Dia perfect...

2.7K 33 0
                                    

"Gue ulangi sekali lagi... Gue ingin loe Nikah sama dia..." ucapnya dengan menunjuk seorang cowok dengan kacamata. Cowok itu juga tidak kalah kagetnya dengan ku bayangkan saja air minum sampai terjatuh ketanah. Cowok peak ini benar-benar gila.

" loe gila... Lebih baik gue pergi sekarang dari pada melayani permintaan elo yang gak masuk akaal..." kata ku sembari mengambil tas tadi gue taruh di atas kursi panjang di samping kiri lapangan basket.

" Ternyata bukan hanya begok tapi elo juga gak konsisten... Apa loe mau pergi dan tidak mau menepati janji loe sendiri...?!" ejeknya yang membuat gue benar-benar kehilangan kesabaran.

" Apa dia setuju menikah dengan gue... "Ucapku dengan nada kesal banget. Rasanya gue ingin mencincang nich cowok jadi 100 bagian.

" Dia tidak akan menolak.... Iya kan Tom...?! " katanya dengan menatap cowok itu mengancam. Cowok itu hanya menundukkan kepalanya kuharap dia menolaknya " Hei cowok peak gue gak mau nikah sama cowok yang loe ancam... Taruhan ini akan batal jik.... " belum selesai gue bicara cowok berkacamata itu memotong ucapan gue dan " A..ak..u.... Mm..mau Mmmeni...kkah de..dengannya " ucapnya gemetar rasanya tubuh gue seperti tersambar petir. " Nach semuanya sudah deal gimana kalau minggu depan kalian menikah?!" ucapnya santai membuat gue semakin ingin membunuhnya. 

___________________________

" Bang gue mau nikah minggu depan..." ucap ku dengan berat hati.

Sontak saja abang gue langsung melebarkan matanya dan dia hampir tersedak karena kata-kata gue. " hahaha adik ku tersayang kalau bercanda itu jangan keterlaluan..." ucapnya dengan menjewer telinga gue.

" ih... Abang gue lagi gak bercanda..." jawab gue dengan memanyunkan bibir dan mengerutkan dahi. " Zai.... Kamu serius..." ucapnya memastikan ucapan gue tadi. Gue hanya mengangangguk tapi tetap dengan ekspreai sedikit kesal. Suasana sedikit hening Abang gue pasti sekarang pikirannya tersambar petir karna permintaan gue yang gak masuk akal " Zai Abang minta penjelasan dari mu sekarang!!" ucap abang gue tegas. Mau gak mau gue menjelaskan semua dari awal masalah ini di mulai sampai akhir. Seprti yang gue perkirakan bang eman kaget dengan taruhan yang gue lakukan. Gue juga nyesel kenapa gue lebih memilih ego dari pada mengalah.

" Taruhan tetap taruhan... Suka tidak suka kamu harus menepati kesepakatan yang kau buat sendiri... Abang gak mau keluarga kurniawan disebut sebagai keluarga yang ingkar... Abang mau menjadi wali mu di pernikahan mu nanti " ucapnya walaupun dengan berat hati dan lirih. Keluargaku sejak dulu memang pantang untuk mengingkari janji, sejak kacil gue sudah di didik untuk menepati janji oleh karena itu gue pantang nolak taruhan itu.

Sehari setelah taruhan waktu itu gue pergi mencari si peak. Sesuai dugaan gue dia berada dikantin bersama kurcaci-kurcacinya terutama cowok berkacamata yang sebentar lagi menjadi suami gue. " Hei peak gue mau berbicara face to face dengan loe dan loe " pinta gue dengan menunjuk kedua cowok itu. Si peak hanya mengangkat bahu dengan senyum sinis kepada gue. Rasanya melihat dia meremhkan gue, gue pengen banget bunuh tuh cowok. Sedangkan si kacamata itu hanya menundukkan kepala tanpa melihat gue, apa gue seserem itu sampai-sampai dia gak berani melihat gue.

" Baiklah.... Tom ayo... Nanti calon istrimu ini marah kalau gak kita turuti..." katanya dengan senyum mengejek penuh kemenangan. Rasanya gue semakin bernafsu untuk membunuhnya, Dasar peak. Kamipun beranjak pergi dari kantin dengan gue di depan si peak ditengah di ikuti si kacamata di belakang tetap dengan wajah tertunduk. Sesampainya kami di belakang sekolah gue memulai pembicaraan.

" Abang gue sudah setuju... Tinggal kapan orang tuanya kerumah gue " ucapku dengan nada ketus.

" Orang tuanya sudah meninggal dia sekarang tinggal sama gue dan bokap and nyokap gue..." ucapnya gue potong. " Apa?!... Ini benar-benar gila... Tunggu apa hubungan loe sama kacamata ini?? " ucap gue sembari menunjuk si kacamata. Rasanya sekarang pikiran gue menumpuk beribu-ribu pertanyaan.

" Apa loe bisa dengerin gue dulu sebelum memotong ucapan gue... Gue dan kacamata ini adalah saudara sepupu. Dan kacamata ini memiliki nama Tommy birawan lebih tua satu tahun dari elo. Dan soal ortu, bokap dan nyokap guelah yang bakal melamar elo" ucapnya panjang lebar.  

" kapan mereka ke rumah gue..." ucap gue ketus

" Besok... Loe tunggu aja informasi dari gue, Tom kasih dia nomer hp mu " perintahnya pada si kacamata. Dan si kacamata memberi gue secarik kertas bertuliskan no. Hpnya. Yang gue heran dia memberi gue nomernya tanpa suara dan tetap dengan menundukkan kepalanya. Nich cowok apa tidak kram tuch kepala dari tadi menghadap kebawah terus. Gue ambil saja kertasnya dengan kasar biar dia menegakkan kepalanya tapi sayangnya gak berhasil.

Tunggu mereka sepupu jangan bilang " Jadi nanti gue menjadi sepupu ipar loe.." sembari menunjuk si peak dengan mata melebar gue, Tuhan apa lagi ini. Si peak itu mengangguk tanda mengiyakan ucapan gue tadi dan kulihat secarik senyum kemenangan terlukis di raut wajah orientalnya itu.

Dua hari lagi pernikahan gue keluarga tommy juga sudah kerumah gue kemarin. Beberapa hari ini gue benar-benar pusing terlalu banyak masalah membuat gue memutuskan buat bolos dan tiduran di atap sekolah. Kulangkahkan kaki gue keluar kelas, dari jauh gue melihat Tommy dan si peak itu berjalan menuju perpus. Entah mengapa gue ingin menunggu mereka dan memperhatikan gerak gerik mereka. 15 menit gue menunggu gue melihat si peak keluar perpus tapi gue belum melihat tommy keluar dari perpus. Ke man tuch anak, karna penasaran gue langkahkan kaki gue ke depan perpus dan...

BRUKKKK....  

Gue sukses tertabrak dengan seorang siswa yang membawa banyak buku. " Aduh kepala gue sakit banget, kalau jalan lihat-lihat begok loe gak punya mata " umpat gue sembari duduk terkulai dan terus memijit-mijit kepala gue akibat kajatuhan buku-buku itu.

" Maaf... Apa kamu tidak apa-apa?! " ucap si penabrak menyesal. " Mata loe buta ap..." ucap gue terhenti setelah melihat siapa yang menabrak gue. " A...ku... Minta maa...f " ucapnya dengan sembari menegakkan badannya dan beranjak pergi. Tapi entah mengapa gue refleks saja mencegah dia pergi dengan memegang tangannya.

" Loe mau pergi dengan membiarkan buku-buku ini berserakan di sini " ucap gue ketus. Dan diapun urung untuk melangkah kabur. Gue lihat dia membereskan buku-buku itu walau dengan tangan gemetar. " Kalau elo membereskan buku dengan gemetar seperti itu sampai kapanpun tidak bakalan selesai... Sini biar gue bantu " ucap ku sembari mengambil buku yang berserakan itu. Awalnya dia menolak tapi gue gak peduli gue tetap memaksa buat menolongnya.

"Terima...ka..." ucapnya terhenti saat seseorang yang menyebalkan itu datang. " Nach begitu suami istri itu harus saling menolong...haha" ucapnya kegirangan mengejek ku. Ku tatap matanya dengan tatapan membunuh, tapi dia malah tidak peduli.

" Tom cepat bawa buku-buku itu di meja ku... Gue mau ke aula " dengan seenaknya dia memerintah. Dan bodohnya tommy hanya manggut-manggut menuruti perintahnya tanpa protes. Gue bener-bener gak tahan dengan pemandangan ini tanpa fikir panjan gue mengambil buku-buku itu dan kutaruh di tangan si peak itu dengan kasar, dan gue tarik saja tangan tommy dan membawanya kabur dari si peak yang otoriter itu. Dari jauh gue melihat raut si peak sangat marah dan gue puasss banget melihatnya seperti itu.

" Hosh...hosh...hosh... Gile seru banget..." ucap gue kegirangan. " Hosh...hosh... Apa kamu... sekarang bisa melepaskan tangan mu?! " pintanya mengagetkan dan berhasil membuat pipi gue memereh. " haha ternyata pipi merah mu sangat lucu " ucapnya gue benar-benar malu, Zai loe bener-bener bodoh dan sekarang gue gak berani melihatnya. " Nich minumlah kamu pasti capek lari dengan menggeret ku sampai ke atas atap " ucapnya sembari menyodorkan sebotol air pada ku. Tapi tebakannya gak salah gue benar-benar capek. Gue berhasil menghabiskan setengah botol air dalam satu tegukan. " Ach seger banget " kata ku lega.

" hehe ternyata loe lucu juga... " gue hanya menaikkan alis kiri gue tanda ' maksud loe ' tapi apa gue gak salah lihat dia memiliki wajah oval tegas, bibir merah, hidung mancung, dengan kulit putih, rambutnya hitam dengan potongan gaya justin bibernya yang tampak keren saat tertiup angin, matanya tajam walaupun itu di halangi oleh kacamata tebalnya dan garis senyumnya menambah ketampanan wajah orientalnya. Tuhan dia perfeck. Lamunan ku bubar karena lambaian tangannya menyadarkan gue ke alam nyata.

" kau memperhatikan aku... Jangan-jangan kau mulai menyukai ku." ucapnya membuat pipi ku semerah tomat super. " Kata siapa Ge-er loe " ucapku sambil memalingkan wajah tomat ku.

Karena Taruhan >.<?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang