15%

4 2 5
                                    

.

Berbagai pertanyaan berputar-putar di otakku. Dan aku malas menyebutnya satu-satu. Bikin pusing kepala aja.

Disaat aku sedang asyik berfantasi ria, sebuah benda bergerak mengagetkanku.

"Harry, sini sayang." Aku menggendong kucing jantan berbulu hitam itu dan menciumi hidungnya.

Ia membalasku dengan mengedipkan matanya perlahan atau biasa disebut catkiss.

"Meong.." ia menempelkan dan menggosok tubuhnya di tanganku manja.

Lalu sedetik kemudian ia berjalan kearah balkon untuk memulai kembali night out tripnya.

'Drrt.. drrt..'

For god sake. Kenapa mahkluk satu ini tetep keuh-keuh ngirim gue pesan padahal udah ngucapin salam tadi.

Aku mengusap layar ponsel.
From: Yosylayalay.
'Gue tahu lo masih ngambek. But, plis samperin gue bentar gih, didepan. Satpam lo galak abis.'

Fine. Ini yang pertama, Yosy nekad kerumah gue tengah malam gini. Aku melihat jam beker disamping lampu meja. Pukul 10.45 p.m. Shit! Sekarang jam cepet banget muternya.

Mengambil jaket tebal asal-asalan dari lemari dan segera menghampiri Yosy di depan.

Haha mampus lo ditahan sama satpam rumah gue. "Bun!" Ia memekik senang mengetahui aku menuruti permintaannya.

"Telpon gue kok gak diangkat sih, bun?"

"Doh, lo gak punya jam ya dirumah lo? Pantesan satpam gue galak ngeliat lo serba item jam seginian. Mau malingan?"

Tanpa membalas pertanyaan Yosy, aku keluar gerbang dan berdiri sejajar dengan cowok menjulang didepanku.

Aku memeluk diriku sendiri yang walaupun sudah memakai jaket tebal tetap terasa dingin.

Sejengkel apapun aku dengan Yosy, tetap saja aku akan mengeluarkan sifat happyvirusku jika berada di dekatnya.

"Tau nih. Masa satpam lo masih gak kenal gue. Kan gue mesti nongol dirumah lo. Gak mesti sih," ucap Yosy ragu.

Untung ia tidak menanyakan jawaban pertanyaan sebelumnya. Aku mengeratkan pelukanku.

"Jadi lo kesini mau ngapain, Yos?" Aku menatap kedua manik hitam tersebut sayu.

Tatapan mata seorang Aryosy selalu bisa membuatku luluh. Aku seakan bisa merasakan suatu kehangatan di dalam bilik ketajaman dan keangkuhan mata seorang Yosya.

Ia berdehem dan mengusap tengkuknya. "Gue tahu lo sekarang gak nyaman. Tapi gue mau minta maaf kalo gue udah bikin lo marah, bun.

Gue tahu lo ngerti keadaan gue sebenarnya itu gimana sekarang. Tapi percaya, gue pacaran sama Lusie cuma buat pengalihan diri supaya mama gue gak jadi tunangin gue sama Rani, bun."

Aku terhenyak mendengar perkataan Yosy. Jadi ini alasannya Yosy pacaran sama Lusie. Mantan sohibku. Yang sayangnya udah aku blacklist.

Tapi cara Yosy salah. Kalo dia emang gak mau ditunangin sama mamanya, kenapa gak langsung bilang ke mamanya aja. Kan simpel.

Tapi gak mungkin deh. Tante Sofi adalah pribadi yang teguh pendirian dan Yosy sendiri pasti tidak ingin membantah kemauan mamanya itu.

Jadilah Yosy berpura-pura pacaran dengan Lusie agar mamanya tidak cepat-cepat mentunangkan anak tunggalnya itu dengan anak teman koleganya.

Tapi masalahnya adalah kenapa harus Lusie? Dari sekian banyak gadis kenapa harus mantan sohibnya itu?

Terjadi hening yang lama diantara kami. Aku memandang mata itu dalam dan sendu. Sudah dua tahun kami bersama, tapi rasanya aku baru mengenal sosok Yosy.

200%Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang