Run

669 93 10
                                    

Malam tiba begitu cepat, menyeruakan suara malam yang mencekam. Suara gesekan ilalang dan pepohonan bercampur dengan bisikan angin serta merdunya suara burung hantu. Menjadi alunan musik yang tak terbayangkan, layaknya pertunjukan orchestra yang menakjubkan.

Suara-suara hewan malam itu memberitahu sosok sang Monster akan malam yang telah larut. Jaejoong kini dapat sedikit tenang, ia tak perlu bingung dimana harus bersembunyi karena tidak akan ada satu orang pun yang berani menerobos hutan saat malam. Sekalipun itu para prajurit Cyprus.

Entah bisa dikatakan beruntung atau tidak. Setelah sekuat tenaga membawa Yunho yang bertubuh lebih besar darinya, dengan menyeret
namja itu, Jaejoong menemukan sebuah gubuk reot yang hampir roboh. Namja itu memutuskan untuk beristirahat disana dan merawat luka Yunho yang mengeluarkan cukup banyak darah. Dan beginilah dirinya sekararang, duduk bersimpuh didekat Yunho yang dibaringkan di tanah, sementara ia merawat luka tusuk diperut namja itu dengan telaten dan lembut. Wajahnya tak sedikit pun menampakkan lelah meski sudah berjam-jam ia menggunakan rambut perak ajaibnya untuk merawat luka Yunho. Sorot mata aquamarine-nya itu terasa lembut saat menatap wajah tampan Yunho yang kini tak terlalu pucat seperti saat pertama ia membaringkan tubuh jangkung itu. Jarinya yang lentik iseng menyentuh hidung mancung sang Jendral, tampak rasa ingin tahu di tatapan itu, kemudian bergeser menelisik dada bidang Yunho serta perutnya yang six pack.

Sepertinya Jaejoong bingung melihat perut kotak-kotak Yunho yang terbentuk berkat latihan fisik yang setiap hari di lakukannya. Bagaimana caranya perut seseorang bisa seperti itu?

Sedetik kemudian Jaejoong kembali fokus pada luka di bagian kiri perut itu, mengusapnya lembut. Meski belum sempurna menutup, setidaknya darahnya telah berhenti mengalir. Cukup melegakan, ia merapikan rambutnya ke depan, dan menyisirnya dengan jari. Memang benar apa kata orang tentang rambut ajaibnya. Surai keperakan itu sama sekali tak terlihat kotor ataupun menggumpal karena tidak dirawat. Terlebih tak ada sedikit pun bercak darah setelah menggunakannya untuk luka tusuk Yunho.

"Aagh..." rintihan lirih keluar dari bibir pucat sang Jendral, refleks mengalihkan perhatian Jaejoong dan kini menatap namja itu.

'Cantik,' Yunho terpana akan wajah Jaejoong yang sedang mengobatinya.

"Berbaringlah dulu, luka diperutmu belum menutup sempurna." ucapnya, menahan dada Yunho saat namja itu hendak mengangkat tubuhnya.

Namja tampan itu menurut saja, tak lepas menatap wajah mulus Jaejoong yang menatapnya polos. Bukannya merasa sakit karena luka tusuk diperutnya, ia justru senang dapat melihat namja cantik itu baik-baik saja.

"Apa kamu terluka?" tanyanya terdengar lemas, Jaejoong menggeleng kecil.

"Maaf aku sudah menusuk mu," Jaejoong terlihat menyesal.

"Kalau tidak begitu tidak akan ada jalan untuk kabur 'kan?" Yunho mengusap pipi halus Jaejoong pelan dengan telunjuknya.

"Kenapa kamu melakukan itu?" tanyanya bingung. Yunho menarik nafas pelan.

"Aku hanya ingin kamu selamat." jawabnya kalem.

"Tidak ada orang yang sebaik ini padaku sebelumnya," kata Jaejoong. "Kamu orang yang terlalu baik, Tuan." lanjutnya tulus.

"Yunho, namaku Jung Yunho, jangan memanggilku Tuan."

"Boleh aku bertanya Yunho?"

"Hn?"

"Kenapa kamu peduli padaku? Aku musuh mu,"

Yunho menatap ke dalam mata aquamarine itu, rasa damai itu selalu muncul saat melihatnya.

MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang