6.

3.2K 355 11
                                    

"Kau bisa janji jika aku bilang siapa orangnya kau takkan terkejut?" Yein mengangguk. Mingyu menghentikan langkah Yein. Ia berdiri di depan gadis itu. Membuat Yein membeku ditempatnya.

"Aku menyukai orang dihadapanku."

Deg. Seseorang berjaket putih yang tengah mengikutinya memberhentikan langkah kakinya.

Ia bersembunyi dibalik tembok yang menjulang tinggi itu.

"Aku menyukainya sejak ia memberiku bingkisan itu." Yein masih memandang tak percaya. Matanya berkaca-kaca.

"Sunbae aku.." Mingyu memeluk gadis itu. Membuat Yein semakin diam dan membeku di pelukannya.

Tidak ada pergerakan penolakan. Gadis itu diam. Hanya diam sambil meneteskan air matanya.

Jungkook bersandar di tembok putih itu. Ia tersenyum kecut melihat kejadian tadi yang dilihatnya di depan mata. Perasaan berkacamuk berhasil menguasai dirinya.

"Akhirnya.." gumamnya sambil menghela nafas. Di detik itu juga air matanya menguncur dengan cepat. Membuat wajahnya yang tadi dingin membeku menghangat karena air mata itu.

"Saranghae Yein-ah," ucapan Mingyu itu membuat nya terpukul untuk ke beberapa kali. Membuatnya diam ditempat dan tak bisa bergerak.

Perasaan yang tersakiti kini mulai merambat ke hatinya. Tidak. Jungkook belum pernah merasakan nya se-detail ini. Bahkan dengan Lee Halla.

Jungkook menghapus air matanya pelan. Perasaannya kini sudah hancur berkeping-keping. Mungkin ini jawaban.

Bahwa memang sebenarnya, 'cinta gadis itu' tidak berpihak kepadanya.

---

"GOOD MORNING MY BROTHA--" Wonwoo melepas topeng jokernya sambil melihat ke arah adiknya yang meringkuk memegang selimut itu.

"Are you sick?" Wonwoo menyentuh dahi adiknya itu lalu memasang mimik khawatir.

Suhu tubuhnya panas sekali.

"Biar aku panggilkan Eomma," saat Wonwoo ingin beranjak dari ranjangnya, Jungkook menahan pergelangan tangan kakaknya.

"Tidak usah Hyung. Aku baik-baik saja." Ucapnya. Wonwoo kembali duduk diranjang.

"Kau kenapa?" Jungkook hanya menggeleng lalu membalikkan badannya mengarah ke Wonwoo.

Wonwoo melihat wajah dan bibir Jungkook yang memucat dan kantung matanya yang hitam. Belum lagi saat Jungkook membuka matanya yang memerah.

Astaga. Bahkan wajah Jungkook lebih menyeramkan daripada topeng joker yang dikenakannya.

"Hei, ceritalah. Sebenarnya ada apa? Aku tahu kemarin kau pasti ada masalah. Mimik wajahmu kemarin itu seperti orang bodoh. Aku yakin kau menangis satu malaman ini." Wonwoo mengomelinya panjang lebar. Membuat Jungkook sedikit terhibur.

"Hyung kenapa kau bisa tahu aku menangis?" Wonwoo menatap mata Jungkook yang menyiratkan luka itu.

"Ada apa dengan Na-Bi mu?" Jungkook duduk disamping Wonwoo.

"Boleh aku menangis lagi?" Wonwoo memukul punggung adiknya itu dengan wajah datar.

"Kau seperti pria lemah jika menangis." Jungkook tertawa pelan lalu menghela nafas.

"Mingyu sudah mengungkapkan perasaannya pada Yein." Wonwoo menjentikkan jarinya.

"Dan kau terlambat." Jungkook hanya menunduk pasrah. Kenapa ia harus menyukai gadis itu kalau pada akhirnya ia tak berani mengungkapkan perasaannya?

Lagipula mungkin, gadis itu bisa saja takkan menyukainya jika ia memberi tahu perasaan nya yang sebenarnya.

Takdir benar-benar terasa adil sekarang. Siapa yang dahulu dia yang akan mendapatkannya.

"Aku butuh istirahat Hyung. Dan kemungkinan aku takkan sekolah untuk beberapa hari ke depan."

"Kau merencakan sakit dan tak sekolah?" Jungkook menjulurkan lidahnya.

"Aish Jungkook kau gila." Wonwoo keluar dari kamar Jungkook.

Jungkook menghela nafas. Menatap jendelanya yang sudah menampakkan matahari.

"Jeong Yein.. saranghae"

---

VOTE N COMMENT PLEASE TERIMAKASIIIIH💞💞💞💞💞💞💞

Her LovesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang