The Truth Of Yuya

358 29 4
                                    

Akemi POV

aku berlari entah kemana, aku berlari dengan menutup kedua telingaku, aku berlari dan berlari sampai kuterdiam diatas bukit kecil

aku tidak ingin mendengarnya

"Tengangkanlah dirimu"

aku tidak ingin mendengarkannya

"tenangkanlah dirimu"

tapi perkataan Yuya terus terulang didalam Pikiranku

"tenangkanlah Dirimu"

"Diamlah!! hiks hiks hiks... dasar iblis, monster, bagaimana aku bisa menenangkan diriku ini?"

"aku tidak dapat memaafkan mereka, aku akan membalaskan dendam, kubalas 10x lipat apa yang kurasakan, tidak dapat Kumaafkan!"

"tenangkanlah Diirmu"

"Diamlah! aku sudah muak dengan suara yang mengeming dipikiranku ini!, jangan menghalangiku"

"tenangkanlah dirimu"

"Hiks hiks hiks... hu...hu..hu"


Hari semakin sore, semua beban pikiranku menghilang ketika kutumpahkan segalanya pada Yuya, Yuya Dragobane adalah tetanggaku yang lebih muda 2 tahun dariku, namun dia selalu memancarkan aura kedewasaan, aku membencinya karena dia selalu bermuka polos atau tidak berekpresi apalagi dia membuat kedua orang tuaku tidak menyayangiku lagi, mereka selalu membandingkan aku dengan Yuya.

"Maafkan Kami Akemi, Ayah dan ibu akan pergi"

"Ayah! Ibu! Mau kemana Kalian? Ajak aku"

"Maaf Akemi, Kami tidak dapat Mengajakmu"

"Kenapa Ayah? Ibu?"

"Kami tidak Dapat Mengajakmu karena Kita telah MATI"

"AYAH!!! IBU!!!", Haaah haaah haaah, Mimpi?"

Aku langsung terbangun dari tidurku, sambil memegang kepalaku supaya memastikan kalau itu hanyalah mimpi, Tapi ada yang Aneh

"Hm? Kapan aku kembali?"

Aku merasa kalau aku berada di bukit tersebut, tapi kenapa aku ada ditempat tidur? tempat tidur siapa ini? lebih baik berterima kasih kepada seseorang yang telah membawaku kemari

Krasak, suara kertas jatuh

"Apa ini? kertas? kenapa ada kertas di bantalku?"

kuperhatikan baik-baik dikertas tersebut dan membuka lipatannya

Untuk Akemi Dari Yuya

"Yuya?"

[Mungkin Jika kau melihat surat ini aku telah pergi]

"Pergi? yuya? apa yang terjadi?"

[untuk tadi pagi aku minta maaf, aku tidak bermaksud seperti itu, mungkin kau masih marah padaku, mungkin kau masih dendam padaku, tapi bagiku aku tidak peduli, kau adalah orang terpenting dalam kehidupanku, aku menanggapmu sebagai keluargaku, aku tau kedengarannya aneh, tapi apa kau percaya jika aku sudah berumur ratusan bahkan ribuan tahun?]

"Hm? Ratusan? Ribuan Tahun? Umur Yuya Ratusan Atau Ribuan tahun? Apa dia bercanda?"

[Aku bukanlah berasal dari dunia ini, aku berasal dari dunia lain, itulah rahasiaku, dan bukan berarti aku tidak tau kesedihanmu, tapi aku Sudah tidak dapat merasakan kesedihan karena kekuatan yang besar yang kutrima ini, Amarah, Senang, Sedih, Suka cita, Kagum atau perasaan lain aku sudah tidak dapat merasakannya, itulah sebabnya aku memutuskan untuk terlahir kembali menjadi manusia, untuk 1 tujuan, yaitu "MENDAPATKAN KEMBALI RASA KEMANUSIAANKU", serta jangan khawatir dengan ibumu karena sudah aku sembuhkan, Maafkan aku dan Selamat Tinggal Akemi]

"Apaan itu? Apa dia berbohong Padaku? Hiks hiks"

dengan sendirinya air mata bercucuran, kenapa aku menangis? ahaha dasar Yuya pembohong, apanya yang terlahir didunia ini, apanya yang mendapatkan kemanusiaan? apanya yang menyembuhkan ibuku, hiks hik

"Ayah..... Ibu... Hiks Hiks Hiks, Uwaaaaaah..."

Air mataku terus berjatuhan seperti hujan badai, ku tidak tau sudah berapa lama aku menangis tiba tiba

"Akemi? Akemi? Apa kau baik-baik saja?"

"Hiks hiks..I...bu?"

"Akemi"

Ah..sudah lama aku tidak dipeluk ibu, apakah aku sudah mati?

"Akemi... Maafkan Ibu.... Maafkan ibu...."

"Hiks hiks"

"Ibu berjanji.. akan melindungi kalian berdua"

"Hiks Hiks, Ibu....Ibu...Ibu!"

"Cup cup cup... Dasar.. Walaupun sudah besar kau masih cengeng saja"

Sudah berapa lama aku dipeluknya, air mata akhirnya berhenti juga

"Aku kembali Akemi"

"Selamat datang ibu"


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 25, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A God Boy Went To Another World To Obtain His HumanityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang