Mikasa pov.
Aku membuka mataku. Aku samar samar melihat ruangan kecil. Dan, kenapa tanganku diperban?
"Dimana aku?"
"Kamu ada di ruang medis. Syukurlah jika kamu sudah sadar. Aku lega." Jawab seseorang. Hei, sepertinya aku tahu suara itu.
"Syalku? Dimana syal milikku?" Aku meraba raba leherku. Dimana benda itu.
"Mikasa, ini syal mu." Jawab 'dia'. Kutengok ke arahnya. Arg, dia lagi!
"Eren, apa yang kau lakukan disini?" Tanyaku sinis.
"Kau tadi terluka. Dan kau hampir dimakan titan Mikasa." Jawabnya sambil menyodorkan sebotol air. Langsung saja ku tampik tangannya sampai air botol itu hampir tumpah.
"Kenapa kamu gak biarkan aku dimakan saja. Toh aku gak peduli lagi. Dan satu lagi, aku hidup untukku sendiri. Aku ingin melihat dunia luar, seperti yang dikatakan Armin. Jika aku mati, aku bisa bertemu ibuku di surga. Dulu aku hidup untukmu, sekarang aku hidup untukku dan mati untuk ibuku, dan diriku. Karenamu, aku gak bisa ketemu ibu." Aku bertanya sinis.
"Ini syal mu. Err.. kalau begitu, kenapa kau masih menyimpan syal ini." Tanya Eren.
"Jangan geer ya. Jika bukan karena Christa, mungkin aku sudah merobek robek dan membuangnya ke dalam sungai." Aku semakin sinis.
"Sebegitukah kamu benci sama aku?" Tanya Eren.
"Nah, sekarang kamu tahu kan bagaimana rasanya kamu dikasari? Selama 5 tahun sejak aku bersamamu di pelatihan dan Survey Corps, aku menuruti mu. Aku rela memotong rambutku karenamu. Aku hampir menyerah saat aku dikepung oleh titan dan titanmu, tapi aku teringat kata yang kamu ucapkan saat kamu menyelamatkan ku dari perbudakan." Jawabku.
"Mikasa, harus bagaimana lagi agar kamu mau memaafkan ku?" Tanya Eren memelas.
"Mana kutahu?! Baru dua hari aku bersikap seperti ini saja, kamu udah mengeluh terus. Pikirkan, aku selama 5 tahun sabar sekali menghadapimu." Jawabku.
"Aku selalu sabar sekali menghadapi kelakuanmu. Dan pasti jika aku sedih atau mengambek gara gara kau, kau selalu mengeluarkan kata kata rayuan mautmu itu. 'Mikasa aku meminta maaf, aku bersalah, jangan marah padaku blablabla.' Lalu demi kau aku menuruti saja. Dan aku kali ini sakit hati sekali dan ingin memberimu pelajaran, mungkin akan sangat.."
"Mikasa, aku sungguh tak berniat." Tiba tiba Eren memelukku. Erat sekali, dan dia menangis di pundakku.
"Lepaskan aku! Jika tidak, aku akan berteriak!" Aku menggerakan tubuhku. Sepertinya percuma saja, ibuku bilang, sekuat kuatnya wanita namun pada dasarnya laki laki lebih kuat.
"Berteriak saja. Toh tidak ada orang disini. Mereka sedang berkumpul di hutan, sangat jauh dari sini. Markas didirikan di tempat yang tidak terjangkau titan manapun. Dan saat aku datang kesini, tidak ada orang sama sekali." Jawabnya.
Baiklah, kubiarkan saja dia seperti itu. Namun, kenapa rasanya hangat? Ah, Mikasa! Apa yang kau pikirkan?!
Eren Pov.
"Dimana aku?"
Syukurlah ia sudah bangun. Aku yang sedang mengambilkan air minum untuknya langsung menyodorkan sebotol air padanya.
"Kamu ada di ruang medis. Syukurlah jika kamu sudah sadar, aku lega." Jawabku.
"Syalku? Dimana syal milikku?" Ia meraba lehernya.
Mikasa, ini syal mu." Jawabku.Ia lalu menengok ke arahku dengan tatapan benci.
Eren, apa yang kau lakukan disini?" Tanyanya sinis.
![](https://img.wattpad.com/cover/74303036-288-k534649.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tired!
RomanceAku ditolong olehnya saat masih kecil. Aku tinggal bersamanya. Aku berhutang budi sekaligus nyawa padamu. Tapi kenapa kau begitu kasar padaku. Aku lelah dengan semua perlakuan kasarmu! Dibuat berdasarkan rasa kasihan saya pada Mikasa. Dan nge ship E...