a/n yang di bawah dibaca ya hehe
***
Niall Horan dan Zayn Malik, pasangan yang terkenal di satu kampus. Yang satu mengambil jurusan musik, yang satu mengambil jurusan sastra.
Ketika Niall seolah kehilangan kosa kata untuk lirik lagu yang dibuatnya, Zayn ada disana untuknya, membantunya untuk menemukan kata-kata yang pas.
Ketika Zayn bermasalah dengan insomnia dan pertengkaran kedua orang tuanya, Niall ada disana untuknya, menyanyikan lagu yang membuat lelaki itu langsung tenang dan merasa damai.
Pendek kata; keduanya seolah memang ditakdirkan untuk satu sama lain.
"Ni, kau serius?" tanya Zayn sambil menelan ludah.
"Aw, Zayn, jangan jadi anak baik seperti biasanya, ayolah. Kita hanya akan bolos sekali ini saja, bukan tiap hari," balas Niall sambil membuka pintu mobilnya. "Lagipula ini bukan SMA lagi, Zee, kita akan baik-baik saja."
"Fine," gumam Zayn, ia mendudukan tubuhnya di jok sebelah Niall.
Niall memajukan bibirnya ketika pacarnya itu hanya diam sambil menatap keluar jendela.
"Jangan marah, Zee, kau akan senang setelah tiba disana, aku janji," kata Niall sambil mencubit pipi Zayn pelan.
"Bersyukurlah aku cinta padamu, Horan." balas Zayn, tangannya memukul tangan Niall main-main.
"Aku cinta padamu juga, Malik," Niall terkekeh.
Tak lama, Niall menyalakan mesin mobil dan mulai berkendara. Zayn mengerutkan dahinya karena ia mengenal betul rute jalan yang sedang mereka lalui.
"Kita mau ke rumahmu?" tanya Zayn bingung.
"Benar, tapi kita tidak akan benar-benar ada di dalam rumahku," jawab Niall. "Kemarin malam aku menemukan tempat yang agak tersembunyi di rumahku."
Zayn menaikkan alisnya lalu hanya mengangkat bahu.
Tak lama, Keduanya sudah berada di teras rumah Niall. Lelaki berambut pirang itu memasukkan anak kunci kedalam lubang dan memutarnya, membuat kunci terbuka.
"Kau sendirian di rumah?" tanya Zayn, memasukki rumah Niall sambil melepas sepatunya.
"Dad's taking mum on a date," kata Niall dan sedetik setelahnya dia merutuki dirinya dalam hati.
Dengan bodohnya dia secara tidak langsung bercerita bahwa hubungan kedua orang tuanya sangat baik dan harmonis pada Zayn yang jelas-jelas tidak berada di dalam kondisi yang sama dengannya.
"Z—"
"Nah, tak apa, aku mengerti." potong Zayn ketika pacarnya itu berusaha menjelaskan.
Niall menjilat bibirnya dan buru-buru merangkul Zayn, menariknya dengan lembut menuju kamarnya yang ada diatas.
"Babe, you do know that I'm so grateful to have you, alright?" ujar Niall sambil menempelkan bibirnya pada dahi Zayn dengan sayang.
Zayn tersenyum. Niall bisa sangat manis kalau dia mau, dan Zayn lebih dari bersyukur karena ia bisa bersama Niall—setidaknya sampai detik ini.
Keduanya berjalan dengan lengan Niall yang melingkar di bahu Zayn dan lengan Zayn yang berada di pinggang Niall.
Tiba-tiba, Niall berhenti tepat di depan sebuah pintu, yang jelas-jelas bukan kamar Niall.
"Bukannya kau dulu bilang ini jalan ke loteng? Kita mau apa?" tanya Zayn sambil mengerutkan dahinya.
Niall tersenyum dan mengangkat bahu. Ia membuka pintu itu dengan pelan dan mata keduanya langsung tertancap pada anak tangga menuju keatas.