Crip Crip Crip suara burung bernyanyi, aku terbaring di sebuah ruangan, ruangan ini sangat sederhana, 1 tempat tidur dan satu lemari kecil disebelah tempat tidur, kumelihat vas yang berisi bunga berwarna-warni, sejenak ku berpikir, apa yang aku lakukan disini? dan disini itu dimana? saat kuberusaha untuk bangun, aku melihat seorang gadis kecil yang memiliki rambut kuning keemasan, kuingat bahwa dia bernama Akemi.
kubangunkan secara perlahan,
"Akemi....Akemi...Bangunlah"
mata yang semula terpejam perlahan terbuka,
"selamat pagi akemi"
melihat diriku mata akemi mulai menitihkan air mata dan mulai menangis, Hiks hiks, kuelus-elus rambutnya dan mengatakan aku tidak apa-apa, menit berganti menit, jam berganti jam, aku tidak tau sampai kapan dia berhenti menangis, sejenak akemi mulai mengusap air matanya dan mengatakan hal yang cukup aneh
"Yuya, syukurlah kamu tidak apa-apa, tanpa dirimu aku tidak dapat hidup lagi"
kumiringkan kepalaku sambil bertanya-tanya
"ada apa denganmu?"
Akemi mulai menjelaskan segalanya padaku, tentang setelah aku pingsan dan hal-hal yang telah terjadi ketika aku pingsan, dia bercerita kalau aku sudah pingsan selama 3 hari, Gunung Cliffhorn telah rata dengan tanah dan pelakunya adalah Pria yang memakai Zirah dan berpedang Hitam tersebut, para warga disini menceritakan bahwa Pria tersebut utusan raja bahkan ada surat wewenangnya, tak lama kemudian pria tersebut menjadi kepala desa, ia selalu membunuh monster yang akan menyerang desa, mengusir bandit-bandit, membantu para petani mengaliri air diladangnya, pria itu bagaikan sosok penolong didesa kecil di pinggir perbatasan itu, sampai suatu hari salah-satu warga melihat pria tersebut berbicara dengan bandit-bandit yang menyerang desa tersebut, salah satu warga tersebut melaporkan ke kepala desa yang dulu, mendengar hal tersebut seluruh warga desa memberontak dan wajah lain pria tersebut terbuka, dia bukanlah pria baik-baik melainkan pria sinting yang jahat, karena terbongkar pria tersebut memerintah para bandit memporak-porandakan desa tersebut dan hasilnya seperti sekarang.
Akemi mengatakan bahwa seluruh warga desa berterima kasih padaku, namun ingatanku agak samar-samar, kubertanya pada akemi tentang kejadian 3 hari yang lalu ketika aku membantai para bandit tersebut, setelah bercerita aku mengingat semuanya, rasa sakit dan senang, ah.... mungkin aku sudah menjadi gila, ketika aku membunuh rasanya senang bahagia, apa yang terjadi padaku? kalau terus begini aku akan berakhir seperti dia (tuhan), ditengah pemikiran itu datanglah seorang kakek tua, kakek itu pendek seperti tinggi kami,yang membuatnya cukup berkesan diriku adalah dia tidak mempunyai rambut dan jenggotnya panjang yang panjangnya dapat menyentuh lantai.
"Uhuk, uhuk, maaf, bisakah aku masuk?"
"Ah! kakek Yora"
"Yora?"
"un, Apa kau tau kalau kakek Yora yang merawat dan membiarkan kita tinggal disini"
"ah, begitu ya, Terima kasih kakek Yora, perkenalkan namaku Dragobane Yuya"
kakek yora mengambil sebuah kursi kecil di pinggir pintu dan duduk disebelah tempat tidur
"Yuy..a bukan? yah.. aku tidak tau kalau Ryuu sudah mempunyai anak, yah.. wajar saja sudah 20 tahun telah berlalu"
"um.. Kakek Yora, apa kakek dan ayahnya yuya saling mengenal?"
"hahahaha, tentu saja aku mengenalnya, karena yuya dulu berguru padaku, apa kalian penasaran?"
"un tentu!"
"aku tidak! karena aku sudah tau segalanya, kakek adalah guru ayahku Ryuu dragobane, ayahku dulu sangat bandel dan keras kepala sehingga hampir setiap hari kakek marahi dan hukum ayahku tersebut, ayahku meninggalkan keluarga Dragobane dan tinggal didesa ini, alasan ayahku meninggalkan keluarga dragobane karena dari seluruh keturunan Dragobane, Ayahkulah yang tidak bisa berpedang, sihir sangat payah, setiap hari ayahku selalu dihukum dimasa tersebut adalah masa terberat ayahku, Benar bukan Kakek Yora"
"(sambil mulut terbuka), ah maaf, aku tidak dapat berpikir apa yang dipikirkan ayahmu saat menceritakan masa kelamnya tersebut, aku kaget karena butuh waktu cukup lama untuk ayahmu bercerita padaku"
"ah.... ayahku tidak cerita kok"
"hm? jadi bagaimana kamu bisa tau?"
"dari mataku!"
"Mata?"
"ya, Mataku dapat melihat seperti biodata, aku mengerti setiap perjalanan hidup dan apa yang dialaminya hanya melihatnya, namun itu jika aku mengaktifkan mataku seperti ini"
dalam hati kukatakan Reveal, bola mataku yang semua hitam menjadi memerah menyala
"Ma..Matamu... Yuya matamu memerah!!"
"aku tidak tau harus berkata apa-apa, aku tidak tau sihir apa yang kamu lakukan saat membunuh bandit tersebut atau apa yang kamu lakukan padamu tersebut, namun aku khawatir kalau kekuatan yang ada didalam diriku suatu hari akan membahayakan nyawamu"
"jadi kau menyadarinya kek? kekuatan ini bukanlah kekuatan manusia pada umumnya, badanku yang sekarang tidak dapat menampung Seluruh kekuatanku, aku hanya dapat mengeluarkan kekuatanku maksimal 20%"
"Huh? kekuatan? manusia? 20%? apa yang kau katakan Yuya?"
"sudah jangan pikirkan hal itu, yang lebih penting apa benar Gunung Cliffhorn Telah Musnah? dan bagaimana dengan Ibuku? orang tua akemi?"
"kamu yang tabah Yuya.... sehari sebelum Gunung Cliffhorn diserang, ibumu telah menghembuskan nafas terakhir, kematiannya akibat penyakit yang dideritanya, ayah akemi meninggal karena berjuang habis-habisan melindungi istrinya, ibu akemi sampai sekarang belum siuman, dan tentang ayahmu......"
"ah, aku tau karena ayahku baru saja kesini, ayah menjemput ibu dan sekarang terbang kesurga"
"Aku tidak begitu paham apanya yang kesini namun aku tau, o...iya, kalian berdua ikutlah denganku"
"ah maaf tapi sebelum itu aku ingin mengunjungi Ibu akemi"
"ibuku? tapi ibu masih belum sadar"
"baiklah, ibu akemi terbaring di ruangan sebelah, aku tunggu dipintu keluar, jika sudah selesai kemarilah"
"baiklah kek"
kubuka pintu dan melihat kondisi ibu akemi yang cukup memprihatinkan, luka-luka akibat potongan benda tajam, bekas memar akibat benturan dan kepala yang terbentur cukup keras, pantas saja jika ibu akemi belum sadarkan diri,
"baiklah"
"apa yang baiklah? dan mengenaskan bukan? pria itu teganya membunuh ayahku, membuat ibuku menjadi begini, Aku tidak akan memaafkan dia!"
"Tenanglah dirimu akemi"
"Bagaimana aku bisa tenang!! orang itu.....orang itu.....orang itu telah membunuh ayahmu apa kau tau! dan orang itu juga merenggut nyawa ayahku dan membuat ibuku terluka parah seperti ini, Bagaimana aku bisa tenang?! dan kau Yuya, bagaimana kau bisa tenang?! kedua orang tuamu telah mati apa kau tau itu?! apa kenyataan tersebut kau tidak bisa menerimanya?!"
"sudah tenangkan lah dirimu itu"
"Bagaimana aku bisa tenang!!, apa kau tidak merasakan sedih?!"
"Bukan begitu, aku juga merasa sedih, bagaimana aku tidak dapat merasakan sedih jika kedua orang tuaku keduanya meninggal"
"kalau begitu tunjukan wajah sedihmu itu!"
"aku tidak bisa"
"Tidak bisa atau tidak merasakan apa-apa? dari kecil kau selalu berwajah datar, tidak berekpresi, Aku benar-benar membencimu!!!"
mengatakan hal tersebut akemi berlari keluar
"hah.... akemi... jika aku bisa aku akan menangis bagaikan bayi yang baru dilahirkan, aku ingin menagis sekencang-kencangnya namun tidak bisa, hatiku sakit, hatiku terluka, didalam hatiku aku menangis"
kuterdiam merenungi diriku sendiri
"Ah hampir Lupa, "HEAL", Baiklah sekarang sudah sembuh, tinggal menunggu ibu akemi siuman"
Dihari itu dihari dimana aku akan selalu mengingatnya dimana aku membuat Akemi menangis, Perjalanan untuk mendapatkan Rasa kemanusianku masih panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
A God Boy Went To Another World To Obtain His Humanity
FantasíaCerita Mengenai Seorang Yang Bernama Cahya purnawan yang mendapat kekuatan seperti seorang tuhan setelah berhasil memenangkan Game Saling membunuh, setelah 200 tahun kemudian cahya yang saat itu tidak dapat merasakan apa-apa, tidak dapat merasakan s...