23. Merindu

37 4 0
                                    

1 bulan kemudian.....

Hari ini adalah hari yg paling membahagiakan bagi seluruh pegawai dimanapun, karena tiba saatnya untuk menerima amplop berisi lembaran rupiah sebagai wujud dari hasil kerja keras selama sebulan memeras keringat.

Hal membahagiakan itu juga dirasakan oleh Rara, karena untuk pertama kalinya Ia mendapat sejumlah uang yg cukup banyak dari hasil kerjanya sendiri.

Sepulangnya dari kerja segera Ia ambil beberapa lembar uang untuk diberikan pada Sang Ayah, senyum lebar terlukis diwajahnya.

"Ini yah, hari ini pertama kali Rara gajian, maaf ya cuma bisa kasih sedikit"

"Makasih nak, tapi lebih baik uang ini disimpan saja, di tabung untuk keperluan skripsimu, juga wisuda nanti, gimana?"

"Tapi yah, Rara pengen ayah bisa ngrasain juga hasil kerja kerasku"
Katanya dengan merengutkan dahi.

"Kalau gitu kita makan sate aja, tapi pakai uangmu, gimana?"
Kata ayah.

"Iya iya yah setujuuu.. di warung sate yg biasa yah, ayo yah buruan yah, jam segini pasti rame nih, nanti nggak kebagian tempat lo yah"
Ajaknya dengan semangat 45.

"Iya, ambil helmmu"

Malam ini, seorang Ayah yg sibuk, meluangkan waktu untuk makan malam di warung sederhana dengan sangat bahagia bersama Putri satu-satunya.

Perjalanan yg cukup singkat membuatnya segera sampai di tempat tujuan.

"Pak Min, satenya 20 tusuk ya satu pake nasi, satu lagi pake lontong"

"Wah Mbak Rara, lama ya nggak kesini? Terakhir kesini waktu Mbak masih pakai seragam SMA ya kalau nggak salah?"

Kata lelaki paruh baya itu dengan kerut disekitar senyumnya.

"Hehehe . Iya Pak, udah kerja sekarang, jadi baru sempet kesini lagi"

Warung Sate Pak Amin memang tempat favorit keluarga Rara, tempatnya begitu sederhana, dulu waktu Rara masih SD, Warung sate itu hanya sebuah gerobak sate dengan tenda kecil dan 1 meja panjang juga beberapa kursi plastik, berbeda dengan sekarang. Pak Amin sudah memiliki 2 cabang warung lain, meski sederhana, rasa dan kualitas makanannya tak bisa diremehkan, pelanggannya saja dari pengguna motor sampai mobil-mobil mahal, bahkan meski beliau sudah memiliki 2 cabang lain tapi Pak Amin masih mengelola warungnya sendiri, maklum, mendiang istrinya telah meninggal 2 tahun silam.

Sate yg baru matang sudah dihidangkan, tapi tak seperti biasanya, Rara tak begitu bersemangat, ada sesuatu yg menganggu pikirannya.

Ia merindukan saat-saat bersama keluarga kecilnya yg lengkap, tanpa kekurangan seorangpun.
Kebahagiaan yg tak bisa ditukar dan dibeli bahkan diulang kembali, hanya bisa diingat dan tersimpan rapi dihati.

"Yah Rara kangen Mas sama Ibuk"

Celetuk Rara, membuat Ayah sedikit terkejut dan menghentikan kunyahannya.

"Ya coba telpon kakakmu, tanya kabarnya dan kira-kira kapan dia akan pulang. Tapi nanti saja setelah selesai makan. Sudah cepat makan satenya"

Kata Ayah, seolah tak ingin membahas lebih lanjut tentang Sang Ibunda.
Nampak diraut wajah Bapak dari 2 orang anak itu sebuah penyesalan besar, dan rasa bersalah yg amat dalam dari masalalu keluarga kecil mereka.

"Iya yah"
Kata Rara pelan dan mulai memakan sate juga lontong dihadapannya.

--------

Acara makan malam dengan sate kesukaan sudah selesai, Rara pulang bersama Sang Ayah.
Perjalanan singkat yg sangat hening, tanpa sadar membuat setitik air gugur dipelupuk mata Rara.

Kerinduan yg begitu menyiksa, mengiris batin, dan mengoyak kalbu.
Mengingat keutuhan dan kebahagiaan dari sebuah keluarga kecil yg begitu singkat Ia rasakan.

Rara

Mungkin mulutku bisa berbohong, tapi mata dan hatiku tidak bisa, aku sangat merindukanmu bu, aku ingat sekali terakhir kali kita makan di tempat itu aku begitu manja kepadamu, dan engkau menyuapi dengan penuh kasih.
Aku sangat merindukanmu bu, sangat sangat merindu.

---------

Sesampainya dirumah.....

Suasana rumah yg hening, tanpa ada canda atau ria, sudah biasa Rara rasakan semenjak mendiang tersayang meninggalkannya.

Rasa haru & rindu masih menyerbu, menyengat kenangan yg sangat melekat.

Tiba pada detik dimana kantuk membuat air matanya terhenti.
Membuat lupa untuk perlahan & hilang dalam lelap.

Sekejap mata terpejam, getar ponsel membuatnya terjaga.
Dengan setengah nyawa yg ada, Rara berusaha membelalakkan matanya yg mulai sembab untuk membaca pesan itu.

+6281768xxx345 : hy? Gimana kabar?

"Hah, siapa nih malem-malem juga. Nomor ga jelas banget . Taulah"

Sembari melempar ponselnya ke atas bantal.

Tak lama setelah pesan singkat dari nomor tanpa nama itu diterima, ponsel kembali berdering.

"Ya Tuhaann. Ganggu banget sih, pasti nomer iseng nih"

3 kali direject masih saja ponselnya tak mau berhenti berdering.
Mau tak mau Ia harus mengangkatnya, meski dengan kantuk yg memenuhi kepalanya.

"Sapa?"

"------------ hening ------"

Seketika telepon pun terputus.
Rara yg tersulut emosi langsung mematikan ponselnya.

"Sumpah ni orang ngeselin banget nih. Makan tuh, telpon ampe botak juga gabakal bisa.
Nggak tau orang ngantuk maksimal apa ya"
Omelnya, dengan meletakkan ponsel di atas meja belajarnya dan berusaha kembali tidur.

Di sisi lain pada tempat yg berbeda......

"Bego banget ya, kenapa nggak ngomong tadi, coba telpon lagi deh"

"Nomor yg anda tuju sedang tidak aktif"

"Yaah.. malah nggak aktif sekarang nomornya. Hadeh... nyesel tadi nggak ngomong"


Yuhuuuu.... maapkaan vacuum lama . Maap yaaa .
Lagi diusahakan nih tiap minggu update . Hehehe 😅
Smoga yaa nggak ingkar janji.

Jangan bosen yaa..
Ditunggu vommentnya dari para good readers . Muwahmuwahh 😘😘

Cinta? Mimpi? Kenapa?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang