Tiap pagi ketika melewati taman kompleks, Zayn bukannya tidak sadar kalau seseorang selalu memperhatikannya. Dia cuma tidak mau peduli. Toh tujuannya berlari tiap pagi bukannya untuk dilihat seseorang.
Tapi kelihatannya pagi ini berbeda. Buktinya lelaki itu sengaja memperlambat larinya tepat ketika melewati sebuah rumah.
Zayn mengangkat sebelah alisnya ketika mendengar bentakan dari dalam rumah itu.
"Ini masih jam enam pagi, what the hell," gumam Zayn, masih berlari.
Tepat setelah dia berkata seperti itu, pintu rumah tersebut terbuka dengan keras, menampakkan seorang cowok seusianya jatuh terduduk di lantai teras.
Refleks, Zayn berhenti berlari dan memustuskan untuk melihat keadaan cowok itu.
"Kalau kau tidak mau dengar ucapanku lagi, lebih baik angkat kaki sekarang juga!"
Zayn berjengit ketika mendengar suara bentakkan yang sama. Jelas sekali bentakkan itu ditujukan untuk cowok yang masih duduk di lantai.
"Oke. Lebih baik aku pergi daripada harus mendengar ocehan kalian yang tidak penting sama sekali," cowok itu balas berkata. Nadanya tenang, tetapi Zayn bisa merasakan lelaki itu sebetulnya emosi juga.
Zayn masih berdiri di tempatnya. Dia tau dia harus pergi dan kembali berlari, tapi rasanya ada sesuatu yang menahannya.
"Jawab aku sekali lagi, dan-"
"Apa? Kau mau apa?"
Tepat setelah si cowok berkata, seorang laki-laki paruh baya keluar dari dalam rumah dan melayangkan pukulan pada tulang pipi cowok itu.
"C-cukup!" teriak Zayn. Demi apapun, dia sendiri tidak tau kenapa dia berani-beraninya berteriak seperti itu.
Mendengarnya, lelaki paruh baya itu dan cowok di depannya langsung menengok ke depan rumah mereka, kearah Zayn.
Zayn mengira keduanya akan langsung mengusirnya. Tapi kenyataanya cowok seusianya itu malah tersenyum padanya dan berkata,
"Dad, I'm out, as you wish,"
"Ap-"
Sebelum Zayn dan si lelaki paruh baya sempat menyadari, cowok tadi berlari keluar rumah dan menarik tangan Zayn, menyuruhnya untuk berlari bersamanya.
"Kau mau ap-"
"Diam dan berlari seperti yang kau biasanya lakukan tiap pagi, Zayn." tutur lelaki itu.
Zayn melotot. Darimana laki-laki berambut coklat di depannya ini tau namanya?
Tetapi entah kenapa, Zayn menurut. Dia berlari mengikuti seseorang yang bahkan tidak dikenalnya.
*
"Jadi, kau ini siapa? Tau darimana aku selalu belari tiap pagi? Bagaimana kau tau namaku?" tanya Zayn begitu mereka berdua sampai di dalam kamarnya.
"Kau sadar, tidak? Caramu berlari tiap pagi itu enak dilihat." bukannya menjawab, cowok di depannya malah balik bertanya. "Dan oh, aku Liam."
"Oke, Liam, bisa kau jawab pertanyaanku? Aku bahkan tidak kenal kau dan kita ada di kamarku. Mum would sue me after this," gumam Zayn di akhir kalimat.
"Tidak akan, your mum knows me. Aku bertemu dengannya di supermarket beberapa minggu lalu," timpal Liam sambil mengelus lukanya. "Ow. Sial. Zayn, boleh aku minta—"
"Ya, ya. Tunggu disini, dan jangan kemana-mana. Aku masih tidak kenal kau, Liam." potong Zayn yang kemudian keluar kamar untuk mengambil kotak p3k.