5. Ngelonjak?

159 13 8
                                    

"Heh... jadi orang tu engga usah nyolot ya! Gue udah sabar engga nanggepin omongan engga penting lo. Hidup-hidup gue, ya urusan gue!." Sambil mengacungkan jari telunjuknya dihadapan Rafi.
Memang Rafi yang memulai masalah ini karena dia memang pembuat onar di Sekolah ini. Banyak orang yang terdiam mendengar amarah yang meluap dari Luna hingga membuat semua tidak menyadari adanya Bu Rizqi

"Ini ada apa? Ko kalian bukannya belajar malah ribut." Tegas Bu Rizqi.

"Ini Bu... Luna pukulin saya. Padahal saya engga gangguin dia." Rafi memang suka membalikan fakta yang sebenarnya. Luna benar-benar tidak mengerti apa yang membuat Rafi sangat menyukai masalah dengan Luna.

"Engga mungkin Luna begitu. Ibu tau gimana Luna, kamu engga usah bikin masalah ya Rafi!!." Ancam Bu Rizqi.

"Terima kasih Bu Riz sudah mempercayai saya." Kata Luna dengan nada sendunya

"Iya.. saya tau kok. Sudah kembali ketempat dudukmu."

Bu Rizqi melanjutkan mengajarnya. Bu Rizqi adalah guru bahasa inggris. Bahasa inggris adalah pelajaran favorit Luna dari bangku kelas satu dulu.

Hanya pelajaran ini yang bisa dinikmati oleh Luna karena semenjak kelas tiga prestasi akademik Luna sedikit menurun. Karena pengaruh masalah keluarga serta sahabat yang melupakan dirinya.

Kini pelajaran bahasa inggris pun berakhir dan Bu Rizqi keluar dari kelas 3-C . Namun anehnya si pembuat onar tidak mengeluarkan suara nyaringnya.

"Tumben.. bisa diem juga ternyata tu anak." Dalam hati Luna.

Luna masih seperti biasa, memejamkan matanya sejenak dan membayangkan suatu hal yang bisa membuat jernih pikirannya karena Pak Ari pernah berpesan bahwa dia tidak bisa terlalu setres karena akibatnya penyakit lambungnya akan kambuh dan bila sudah merasakan setres dia harus memikirkan hal yang menyenangkan emm.. seperti makanan favoritnya.

"BRAKK..." suara hantaman meja yang membuat Luna terkejut dan terbangun dari tidurnya, siapa lagi kalau bukan si Pembuat Onar.

"Mau apa lagi... engga capek apa, bikin ribut mulu." Sambil menggosok matanya Luna.

"Heh... sekarang mulai sok-sokan ya. Pake lindungan dari Bu Rizqi segala." Dengan wajah yang merah.

"Udah.. gitu doang?. Kalo gitu gue lanjut tidur lagi. Bye !." Sambil menutup mata kembali.

"WOYY.. Aku masih ngomong tau." Sambil menyenggol lengan Luna.

Luna masih menutup matanya, namun masih membuka telinganya dan masih mendengarkan setiap langkah kaki Rafi. Akhirnya Luna tidak jadi tidur dan saat bangun untuk duduk. Tiba-tiba ada pukulan keras yang mengenai punggung kanan Luna hingga mengeluarkan suara...

"DUUUK..."
Rasa nyeripun menyerang seluruh punggung Luna, namun terparah pada bagian sisi punggung kanan Luna. Membuat bergetar pada seluruh tubuh Luna dan rasa nyeri yang luar biasa.

"Ehh fi... lu keterlaluan.. ampe bunyi gitu punggungnya." Salah satu teman Rafi khawatir dan menganggap Rafi keterlaluan. Memang Rafi sudah keterlaluan. Rafi akan menyerang siapapun entah dia laki-laki atau perempuan. Luna hanya terdiam menahan sakit di punggungnya.

"Aduhh... sakit banget sihh.. dasar tolol tu Rafi." Dalam benak Luna sambil melihat raut wajah si Pembuat Onar dengan mata yang tajam.

"Ahh aku engga peduli.. karena dia hari ini udah bikin aku malu didepan Bu Rizqi. Hahaha... MAKAN TU SAKIT!!!."
Luna pun bangkit dari bangkunya dan terlihat seperti ingin membunuh Rafi seketika. Tatapannya sangat tajam bahkan lebih tajam dari pisau.

"HEH.. GUE ENGGA PAKE FISIK.. lo tau badan gue aneh.. udah lagi lo tambah pukul SAKIT TAU ENGGA.. SAKITT BEGO!!." Sambil menunjuk jari telunjuknya dihadapan wajah Rafi.

I'm Scoliosis's GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang