Prologue

64 3 0
                                    

Revano meneliti gadis di hadapannya. Gadis dengan rambut kuncir satu. “Ma-maaf, Kak, aku gak sengaja numpahin es ke baju Kakak, so-sorry,” ia terlihat ingin menangis, gadis itu semakin menunduk dalam tak berani menatap pemuda itu.

“Ya udah, gak pa-pa. Gue gak makan orang kok,” oh, hei! Kemana sikapnya yang tempramental? Hanya karena seorang gadis culun yang hanya setinggi dagunya ia tak berani memarahinya? Gadis manis tadi mendongak membuat Revano terpekur. Manik hitam gadis itu berkilau tertimpa mozaik di kaca jendela cafe. Lebih kaget lagi apalagi ketika gadis itu melambaikan tangan kuning langsatnya di depan wajahnya. “Umh, Kak, boleh a-aku pergi?” ia memainkan tautan jarinya, gugup. Entah kenapa pemuda itu seperti mempunyai tulisan di keningnya yang mengatakan kalau ‘jangan dekati aku karena aku menyeramkan.’

Di luar dugaan pemuda tadi mengangguk ling-lung. Ia bersorak kemudian menyodorkan sapu tangannya. “Kak, sapu tangannya boleh dibalikkin, kalau kita ketemu lagi, bye Kak!” ia melambaikan tangannya antusias setelah meletakkan sapu tangan dengan warna oranye cerah di meja pemuda tadi. Revano termagu menatap sapu tangan oranye cerah itu.

Revano terkaget ketika terdengar siulan menggoda dari teman-temannya, “oh hei lihat, most wanted kita jatuh cinta!” suara kikikan geli terdengar setelah ucapan salah satu pemuda itu. Pipi pemuda itu memerah malu. “Wah! Lihat! Dia blushing!” Revano menatap seluruh pemuda di mejanya. Ia mendengus keras, “gak gue bayarin makanan lo semua,” ia melangkah pergi meninggalkan cafe tadi.

Bajunya sudah lengket tertumpah es jeruk gadis tadi. Ditambah omongan teman-temannya membuatnya kesal. Ia tak perduli, terserah biar saja, lagipula tak mungkin mereka tak membawa uang sepeserpun

Because of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang