Seketika suara pintu terbuka..Selamat, Rara terselamatkan dari hal mengerikan itu.
Roi segera bergegas membetulkan ikatan handuk di pinggangnya lalu turun dari kasur dan berlari kedalam kamar mandi menghilangkan jejak bejatnya.
Lega, terasa sangat lega dengan luka serius di benaknya, Rara hanya terisak pelan mengingat kejadian memalukan barusan.
Mengumpulkan segala emosi dalam nafas, kesadaran Ia bangun dengan segera, bangkit dari posisi tak mengenakkan itu, mengusap tetes air dipenghujung mata.
Rara berusaha membuat keadaan seperti baik-baik saja tanpa kejanggalan di rumah itu.
Pintu yg terbuka oleh Ibu Roi menyelamatkan setengah nyawa Rara, dan setengahnya adalah nafas lara yg hampir menenggelamkannya.
"Lho Roi mana nduk?"
Tanya sang Ibu yg baru pulang dari rumah saudara yg letaknya tak jauh dari rumah Roi."Oh di.. Di kamar mandi buk"
Sembari menyambar tangan Ibu Roi dan mencium tangan yg mulai keriput di usia 50nya itu."Kamu sudah makan? Ayo makan sama-sama, ini lo tadi Ibuk bawa ayam kecap, tadi habis masak di rumah buleknya Roi"
Ucap wanita paruh baya itu sambil berjalan perlahan menuju dapur."Iya buk, sekalian aja sama Roi nanti makannya"
Jawab Rara dengan senyum.Senyum ramahnya menyembunyikan sebuah trauma dan luka.
Makanan kesukaanpun bahkan tak meningkatkan gairah makan Rara, tak bernafsu sama sekali.
Jawabannya hanya sebagai pengalih duka.***
Siang seram itu berlalu, beribu kata maaf terucap, berjuta ancaman bunuh diri terlontar dari mulut Roi, tak membuat Rara bergeming.
Seolah tak percaya, lelaki yg begitu Ia cintai seketika berubah sebuas harimau yg lapar akan daging segar.
Terdiam, dan terus diam, hanya itu yg Rara lakukan.
Diamnya tak menyimpan dendam, tapi menyembunyikan heran, mengapa dan apa yg membuat Roi berubah dalam jengkal detik.Sepulang dari rumah Roi, Rara masih termenung di kamarnya sambil berbaring lemah.
Ditemani air mata yg kembali mengalir diatas pipinya yg halus, Rara masih terus bertanya-tanya.
Rara
Aku sedang berdiri diujung hati, mencoba memahami arti luka tadi.
Mungkin dia hanya emosi, tapi emosi macam apa yg membuatnya segila itu?
Aku masih bisa memaklumi kalutnya tapi tidak dengan tindakannya.***
Sudah hampir seminggu semenjak hari itu, Rara tak mau menemui Roi.
Tugas-tugas akhir semester yg mulai mengisi otak membuat Rara sedikit sibuk skaligus mengalihkan sakit hatinya pada Roi.
Kondisi itu sekaligus membuat Rara semakin dekat dengan Mas Gilang.Rara tak mau memutuskan hubungan mereka, karena jujur dalam hatinya, Ia masih sangat mencintai Roi.
Rara hanya butuh sedikit waktu untuk menenangkan diri dan mengubur traumanya.Rara : aku cuma butuh waktu, aku nggak bilang kita putus, aku cuma mau kamu sabar nunggu, sampe aku siap buat natap mata kamu.
Plis, jangan paksa aku buat nemui kamu.
Aku masih takut Roi.Roi: iya, aku cuma bisa bilang maaf
Begitu isi pesan singkat terakhir mereka sebelum Rara benar-benar mengasingkan dirinya dari sosok Roi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta? Mimpi? Kenapa?
RomanceDekisha, nama yg tak asing ditelinga, ingatan, dan khayalan. Rara, Gadis manis ber kepribadian tak wajar sedang mengalami mimpi yg tak wajar pula. Entah cinta, rupa, atau ayal yg tak kunjung memiliki kejelasan. Masih menelusuri seluk beluk mimpi bur...