubuh kecil sang putra dan mencium rambutnya.

"Sayang!" Jaejoong mengangguk cepat.

"Kalau begitu Joongie harus jadi anak yang baik, sekalipun ada yang jahat pada Joongie. Joongie tidak boleh membalas, ok?" di tatapnya penuh cinta mata Aqua Sapphire sang anak yang indah.

"Uhm, ne eomma!" Jaejoong mengangguk patuh dengan polosnya. Heechul tersenyum lembut.

"Yeobo, sudah ku bilang jangan memakaikan baju perempuan pada Jaejoong." kata suara penuh wibawa dari arah pintu kamar. Ibu dan anak itu pun kompak melihat ke asal suara.

"Appa pulang!" Jaejoong kecil berseru riang dan berlari memeluk kaki sang Ayah. Namja itu tersenyum lembut, lalu meraih tubuh kecil itu dan menggendongnya.

"'kan sayang kalau kecantikannya di biarkan," Heechul bangkit berdiri dengan senyum tanpa dosa.

"Tetap saja Jaejoong ini namja sayang, bagaimana kalau nanti dia jadi menyimpang?"

"Hush, Appa jangan bicara begitu, eomma 'kan cuma ingin memakaikan baju itu yeobo, 'kan sudah dibuat tapi sayang kalau tidak dipakai." kata Heechul panjang lebar seraya mengambil Jaejoong dari gendongan.

Belum sempat Hangeng membalas sang istri, suara ribut di luar membuat perhatian keduanya teralihkan. Namja berbadan tegap itu pun beranjak ke jendela dan melihat keluar, kearah jalan.

"Ada apa yeobo ?" tanya Heechul saat melihat perubahan ekspresi suaminya yang agak dingin.

"...penduduk Desa datang lagi." ucap Hangeng dingin. Dari wajahnya Heechul tampak tak suka dan semakin erat memeluk Jaejoong.

"Apa lagi yang mereka inginkan yeobo? Bukankah beberapa hari yang lalu mereka bilang tidak akan mengganggu lagi?" berondongnya tak suka.

"Entahlah, akan ku temui mereka, kamu dan Jaejoong tetap disini." kata Hangeng beranjak dari jendela menghampiri putranya dan mengecup kepalanya ringan.

"Apa seharusnya kita tidak membiarkan rambut Joongie panjang?" tanya Heechul, ada ketakutan di mata aqua indahnya.

"Aku tidak tahu yeobo, tapi kita tidak bisa memotongnya, Jaejoong bisa sakit lagi," sorot tajam mata Hangeng tampak sendu.

"Apapun alasan mereka datang, tidak akan ku biarkan mereka mengeksploitasi Joongie kita!" tegas Heechul.

"Aku mengerti, tenang saja." Seperti yang di takutkan, para penduduk desa datang dengan tujuan tertentu. Seperti kicauan burung jika kabar rambut keperakan ajaib Jaejoong dapat menyembuhkan luka, separah apapun itu. Sudah 2 minggu dan tak terhitung berapa banyak orang yang datang dan jelas baik Hangeng dan Heechul tak menyukai hal itu.
Sayangnya hari itu penduduk desa tak menerima pengusiran secara halus Hangeng, mereka telah jauh-jauh datang dan ingin menemui Jaejoong. Dan keluarga kecil itu tak bisa memprediksi jika hal buruk yang sangat buruk akan terjadi.

Penduduk Desa menunjukkan sifat asli mereka, memaksa masuk dan mencari Jaejoong kecil. Sekeras apapun Hangeng dan Heechul menghalangi, Jaejoong tetap 'jatuh' di tangan warga Desa. Entah apa yang merasuki para warga, mereka berusaha menjauhkan Hangeng dan Heechul karena menuduh mereka telah menyembunyikan 'anak Dewa' yang berguna untuk mereka.

Jaejoong kecil berteriak memanggil orang tuanya dan menangis meronta melihat keberingasan penduduk desa yang tak di mengertinya. Salah apa mereka? Kenapa mereka sangat jahat?

Seperti bara api yang menyulut minyak, sisi lain dari keindahan Jaejoong muncul ketika melihat orang tuanya dilukai. Mata yang seindah langit itu berubah menjadi Aquamarine keemasan dengan sangat dingin dan tajam. Berkah itu berubah menjadi petaka.

Keindahan itu bersanding dengan kekejaman. Sejak itu Jaejoong diburu untuk keajaiban rambut peraknya dan kekejamannya sebagai Monster.

Monster yang seharusnya di cintai.

TBC

MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang