27a

13.1K 995 106
                                    

twenty seven a: nathan's feeling.

•••

Aku kembali ke kamarku dan langsung saja rebahan di kasurku. Tubuhku lelah sekali.

Semua kejadian hari ini, semua pembicaraan hari ini begitu menguras tenagaku.

"Capek," rintihku.

Aku memejamkan mataku sebentar, mencoba menghalang sinar lampu yang menembus mataku.

'Aku lega kamu memaafkannya, Grace.'

Sedikit kaget, aku kembali membuka mataku.

"Ah... Ternyata kamu... Tumben."

Aku jarang sekali berbicara dengan serigala-ku. Biasanya ia hanya akan menyapaku ketika ia butuh untuk melepaskan pikirannya. Ia akan menyuruhku untuk berubah wujud. Atau ia akan berbicara ketika aku menanyakan pendapat kepadanya.

Serigalaku,... ia masih butuh waktu untuk memulihkan dirinya dari patah hati akan penolakan Kenneth.

Kadang ketika ku panggil, ia berada jauh sekali di dalam sana sehingga sulit sekali kujangkau.

Tapi rasanya aku bisa mengerti, patah hati itu betul-betul membunuhmu.

'Aku tahu sangat tidak mudah untuk memaafkan seseorang yang  telah memperlakukan kita secara buruk, tapi, aku lega kamu memaafkannya.' ujarnya sembari tertawa.

"Aku juga. Tapi... Maafin aku... Maaf kalau ternyata nggak akan bisa secepat itu untuk kamu dan serigala Kenneth untuk kembali bersatu. Aku... aku masih butuh jarak,"

'Aku mengerti. Aku tidak apa-apa.' ujarnya pelan.

"Aku memang memaafkannya dan memutuskan untuk memulai kembali, tapi... Aku masih tetap butuh jarak. Aku masih agak takut,"

'Aku tahu. Aku tidak akan membebani kamu. Bawa pelan-pelan saja.'

"Maaf ya, kamu harus dapat manusia yang lemah kayak aku sebagai partner kamu di bumi."

'Kamu ini ngomong apa? Aku bangga kok dapat seseorang yang seperti kamu, karena kamu kuat. Kayaknya gara-gara sudah lewat jam tidur, ucapanmu jadi ngawur ya... Udah deh, cepetan tidur.'

Aku tertawa kecil, tapi memutuskan untuk menuruti serigalaku dan pergi tidur. Aku butuh istirahat.

•••

Keesokan harinya aku bangun pukul 12 siang. Untuk pertama kalinya sejak berada di sini, tidurku bisa se-nyenyak itu dan bangunku bisa se-siang itu.

Karena merasa lapar, aku pun turun dan pergi ke dapur untuk mencari sarapan, atau mungkin lebih tepatnya makan siang.

"Met pagi, Grace."

Aku menoleh ke sebelah kiriku dan saat itu pula Jamie yang sedang mencoba mencium pipi kiriku malah akhirnya mengenai sudut bibirku.

Aku yang kaget dengan otomatis mundur 5 langkah dan mengusap bibirku dengan punggung tanganku.

"Jamie!" bentakku karena kaget.

Jamie yang juga terlihat sama kagetnya denganku malah menatapku dengan cengo.

"Bego! Pagi-pagi main nyosor aja kaya bebek," ujarku.

Jamie akhirnya sadar dari keterkejutannya. Ia kemudian menoyor dahiku sedikit keras.

"Siapa yang bego? Sopan banget ya. Siapa suruh nengok-nengok, kan jadi salah cium."

"Siapa suruh cium-cium!" ujarku membela diri.

"Tiap pagi juga biasanya di cium, sok jaim banget mentang-mentang bukan di rumah sendiri."

broken.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang