Part 13 - The Day

22K 1.1K 44
                                    

Pilar-pilar berdiri kokoh menyentuh langit-langit tinggi berseni. Warna-warni dari jendela berkaca patri menggambarkan kisah-kisah bersejarah. Pengaturan tata cahaya pada altar, patung-patung, dan lukisan-lukisan, memancarkan keindahan surgawi serta menciptakan aura suci. Gaun putih terentang indah di lantai katedral kala sang gadis mengangkat jemarinya untuk pengikatan janji. Kesakralan datang pada seluruh saksi melalui semua indra, mengelilingi penuh keintiman dan perasaan tak terungkapkan.

"I, Kyuhyun, take you, Hweji, to be my wife. I promise to love and honor you from this day forward, for better, for worse, for richer, for poorer, in sickness, and in health, all the days of our life until death do us apart."

Rembesan air mengaburkan pandangan Hweji membuatnya sadar dari lamunan. Kilasan sakramen pernikahan beberapa jam lalu mengulang dalam pikirannya menohok untuk yang kesekian kali. Janji magis itu melantun bagai ditekadkan dalam hati, membawanya pada angan yang selalu ia impikan untuk diucapkan pria yang ia cintai.

Cincin dengan satu mata berlian disematkan ke jari manis masing-masing seraya pandangan keduanya bertemu. Hweji terpegun melihat sepasang mata di hadapannya. Tak ada sorot tajam yang biasa mengintimidasi, hanya sorot teduh yang murni seolah tak ada dinding yang membatasi.

Pantulan sinar bulan pada mata berlian di jari manis Hweji memendarkan cahaya hingga berkilauan. Masih nyata dalam ingatannya tatapan itu begitu dalam, menghipnotisnya pada harapan yang selalu ia simpan tentang pria yang ia dambakan.

Bukan pertama kali kala bibir mereka saling bertaut. Namun seluruh bayangan di sekitar Hweji seolah menghilang dan hanya irama jantungnya sendiri yang ia dengar. Hanya bibir saling menempel, tapi meninggalkan kesan yang amat berbeda. Sentuhan yang lebih lembut, aroma yang lebih memikat, dan rasa nyaman yang lebih dari biasanya.

Debaran itu muncul lagi dalam dada Hweji. Rona kebahagiaan yang terpatri di wajah keluarga mereka terekam jelas dalam benaknya, membuai dalam ilusi pernikahan yang sempurna. Tapi, begitu menyadari pria itu adalah Kyuhyun, Hweji seolah dihempas ke tanah, ditimpa realitas bahwa segalanya hanya pura-pura.

Hweji menengadah menahan air mata yang hendak tumpah. Matanya terpejam merasakan terpaan angin membelai kulitnya dingin. Ia sudah seperti putri kerajaan yang ditawan, berdiri di balkon lantai teratas gedung dengan gaun putih masih melekat.

"Ini tidak akan bertahan lama. Ini akan segera berakhir." Hweji menggumamkan mantra untuk menyemangati diri.

Tiba-tiba sepasang lengan kokoh memeluk Hweji dari belakang membuatnya terkesiap. Hweji langsung mengenali pelakunya dari aroma maskulin yang menyeruak masuk ke dalam penciuman.

"Kau dingin," kata Kyuhyun setelah menumpukan dagu di bahu telanjang Hweji.

"K—kau hangat," balas Hweji pelan. Status baru mereka membuat Hweji mendadak lupa bagaimana cara bersikap.

"Bagian mana yang harus aku hangatkan, Hweji?" tanya Kyuhyun. Suaranya menjadi berat dengan intonasi lebih rendah.

Hweji menelan ludah. Pikirannya berkelana mendengar pertanyaan Kyuhyun yang penuh makna, apa dia akan melakukannya sekarang? pikir Hweji mendadak resah. Tak berapa lama Kyuhyun melepas kontak fisik mereka. Hweji bernapas lega, ada apa dengan pikiranmu Hweji! protesnya dalam hati. Detik berikutnya Hweji terpegun saat sebuah jas menyampir di bahunya. Hweji melirik Kyuhyun yang berdiri dengan tatapan lurus ke depan tanpa ekspresi.

"Mau kutunjukkan kamarmu?" tanya Kyuhyun dingin.

Hweji hilang kata-kata untuk Kyuhyun. Perubahan sikap pria itu benar-benar tidak terduga. Baru saja Kyuhyun menunjukkan sisi manusiawinya, tapi dalam hitungan detik pria itu menjadi sangat jauh dan tak tersentuh. Hweji menganggukkan kepala seraya bergumam kecil. Ini kedua kali ia menginjakkan kaki di penthouse Kyuhyun, tapi akan menjadi pertama kali ia melangkahkan kaki keluar dari kamar pria itu.

My Opiate [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang