Luka

2.4K 175 3
                                    

Eren pov.

Hari ini dimana kami ada misi keluar dinding. Aku dan Mikasa sebetulnya satu skuad, skuad Kapten Levi. Tapi entah kenapa, dia berada di Skuad Mayor Hanji.

"Kapten, sehari saja aku ingin berada di skuad Hanji San. Boleh ya.." ia memohon kepada Kapten Levi.

"Tidak Ackerman. Skuad mu itu skuad ku, bukan skuad Si Mata Empat." Jawabnya.

"Oh, ayolah Kapten. Jika kau mau, ruanganmu kubersihkan selama seminggu." Pintanya. Dan bukan Kapten Levi namanya jika ia tidak tergiur dengan tawaran Mikasa.

"Baiklah Ackerman. Kuizinkan." Jawabnya.

"Terimakasih Kapten." Dengan gembira Mikasa langsung bergabung dengan skuad Mayor Hanji.

Sekarang kami berada di tengah perjalanan. Kami melakukan formasi yang dibuat Komandan Erwin. Kami pergi ke arah timur. Mikasa ke arah utara bersama Mayor Hanji.

Setelah sampai, kami langsung disambut para titan kelaparan. Aku langsung menyerang mereka secara ganas. Kapten Levi dan lainnya juga menyerang. Diam diam, aku ke arah utara.

Kebetulan aku bertemu Mikasa. Ia sendirian dan sedang melawan titan. Namun naas, gas nya habis dan ia dicengkeram titan.

"Mikasa!" Aku langsung menyerang titan itu. Tetapi ia malah melempar Mikasa ke batang pohon.

"Setan terkutuk kau!!" Aku menggigit tanganku dan berubah menjadi titan. Aku langsung menghajar titan itu, menginjak injaknya, menendang, dan mencabik cabik sampai aku puas. Lalu kulihat Mikasa.

Ia pingsan, tetapi dari dahinya dan pelipisnya mengeluarkan darah banyak. Aku mengambil Mikasa dan menggenggamnya. Dengan tubuh titan ini, aku telah melukai dan menyelamatkannya. Lalu aku berlari masuk hutan.

Sambil memegang Mikasa, aku melawan titan titan terkutuk itu. Setelah semua selesai. Aku meraung keras, lebih keras dari peluru suar jika kau ingin tahu.

"Groaaaaa!!"

Aku melihat Mikasa. Tubuhnya lemah sekali. Aku takut terjadi sesuatu. Tuhan, semoga dia tidak kenapa napa.

Levi pov.

Saat aku sedang melawan titan titan, aku mendengar suara raungan titan.

"Groaaaaaa!!"

"Kapten, bukankah itu suara Eren?" Teriak salah satu anggota ku.

"Kau benar Christa. Kalian tetap disini, aku akan menemui Eren. Jika kalian mengikutiku, akan terlalu berbahaya!"

"Roger Heichou!"

Aku langsung pergi ke dalam hutan, menemui asal suara itu, siapa lagi kalo bukan Eren.

"Eren!" Aku langsung merobek tengkuk Eren. Setelah ia keluar dari tubuh titannya. Aku langsung mencengkeram kerah bajunya.

"Bocah! Apa yang kau lakukan hah pada rekan mu sendiri?! Kau mau membunuhnya?!" Bentakku

"Heichou, dengarkan aku dulu." Aku melepas cengkeraman ku. Lalu bocah ini menjelaskan semuanya padaku.

"Aku mengerti. Bawa dia ke base camp, obati dia jika kau tidak ingin dia wafat." Perintahku. Ia mengangguk lalu segera terbang dengan manuver miliknya (masih terpasang saat Eren menjadi titan).

Aku kembali ke skuad ku, karena aku akan mengawasi mereka, takut terjadi sesuatu seperti skuad lamaku yang menimpa Petra, Eld, Gunther, dan si plagiat ku Oluo.

Duh, dua bocah petakilan itu selalu saja membuat repot. Biasanya si Ackerman karena terlalu protektif. Tapi kok, sekarang malah terbalik? Batin Levi.

"Sudahlah. Intinya aku mau mengurus anak buahku."

Tired!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang