7.

4K 377 15
                                    

Jeon Jungkook.

Sudah tiga hari aku tidak masuk sekolah. Dan aku sudah mulai bisa membiasakan hal-hal menyakitkan tentang Yein. Walau kadang aku merindukan gadis itu.

"Sudah sembuh Kookie?" Tanya Hyung saat melihatku turun dengn seragam sekolah.

Eomma dan Appa pergi untuk beberapa hari ke depan. Jadi memungkinkan aku dan Wonwoo Hyung akan menghancurkan rumah ini berdua.

"Sudah Hyung. Kau kuliah kan?" Hyung meneguk minumannya cepat lalu mengangguk.

Aku menyantap roti dengan selai kacang yang disiapkan Hyung untukku.

Kami hanya bisa membuat telur rebus dan memasak nasi. Makanga kami membeli beberapa makanan fast food untuk sehari-hari. Dan ke depannya mungkin kami sudah menginap di rumah sakit. Bye bye.

"Kau ingin ku antar atau bagaimana?" Aku menghabiskan sisa potongan roti terakhir. Dam meminum susuku.

"Naik bus saja. Lagipula kau harus kuliah, bukan" Wonwoo hanya mengangguk kecil lalu meletakkan bekas gelas susunya di wastafel.

"Aku berangkat Hyung." Wonwoo mengangguk lalu melambaikan tangannya.

Aku berjalan menuju halte dengan tenang. Tapi jujur, aku tak bisa berjalan setenang pikiranku.

Pikiranku selalu menuju ke Yein.

Bagaimana jika aku bertemu dengannya? Apa kabar dia sekarang?
Apa dia mengingatku? Atau mungkin ia sudah berkencam dengan Mingyu dan melupakanku? Apa aku pernah ada dihatinya?

Ya. Pikiranku sangat kacau. Bahkan aku tak tahu bagaimana cara untuk menghilangkan kenangan-kenanganku dengan Yein.

Aku berjalan menuju kelasku. Di mejaku sudah ada Mingyu yang menunggu. Ia melambaikan tangannya.

"Kau sakit apa?" Aku terkekeh pelan.

"Bisakah ucapkan 'annyeong' terlebih dahulu?" Mingyu berdecak lalu mengangkat tangannya.

"Annyeong tuan Jeon." Sapaan singkat itu sukses membuatku tertawa.

"Kau sakit apa?"

"Demam tinggi." Jawabku. Anak itu mengangguk kecil lalu berkutat pada ponselnya.

"Aku ada kabar gembira." Aku menghela nafas lalu menatap ke arahnya.

"Kabar apa?" Mingyu terlihat bersemangat.

"Kau tahu kemarin--"

"Buka buku kalian!" Mingyu berdecak.

"Nanti saja. Saem sudah datang." Aku mengangguk kecil lalu mengalihkan mataku ke arah Park Saem yang sedang mengajar.

---

Bunyi bel istirahat terdengar dan membuat seluruh siswa berteriak girang. Termasuk Mingyu.

"Aku belum menyelesaikan kalimatku." Ternyata ia masih mengingat kabar gembiranya yang ingin diberitahunya padaku.

"Lebih baik kita ke kantin dulu. Aku lapar." Ia megnhela nafas lalu mengikuti langkah kakiku.

Aku sedang tak ingin mendengar kabar gembira dari sahabatku ini. Lagipula kurasa kabar gembiranya itu menyangkut Yein. Gadis yang aku cintai.

Aku ingin sesegera mungkin melupakan Yein dari hidupku. Karena aku tak ingin berlama-lama terjebak disituasi ini. Situasi dimana cinta Yein bukan ada padaku.

Setiap kali ada waktu Mingyu ingin memberi tahu apa kabar gembiranya, dan setiap waktu aku mengalihkan pembicaraan.

Karena aku tak ingin mendengar celotehannya tentang gadis yang kucintai.

"Jungkook, aku pulang duluan. Appa ku kembali dari Busan." Ia melambaikan tangannya ke arah ku. Aku tersenyum kecil.

Aku pergi ke arah lapangan basket. Seharian ini aku tak melihat Yein.

