Dilihat panorama alam,
Burung burung berterbangan tinggi,
Bebas meluncur di langit ilahi,
Angin senja bertiup laju,
Yang dinginnya bak salju.Ku toleh ke kiri,
Kelihatan seorang pengemis duduk sendiri,
Keseorangan bertemankan sepi,
Mengemis duit menagih simpati,
Raut wajahnya bagai tiada dosa,Namun,
Malangnya nasib,
Dipandang sinis,
Dikeji dan dihina,
Dianggap bak sampah,
Yang nilainya tiada.Walhal mereka taktau,
Si dia yang selalu dihina,
lebih mulia disisi Tuhannya,
Daripada mereka yang bermulut celupar.Kulihat ke kanan,
Kelihatan seorang jutawan,
Yang bergaya lagi tampan,
Sedang bermegah dengan kemewahan,Dirinya dihormati,
Disayangi dan disanjungi,
Walhal si dia penyumbang korupsi,Tiada siapa peduli.
Dia hulurkan saja wang,
Semuanya bak buta,
Semuanya bak tuli,Kesalahannya tadi,
Ditutup rapi,
Disimpan dalam almari,
Dalam sebuah peti besi.Jangan kau ingat ,
Dia yang di langit tak memerhati,Lupakah engkau ?
Tuhanmu itu takkan pernah mati ?
Bukan seperti mu,
Yang kelak kan binasa nanti.Itulah lumrah manusia,
Cintakan harta,
Hingga alpa,
Pada yang esa.