40%

4 1 2
                                    

.

'Tit tit tit tit'

Ughh...berisik!! Aku mencoba membuka mataku yang nyatanya tidak berpengaruh sama sekali.

Aku kembali berusaha membuka mataku dan rencana ini berhasil. Aku bisa melihat sedikit jam beker sialan itu dan samar-samar pemandangan kamarku saat ini.

Okey, kelihatannya masih normal. Kedua bilik mataku melirik benda persegi di atas meja sebelah kasurku itu dan menekan tombolnya agar ia bisa berhenti mengoceh.

Pukul 06.15 am. Huam...masih terlalu pagi.

Udaranya masih dingin dan kasur empuk dibawahku juga masih dingin. Membuatku ingin melanjutkan tidurku saja.

Hari ini aku sangat malas untuk bangun dan berangkat ke sekolah.

Hei, ini minggu! Kenapa ke sekolah?

Yah, kau taulah. Aku sebagai manager dan wakil klub basket putri harus sudah datang sebelum pukul 06.30 pagi.

What!! Sekarang udah jam berapa, Barbara?!!

Sontak aku membulatkan mataku dan secara reflek tubuhku langsung berdiri tegak.

Astaga, aku kesiangan. Segera aku berjalan lebih tepatnya berlari kecil kearah kamar mandi di kamarku.

Melakukannya dengan secepat mungkin dan segera mengenakan seragam basket sekolahku.

Menguncir kuda rambut merahku, mengambil tas, kunci motor dan berlari menuju dapur dimana disana belum ada tanda-tanda sebuah kehidupan. Pasti mereka semua masih molor.

Tanpa memperdulikan apapun lagi, aku segera mengambil botol Tupperware berisi milkshake buah dan sebungkus roti sandwich ayam dari dalam kulkas dan memasukkannya ke dalam tas.

Menuju ke teras untuk mengambil sepatu Adidas sport navy kesayanganku dan menuju ke garasi untuk menyalakan motor maticku. By the way, aku berangkat masih pakai sandal.

Pak Sigit yang sudah berjaga pagi-pagi ini segera membuka pintu gerbang dan aku segera membawa keluar sepeda motorku.

"Makasih, ya pak!" ucapku dengan sedikit berteriak karena teredam suara deru motor yang sudah siap dijalankan.

Langsung saja aku mengenakan helm dan berangkat menuju ke sekolah. School! I'm coming!!

*

Setelah kira-kira 20 menit perjalanan menuju ke sekolahku tanpa ada hambatan di pagi hari ini, aku akhirnya sampai dan saat ini aku masih berada di parkiran sepeda sekolah.

Mematikan mesin motor dan melepas helmku. Aku berjalan dengan santai pagi ini untuk menuju ke ruang Perserikatan Klub Basket Sekolah.

Udara pagi ini sangat menusuk kulitku yang notabene aku hanya mengenakan baju basket tanpa lengan.

Tapi untung saja aku sudah mengenakan baju hitam 3\4 lengan sebelumnya. Jadi ia bisa sedikit meredakan dinginnya angin yang berhembus.

Kelihatannya pagi ini juga mendung. Terlihat dari matahari yang belum juga menampakkan dirinya di ufuk timur sana.

Aku mengambil kunci ruangan private tersebut dari dalam tasku dan membuka ruangannya.

Gelap. Segera saja aku masuk ke dalamnya dan menyalakan lampu.

Sekolah kali ini sangat sepi. Hanya ada beberapa siswa ekskul karate dan sepertinya beberapa anak OSIS.

Anak basket lainnya? Mana mungkin mereka datang sepagi ini. Palingan juga mereka semua masih pada ngebo.

Aku memutuskan untuk duduk di salah satu bangku didepan ruangan basket tersebut dan mengambil ponselku yang sedari kemarin malam tidak aku hiraukan.

Kejadian kemarin malam teringat kembali dalam otakku. Aku menggelengkan kepalaku beberapa kali untuk menghilangkan pikiran tersebut.

Masih terlalu pagi untuk memikirkan hal itu.

"Pagi, Bar."

Sebuah suara dalam yang terdengar cuek menyapaku kali ini.

"Pagi juga, Ram." aku membalasnya agar terlihat sopan.

Dia adalah Rama. Ramadhan Septia Hamdani, anak kelas 12 Ips 1 dan masuk kedalam grub A klub basket putra.

Bocah satu ini bisa dibilang nyentrik alias aneh. Lihat saja penampilannya yang cuek bebek seperti itu.

Tetapi ia sangat baik dan selalu menyapa siapa saja yang sudah kenal dekat dengannya. Contohnya seperti aku tadi.

Ia ikut duduk disampingku tetapi sebelumnya ia mengambil tas yang berada di punggungnya itu.

"Baru nyampe?" ia menyampingkan permen lolipop yang berada di mulutnya.

Dan duduk membungkuk dengan kedua siku yang menyentuh pahanya sambil memandangi lapangan basket yang masih sepi.

"Hmm.." racauku tak jelas sebagai jawaban sambil memakai sepatu Adidas sportku.

Oh ya, bagi yang belum tahu, Rama ini salah satu anak Cevilryos Family. Salah satu geng paling disegani di sekolah ini karena kesempurnaan visual anak-anaknya.

Udah segitu aja. Capek ngasih tau kelanjutannya.

"Lo ada piket hari ini? Tumben dateng awal?"

"Ya 'kan, gue managernya. Gimana, sih?"

"Tanya aja. Manager 'kan tugasnya santai-santai,"

Selain ia yang cuek bebek, Rama juga terkenal dengan omongan pedasnya.

"Tau deh, yang cuman jadi anggota." sindirku sambil membelakangi Rama sehingga aku harus menghadap menyamping.

"Okey, gue cuman bercanda tadi,"

Gue bingung, deh. Kadang Rama kalo bicara susah dibedain mana yang bercanda mana yang serius.

"Lo belom sarapan, 'kan?" aku hanya menganggukkan kepalaku sebagai jawaban.

"Kantin, yuk? Gue juga belom makan,"

Disatu sisi, Rama juga baik dengan orang di sekitarnya. Masih mendingan daripada ia hanya cuek bebek ditambah visualnya yang jutek tersebut.

"Yuk,"

*

Kami menempati sebuah bangku tepat disebelah warung makan milik Mbok Diah.

Aku melepas mini ranselku dari lilitannya yang melingkar di kedua pundakku dan mengambil botol minuman serta bungkus mika roti sandwich ayam dari dalamnya.

Sedangkan Rama masih memesan makanannya di warung tersebut.

"Oh, lo bawa bekal ternyata," tukas Rama ketika sudah duduk berseberangan denganku.

"Seperti yang kau lihat,"

Tak lama pesanan Rama pun datang karena suasana kantin yang hanya diisi oleh kami dan beberapa anak lainnya.

Kamipun makan dalam diam dan kami sama-sama memakan jatah masing-masing dengan lahap karena perut yang belum terisi untuk aktifitas pagi ini.

"Oh ya, btw lo lihat Lathiefa, gak? Gue kok belum nemu dia, ya?"

"Masih perjalanan mungkin," balasnya datar sambil tetap memakan sarapannya dengan lahap tanpa menoleh kearahku.

Aku menghela nafas pelan dan menaruh kembali botol minumanku di atas meja. Biasanya Lala sudah datang jam segini.

Tapi sampai saat ini, ia belum juga datang. Lala memang bukan anak basket tapi ia anggota ekskul karate dan saat ini ada jadwal latihan.

Aku mengira-ngira dimana Lala saat ini.

"Lo masih sama Yosy, ya?" ucap Rama tiba-tiba yang masih belum dapat aku cerna arti pertanyaannya.

200%Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang