sensations :: zroye

735 27 13
                                    

Zayn menengadah ketika setitik hujan jatuh keatas rambut hitamnya, menembus helai demi helai menuju dahinya.

"Hujan," gumamnya, bersamaan dengan lelaki berambut ikal di sebelahnya.

Zayn menengok dan menemukan seorang lelaki yang kelihatannya lebih muda darinya. Tepat ketika bibirnya hendak mengatakan sesuatu, hujan kembali jatuh ke atas kepalanya, kali ini disusul dengan beberapa sahutan kilat.

Tanpa berpikir ulang, tangan Zayn buru-buru membereskan laptop dan sepotong croissantnya menuju kedalam cafe.

Sore itu lengang, hanya ada Zayn dan lelaki itu dan beberapa pekerja, disertai dengan hujan yang mengguyur dan petir yang bersahutan.

Zayn akhirnya mengambil tempat duduk di dekat jendela, tanpa menyadari bahwa ada sebuah ponsel bertengger di meja.

"Permisi, itu mejaku," seseorang dari arah samping Zayn membuat lelaki itu menengok dan akhirnya menyadari kehadiran sebuah ponsel di samping lengan kirinya.

"O-oh, maaf." Zayn tersenyum malu. Ia buru-buru bangkit dan segera membereskan barang-barangnya ketika sebuah tangan menahan lengannya.

"Kau bisa duduk disitu, enggak apa. Toh hanya kita berdua yang ada disini. Why not sit together, right?" lelaki itu membalas dengan ramah.

Zayn menelan ludah lalu perlahan mengangguk. Dalam hati, ia tau tidak seharusnya berpikir seperti ini, tetapi laki-laki di hadapannya itu kelewat manis.

"Troye, Troye Sivan," lanjut lelaki berambut ikal itu sembari duduk. "Siapa namamu?"

Oh Tuhan, bahkan namanya terdengar bagus di telingaku, batin Zayn.

"Z-Zayn Malik. Nice to know you, Troye,"

Lelaki itu, Troye, tertawa pelan lalu menggeleng. Ia mengibaskan tangannya dan berkata, "Tidak usah terlalu sopan, Zayn,"

Zayn tersenyum malu. Sebelumnya, ia tidak pernah seperti ini. Malu-malu, apalagi di hadapan seorang laki-laki yang baru ditemuinya.

"Apa yang baru saja kau lakukan tadi, uh, Troye?" tanya Zayn, berusaha mengalihkan topik.

"Menulis," jawab Troye simpel sambil mengangkat buku tulis yang terselip diantara jemarinya.

Zayn mengangkat kedua alisnya. Ia tersenyum dan berkata, "Menulis apa, lebih tepatnya?"

"Lagu. Aku memang bukan penyanyi, uh, mungkin, tapi-"

"Boleh kulihat?"

Troye mengerjapkan matanya dan mengangguk sebagai respon. Lelaki itu mengoper bukunya ke tangan Zayn yang penuh dengan tinta.

"Tato-tato ini keren," puji Troye tiba-tiba, matanya menelusuri tangan Zayn dari mulai pergelangan hingga siku.

Zayn yang sedang membaca kata demi kata di buku Troye langsung mendongak dan tersenyum dengan lidah terselip diantara gigi-gigi depannya, senyum yang jarang di perlihatkannya.

"Dan warna kukumu bagus, pas untukmu. Manis sekali," balas Zayn.

Troye tertawa malu. Lelaki itu tidak sengaja mempertemukan mata mereka berdua, membuat Zayn balas menatap untuk beberapa saat dan ketika ia merasa wajahnya panas, ia buru-buru membuang muka, masih dengan senyum malu-malunya.

"Bagaimana menurutmu, Zayn?" ujar Troye, berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Aku suka ini, lirik lagu yang kau tulis terdengar sangat dalam untukku." balas Zayn, membuat senyum Troye mengembang.

"Kau mau aku menyanyikan satu untukmu? Aku rasa ada satu lagu yang sudah kuselesaikan di halaman-halaman belakang," tawar Troye, tangannya dengan lembut membuka lembaran bukunya yang masih ada di tangan Zayn.

zayn centric || one shotsWhere stories live. Discover now