Cukup Jungkook.

Kau hanya melukai perasaanmu saja semakin lama.

Aku berkali-kali memasukkan bola basket itu ke ring. Berkali-kali sehingga aku terjatuh.

Aku terjatuh. Ntah untuk ke berapa kalinya. Dibenakku hanya Yein dan aku tak bisa berpaling dari gadis itu. Yein, bisakah kau pergi dari hidupku?

Aku ingin menghilangkan sejenak pikiranku tentang gadis itu.

Aku mengacak rambutku asal.

Kenapa aku tak bisa melupakannya?

Aku melirik ke arah jam tanganku. Sudah hampir tengah malam dan aku masih ada diruangan ini.

Aku beranjak dari tempat ku lalu keluar dari sekolah itu.

Aku berjalan menuju halte dengan gontai. Ntah kenapa rasa lemas sekali. Aku ingin sesegera mungkin tidur dan melepaskan beban-beban berat di kepalaku.

"Sunbae!" Aku menghentikan langkahku ketika mendengar suara itu.

Deg.

Jeong Yein.

"Sunbae-ya! Annyeong!" Ia berlari ke arahku lalu menyapa. Aku hanya mengeluarkan senyum kecilku.

"Sudah lama aku tak melihat Sunbae. Kau kemana Sunbae?" Ntah kenapa rasanya ada yang memukulku lagi. Yang membuat goresan luka itu kembali lagi.

"Bukan urusanmu." Ucapku dingin. Membuatnya mengedipkan mata berkali-kali.

"Ah, mianhae. Aku terlalu banyak bertanya ya.." ia tetap mengikutiku. Membuatku semakin ingin memeluknya.

"Sunbae, kau mau pulang?" Aku menghentikan langkahku. Dan membuat gadis itu berhenti juga.

Aku menatap matanya tajam membuat bola mata gadis itu bergerak-gerak.

"Bisa kau pergi dari hidupku?" gadis itu menatapku heran.

"Sunbae, aku hanya---"

"BISA TIDAK PERGI DARI HIDUPKU DAN TAK MENGGANGGUKU?!" Matanya berbinar. Membuatku semakin emosi ntah kenapa.

"Mianhae, aku takkan--"

"JANGAN MENGIKUTIKU DAN PERGILAH DENGAN MINGYU! JANGAN MENDEKATIKU LAGI KARENA KAU SUDAH MILIK MINGYU SEKARANG!" Aku pergi meninggalkan gadis itu yang tengah mematung.

Aku berjalan lebih cepat agar gadis itu tak melihatku menangis.

"Ya! Sunbae-ya!" Aku terus berjalan tak memperdulikannya.

"Nan chuaheyo Sunbaenim!" Aku menghentikan langkahku saat mendengar pekikan itu. aku mendengar isakan gadis itu di belakangku.

"Saranghaeyo Sunbaenim.."

"Berhenti mengatakan aku menyukai Mingyu Sunbae.. aku tak menyukainya. Aku menyukaiu Sunbae.." gadis itu menangis. Dan aku tetap tak ingin melihat ke belakang.

"Aku mengikutimu? Yaa, aku mengikutimu. Aku menyukaimu sebelum kau bersama Lee Halla. Kau tak menyadari itu. Aku tahu Sunbae. Aku bukan seorang noona yang kau sukai. Yang memiliki perhatian lebih..tapi tolong Sunbae.."

"Jangan mengatakan bahwa aku menyukai Mingyu.."

"Aku menyukaimu.." air mataku terjatuh. Ntah kenapa. Kata-kata itu justru menusukku. Yein. Dia adalah gadis yang justru menyukaiku lebih lama.

Dan aku.. tak melihatnya.

Bodoh. Aku bodoh mengabaikan gadis yang sebenarnya mencintaiku.

Aku mendengar langkah kaki gadis itu yang pergi meninggalkanku. Aku membalikkan tubuhku. Menatap punggung gadis itu yang sudah menjauh dariku.

"Jeong Yein.. mianhae.."

---

VOTE N COMMENTNYA GAISSS THANKSS💕💕💕💕💕

Her LovesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang