25

16K 1.3K 54
                                    

twenty five: early war?

•••

"Ayo semuanya, kita latihan,"

Karena kejadian kemarin itu, aku jadi sedikit parno terhadap hal-hal kecil yang mencurigakan. Pun, aku juga jadi lebih memperketat proses latihanku, yang mana membuat para anggota kawanan Blue Moon protes.

Apalagi sejak mereka tahu kalau aku adalah Grace. Grace-nya mereka.

Banyak dari mereka yang lebih memilih untuk tidak mengikuti latihanku.

Katanya latihanku nggak berguna-berguna amat. Katanya juga mereka tidak percaya mau di latih oleh seseorang yang lemah seperti aku.

Well, suit yourself. Aku tidak rugi kalau mereka tidak mau latihan. Yang ada malah aku untung, nggak perlu cape-cape mantau sana-sini selama proses latihan. Terus juga dengan adanya sedikit murid, mereka yang mau latihan jadi bisa lebih berkonsentrasi saat aku menerangkan dan mendemonstrasikan cara bertarung.

Tapi kalau mengingat-ingat hari pertama aku mulai melatih...

Flashback

"Hai semuanya. Seperti yang kalian tahu, saya adalah salah satu anggota Lunar Eclipse yang datang kesini untuk membantu kalian berlatih. Saya yakin kalian sudah bertemu dengan beberapa teman saya. Anywho, saya berada di sini bukan atas pilihan namun atas perintah yang mutlak, oleh karena itu saya harap kalian bisa cooperate."

Aku menanyakan sesi pertanyaan mini saat itu, saat seseorang menanyakan namaku.

"Ah... Saya yakin kalian mengenal saya. Dulunya saya adalah anggota kawanan Blue Moon yang sangat kalian cintai," Ujarku sedikit sinis. "Well, mungkin karena saya pergi terlalu lama kalian sudah lupa. Kalau begitu mari kita berkenalan lagi."

"Nama saya adalah Grace Johnston, adik dari Gabriel L. Johnston. Saat ini saya menjabat sebagai advance warrior di Lunar Eclipse, dan nama baru saya adalah Grace Alexander, adik dari Jamie dan Joshua Alexander."

Suara ricuh mulai terdengar. Beberapa orang berbisik-bisik sambil menatapku, ada juga yang menatapku sinis dan terlihat tidak perduli (in fact, banyak malah). Tapi ada juga sebagian dari mereka yang tidak berani menatap mataku entah kenapa. Merasa bersalahkah? Atau merasa takutkah? Entah.

Dan lalu tiba-tiba terdengarlah suara si pengkhianat.

"Oh, karena jabatannya Advance wa-whatever itu, lo jadi songong? Merasa udah berubah?"

Aku tersenyum dengan puas.

"Ughh, akhirnya, scene yang gue tunggu-tunggu daritadi," ujarku membuat Bella mengernyit.

"Jadi, situ meragukan skill dan jabatan saya?" tanyaku dengan santai.

"Nggak ada yang berubah, Grace. Lo tetep sama, Grace yang dulu, Grace yang lemah, Grace yang nggak berguna."

Aku menganggukkan kepalaku menyetujui ucapannya.

"Situ perhatian amat sampe ngikutin perkembangan saya."

Bella mengeram kesal.

"Jangan banyak omong!" katanya dengan kesal, sementara aku tertawa.

"Ya udah, gini aja," ujarku dengan perlahan. "Gimana kalau kita by-one?"

"Hah?"

"Yaa, kita tarung, satu lawan satu."

Bella tersenyum dengan sinis, "Buat apa? Males banget, nggak ada untungnya di gue."

"Wow," ujarku sembari tertawa. "Padahal banyak loh untungnya di elo. Kalo gue kalah kan, lo bisa permaluin gue."

Bella terlihat berpikir sejenak.

broken.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang