08

23.3K 1.7K 19
                                    

eight: escaping hell.

((mulmed wajib bgt mainin :33))

•••

Aku berlari melintasi hutan di belakang rumah sakit Blue Moon.

Hanya lewat sanalah satu-satunya cara untukku dapat sampai ke rumah kawanan tanpa terlihat.

Ini bukan berarti aku ingin kembali ke sana, melupakan rencanaku untuk kabur dan kembali menikmati hari-hari penganiayaan.

Aku hanya ingin ngepack beberapa pakaian dan juga barang-barangku.

Beberapa barangku adalah memento dari Mama dan Papa. Peninggalan terakhir mereka yang begitu berharga untukku.

Bagaimana mungkin aku meninggalkannya disini? Mereka akan dengan langsung membakar semua barang-barangku begitu aku pergi.

Aku memanjat ranting-ranting rendah untuk dapat masuk melalui salah satu jendela yang tidak pernah di kunci oleh kawanan kami.

Jendela dapur lebih tepatnya.

Letaknya memang agak lebih tinggi sehingga aku membutuhkan pijakan.

Setelah berhasil masuk, dengan perlahan aku mengendap-endap untuk bisa sampai ke kamarku.

Beruntung ini memang tengah hari, waktu di mana para remaja sekolah dan para orang tua pergi rapat mingguan di daerah perkotaan.

Namun siapa tahu ada yang stay di rumah kawanan, tidak ada salahnya aku lebih berhati-hati daripada ketahuan.

•••

Aku menatap kamar kecilku dengan lekat.

Meskipun kamar ini sangat kecil, namun tempat ini begitu nyaman. Tempat ini adalah tempat persembunyianku. Tempatku menangis ketika diperlakukan tidak adil oleh dunia. Tempatku berpulang.

Mataku beralih pada sebuah boneka beruang berukuran sedang berwarna cokelat di matrasku.

Boneka itu adalah hadiah ulang tahunku yang ke-9. Luis yang memberikannya sebagai hadiah. Aku ingat bahwa aku sangat bahagia saat itu.

Selama beberapa tahun ini, boneka itulah yang kupeluk pada malam hari saat aku menangis. Boneka itulah saksi bisu betapa aku merindukan perlindungan dan pelukan hangat kakak laki-lakiku, saudaraku, darah dagingku yang tersisa satu-satunya.

Aku menatap boneka tersebut dengan sedih, karena mulai saat ini, aku tidak lagi membutuhkan pelukan. Aku tidak lagi butuh bonekanya...

Mengalihkan pandanganku, aku buru-buru merunduk dan meraih sebuah keranjang berisi baju-baju yang kulipat dengan rapih.

Aku mengambil baju-bajuku itu dan memasukannya dalam sebuah tas besar yang usang.

Aku juga membawa foto keluarga kami dan memento lainnya yang tersisa.

Seperti topi beanie lucu berwarna merah yang diberikan Papa pada saat ulang tahunku yang ke-11, atau sebuah kalung locket yang berisi fotoku dan Luis pada sisi kirinya dan foto Mama dan Papa pada sisi kanannya.

Aku menghela nafasku dengan panjang.

Sulit rasanya meninggalkan semua ini. Kotaku, kampung halamanku, semua memori berada di kota ini.

Namun aku pergi untuk kebaikanku sendiri.

Semakin lama aku berada di tempat ini, semakin sulit buatku untuk bernafas.

Jadi, aku harus melepaskan semuanya.

•••

Aku menunggu bus di persimpangan dekat café Francis, tempatku dan Luis dulu sering kumpul saat orang tua kami pergi untuk rapat mingguan.

broken.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang