Mikasa pov.
Sore ini aku duduk di tempat biasa aku bermain bersama Armin, dan juga... Eren. Aku mengambil sesuatu yang tergantung di leherku. Sebuah alat musik pemberian Mayor Hanji tempo hari yang lalu. Dia menyebutnya ' Ocarina'. Aku perlahan mulai memainkannya. Sambil melihat mentari mulai tenggelam.
"Apa itu?" Tanya seseorang.
"Ocarina." Aku menjawabnya tanpa melihat wajahnya. Dan ternyata, itu Eren!
"Kamu sedang apa disini? Biarkan aku sendiri." Usirku. Namun ia tidak bergeming sama sekali.
"Baiklah, kalau kamu tidak mau, aku saja yang pergi." Aku beranjak dari tempat duduk ku. Namun Eren menahan tanganku.
"Eren lepaskan aku!" Aku mencoba melepaskan tanganku. Tetapi, ia masih menggenggam tanganku kuat.
Eren pov.
Aku berjalan jalan di tanah lapang yang biasa aku bermain bersama dua sahabatku. Tiba tiba aku mendengar suara merdu, merdu sekali. Aku berjalan mengikuti asal suara itu.
Yang aku lihat adalah Mikasa. Ia memainkan alat musik kecil. Aku mendekatinya perlahan agar dia tidak terkejut. Diam diam aku duduk di sebelahnya.
"Apa itu?" Tanyaku.
"Ocarina." Jawab Mikasa. Tiba tiba dia melihat ke arahku.
"Kamu sedang apa disini? Biarkan aku sendiri." Usir Mikasa. Namun aku tidak bergeming sama sekali.
"Baiklah, kalau kamu tidak mau, aku saja yang pergi." Mikasa beranjak dari duduknya. Namun, aku menahan tangannya.
"Eren Lepaskan aku!" Dia memberontak keras. Namun, sekencang kencangnya ia memberontak, tetap lebih kuat aku.
"Eren, lepaskan!" Ia tetap memberontak.
Third person pov.
"Eren, lepaskan!" Mikasa masih memberontak, namun Eren malah semakin kuat memegang tangannya.
"Eren, lepaskan aku!!" Mikasa masih memberontak. Namun, Eren masih bertahan memegang tangannya selama lima menit.
"Hiks.. hiks..Eren.. lepaskan tanganku... sakit..." rintih Mikasa, ia terisak. Eren tertegun. Ia lalu melonggarkan tangannya. Tiba tiba ia menarik Mikasa ke dalam pelukannya. Mikasa terkejut.
"E..Eren? Apa yang kamu lakukan?" Tanya Mikasa. Kali ini dia tidak bisa berkutik. Ia seperti pasrah saja dipeluk Eren.
"Gomen nee.. Mikasa. Aku tidak bermaksud. Maafkan aku." Eren perlahan mengelus rambut Mikasa lalu membenamkan kepalanya ke rambut 'Raven' Mikasa.
Mikasa semakin menangis. Ia membenamkan wajahnya ke dada Eren. Perlahan, ia mendengar suara detak jantung yang keras.
Mikasa teringat kejadian dimana jantungnya berdegup sangat kencang. Hari ini juga ia merasakan detak jantung Eren lebih cepat.
Tidak mungkin Eren mencintaiku! Jangan berpikiran aneh aneh Mikasa! Batinnya
Mikasa melepaskan pelukan Eren. Eren menatapnya nanar dan salah tingkah.
"Ano.... jujur...aku.... ehm..." Eren menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Apa?" Mikasa tersenyum kikuk. Ia sedikit blushing, ia lalu menutupi pipinya dengan syal merahnya.
"Mikasa, akhir akhir ini aku selalu gelisah tentang masalah kita, aku entah kenapa sekarang rajin melihatmu, aku selalu berusaha dekat denganmu, dan aku tidak bisa tidur. A.. aku... aku... me... me... aku mencintaimu!" Eren tiba tiba menggenggam tangan Mikasa sekaligus blushing berat. Mikasa melongo kaget. Ia sangat tidak menyangka Eren akan mengatakan itu padanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/74303036-288-k534649.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tired!
RomanceAku ditolong olehnya saat masih kecil. Aku tinggal bersamanya. Aku berhutang budi sekaligus nyawa padamu. Tapi kenapa kau begitu kasar padaku. Aku lelah dengan semua perlakuan kasarmu! Dibuat berdasarkan rasa kasihan saya pada Mikasa. Dan nge ship E...