1

63 3 0
                                    

Saat ini aku sedang di taman depan sekolah bersama Runa. Kami sedang mencari kunci motor Runa yang tidak sengaja aku jatuhkan entah kemana. Sebenarnya sih lebih tepat lagi kalau aku melemparnya karena sedang kesal dengan Runa.

"Udah nemuin belum?" tanyaku pada Runa.

"Belum nih, kamu sih gila banget. Jailin sih jailin, tapi ya jangan pakai ngelempar-lempar kunci segala dong. Kalo kita gak pulang-pulang gimana coba" Sungut Runa yang sebenarnya lebih seperti orang yang sedang menahan amarahnya.

Runa adalah sahabat kecilku. Saat usiaku masih duduk di bangku SD, aku di taman komplek rumahku sedang berusaha untuk menemukan anting-anting lucuku sambil menangis. Seorang laki-laki yang seumuran denganku datang menghampiri lalu ikut menunduk di sebelahku lalu bertanya.

"Kamu kenapa?"

"Aku kehilangan anting-antingku yang sebelah kanan" Ujarku.

"Kalau begitu, aku akan membantumu mencarinya. Namun, hentikan dulu tangisanmu. Aku tidak suka dengan orang yang cengeng sepertimu" Lalu ia pun ikut mencari anting-antingku dan akupun berhenti untuk menangis.

"Hm.. apakah anting-antingmu emas dengan bentuk cinta?" tanyanya.

"Iya! Itu adalah anting-antingku. Apakah kamu menemukannya?" tanyaku bersemangat.

"Tidak" Jawabnya.

"Kamu bohong. Kalau begitu kenapa kamu bisa tau bentuk dari anting-antingku berbentuk cinta, padahal aku tidak memakai antingku yang sebelah kiri?" Tanyaku kesal.

"Aku hanya mencoba untuk menebaknya, apakah itu salah?"

"Tapi aku akan dimarah bila tidak menemukannya juga." Aku pun mulai menangis lagi karena takut.

Saat aku menangis ia pun memukul pelan kepalaku. "Bagaimana bisa kamu menemukannya jika hanya menangis. Ayo cepat ikuti aku, sekarang sudah hampir gelap" Ujarnya lalu menarik tanganku.

"Tapi, tapi, bagaimana dengan anting-antingku?" tanyaku sambil melepaskan pegangannya.

"Ikuti saja aku"

Akupun mengikutinya walaupun aku tidak mengetahui akan dibawa kemana. Yang aku tahu aku mulai memasuki area komplek perumahanku.

"Nah, sudah sampai" Katanya sambil mengusap kepalaku.

"Tapi ini kan rumahku? Bagaimana kamu tahu rumahku? Aku tidak mau pulang, aku harus menemukan anting-antingku dulu" Akupun mencoba kembali ke arah taman. Namun, tanganku ditarik olehnya dan ia menaruh sesuatu di telapak tanganku.

"Ini, ini antingku! Kenapa kamu tidak memberitahuku? Kamu menyebalkan" Dengan gusar aku pun melepaskan tangannya sambil menyilangkan tanganku dan cemberut.

"Aku hanya ingin membantumu dan mengantarkanmu pulang dengan selamat. Kenalkan..." Ia mengangkat tangannya dan akupun menjabat tangannya

"Aku Runa, Runa Aditya. Dan sekarang aku adalah sahabatmu. Jika kamu membutuhkan apa-apa kau hanya perlu mencariku. Tuh, aku tinggal di sana" Ujarnya sambil menunjukkan rumah yang berada tepat di depan rumahku.

Kata mamaku dua hari yang lalu ada orang baru yang tinggal di rumah depan rumah...

"Jadi kamu orang baru itu?"

"Iya, jadi mau nggak?" Ucapnya sambil tersenyum memandangku.

"Mau gak ya?" Jahilku kepadanya.

"Kalau kamu tidak mau tidak apa juga" Ujarnya sambil berbalik.

"Ah, kamu sangat cepat marah. Tentu saja aku mau bersahabat dengan orang yang telah menolongku" Kataku sambil tersenyum kepadanya.

"Kalau begitu, besok antarkan aku berkeliling ya. Aku belum tahu banyak mengenai komplek ini"

"Oke baiklah" Ujarku lalu mulai memasuki pekarangan rumahku.

"Eh, kamu belum memberitahuku siapa namamu" ujarnya sedikit berteriak karena aku sudah jauh darinya.

Oh iya, aku lupa... Aku pun berbalik.

" Namaku Eve, Eveline Candita".

Yah.. Begitulah awal cerita kenapa aku bisa bersahabat dengan Runa yang kalau dihitung sudah mencapai sepuluh tahun lamanya. Dan disinilah aku dan dia sekarang, duduk di kelas yang sama yaitu kelas XI.A di SMA Spesifix yang letaknya hanya 30 menit dari rumah kami.

"Nih, aku udah temuin. Kamu sih, gak lucu tau. Besok kalo mau bikin aku kesal pake cara yang lebih kreatif lagi dong"

"Iya deh, maaf"

"Yaudah yuk cepet, katanya mau ke toko buku dulu sebelum pulang"

"Hehehe, gak papa nih kamu masih mau nemenin aku ke sana?"

"Yaudah kalo kamu gak mau"

"Eh.. eh... Mau lah"

Lalu aku dan dia pun pergi menuju toko buku langgananku yang letaknya searah dengan jalan pulang kami.

Friend, Love and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang