Part 15 - Red Flag

3K 152 13
                                    

Ahra melangkahkan kaki menuruni tangga ke butiknya di lantai bawah. Satu tangannya memegang clutch karya desainer tas tersohor asal Amerika seharga ratusan ribu dolar, sementara satu tangannya lagi menempelkan ponsel ke telinga.

"Aku akan memberikan hadiah pernikahan kepada Adik ipar," ungkapnya seraya memberi isyarat kepada stafnya untuk mengemas barang yang akan ia bawa.

"Kau pergi tanpa sopir dan seharian di butik, kau pasti lelah. Pulang saja, Ahra..." balas Hanna di ujung telepon.

Ahra mengerucutkan bibir mendengar ibunya mulai protektif. "Tidak perlu khawatir, Bu."

"Ini sudah malam, kenapa tidak besok saja?"

Sebuah seringai tipis muncul di bibir Ahra. "Aku sengaja..." ujarnya penuh arti.

***

Suara gebrakan terdengar sedikit nyaring saat tangan Hweji mendadak bertumpu pada pintu. Ia menarik napas dalam dan membuangnya kasar. Kakinya terasa pegal akibat setengah berlari menggunakan rok dan stiletto. Untung tidak ada siapapun yang mengetahui kedatangannya, jadi ia tidak terlihat seperti orang bodoh bak sehabis lari maraton.

"Kau terlambat satu menit."

Suara dingin yang melantun ke pendengaran Hweji membuatnya tercekat. Baru saja ia merasa bersyukur, tapi sosok yang ia hindari justru muncul tiba-tiba. Hweji menoleh ke asal suara, melihat pria yang membuat matanya tak berkedip dan tenggorokannya mendadak kering. Kyuhyun berkacak pinggang seraya melirik smartwatch Tag Hauer miliknya yang seharga satu sports car. Namun bukan itu yang meresahkan Hweji, melainkan penampilan shirtless Kyuhyun penuh keringat dengan dada naik turun, apa dia tidak bisa berpakaian dulu? batin Hweji sontak memalingkan wajah ke arah lain.

"Demi Tuhan hanya satu menit," gumam Hweji nyaris tak terdengar.

"Aku tidak mentolerir kelalaian apalagi jika menyangkut sebuah perjanjian," tegas Kyuhyun dengan wajah datar. "Kau harus di disiplinkan."

Hweji terhenyak sepersekian detik. "Apa maksudmu?

"Hukuman. Aku akan menambahkan poinnya dalam perjanjian."

Mendengar itu Hweji menatap Kyuhyun tak percaya. Ia merasa seperti anak sekolah yang terlambat pulang ke rumah. "H—hukuman apa?"

"Sesuatu yang menyenangkan?" balas Kyuhyun dengan tatapan intens penuh arti.

Hweji mengerjap. Perasaannya tidak enak. "K—kau selalu membuat keputusan yang merugikanku. A—aku tidak percaya."

Satu sudut bibir Kyuhyun naik samar. "Kau akan menyukainya."

Menyukainya? batin Hweji membuatnya sejenak terdiam. Ia memiringkan kepalanya. "Benarkah?"

Kyuhyun mendengus kasar. Ia mendekat ke arah Hweji lalu mendekapnya. Kyuhyun berniat menggoda Hweji, tapi ia benar-benar terperosok ke dalam perangkapnya sendiri. Wajah innocent dan sikap manis gadis itu benar-benar membuatnya hilang akal. "Bayar itu dengan ciuman panas."

Hweji menahan napas. Bukan karena kalimat yang terlontar dari bibir Kyuhyun, melainkan suara serak yang berbisik di telinganya membuat ia berdebar. Rasa panas segera menjalar ke pipinya, ia tidak bisa berkata-kata untuk menjawab ataupun menyangkal. Hweji terlalu malu berdekatan dengan Kyuhyun sejak apa yang terjadi kemarin malam.

"A—aku mau ke kamar." gumam Hweji melepas pelukan Kyuhyun hendak ke kamar. Namun di langkah pertama pergelangannya langsung dicekal.

"Jauhi, Choi Seunghyun."

Hweji membeku. Suara dingin dan cengkeraman kuat di pergelangannya membuat ia takut, jadi dia tahu aku pergi bersama Seunghyun?

"Mulai besok kau akan diantar-jemput Paman Jung kemanapun kau pergi," tambah Kyuhyun melepaskan Hweji.

My Opiate [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang