Rasanya aneh saat sudah terbiasa dijemput, dan sekarang harus berjalan sendirian. Sebenarnya ia masih trauma akan kejadian kemarin, tapi ia menguatkan hatinya. Lagipula langit sudah terang, apa yang harus ditakutkan?
Ia berjalan cepat menyusuri kompleks perumahannya, takut kejadian kemarin terulang lagi. Sampai sekarang saja, Charlaine masih panik jika ada suara derap kaki di belakangnya. Ia sungguh takut walau tak diwujudkan di wajah datarnya.
"Cher!" seseorang menepuk pundaknya saat kakinya hampir masuk ke dalam kelas. Tangan putih mulus itu milik Claudia! Oh, pertanda buruk. "Kenapa," tanyanya datar tanpa nada sedikitpun. Claudia menyeringai lalu pura-pura terduduk."Aduh! Pak! Tolong, dia mau ngebully saya!"tampaknya Claudia berpura-pura berbohong pada Pak Carlos?! Ck, Pak Carlos adalah orang terakhir yang ia ingin temui saat ini. "Ada apa, Claudia?" Pak Carlos sangat 'menganak emaskan' Claudia. Apapun yang terjadi ia pasti membela gadis berambut coklat itu.
"Ini, Pak, Charlaine mau nge-bully saya, buktinya bahkan dia aja ngancam kalau bahkan dia bakal buat saya sengsara selama SMA ini," ucap Claudia sambil berpura-pura terisak membuat Charlaine sangat ingin mencakar wajah cantiknya itu.
Charlaine terdiam memandangi mereka berdua yang masih setia berbicara dengannya. Bahkan bagi Charlaine, Claudia dan Pak Carlos berbicara dalam bahasa Saturnus. Astaga, ia tak suka saat ia seakan bersalah, padahal ia tak menyentuh seujung rambutpun mahluk di hadapannya ini.
Pak Carlos memerah. Jelas bukan malu tapi marah. "Kamu! Ikut saya ke ruangan kantor sekarang!" sudah jelas kemarin bahkan Claudia menguncikannya di toilet dan sekarang ia memfitnah bahwa Charlaine mencoba membullynya? Charlaine memutar mata, saat akan beranjak tangannya dicegat seseorang.
Ternyata, Revano. Pemuda itu memang tahu kapan harus datang dan kapan harus pergi. Charlaine menghembuskan nafas lega dalam hati. Sementara Revano mendengus kencang. Apa sih? Jelas-jelas, cewek itu yang dengan sendirinya terduduk tapi Charlaine yang disalahkan? Tak adil!
"Bapak ngeliat gak kalau Charlaine ngedorong cewek itu?" bahkan menyebut namanya pun Revano tak sudi. "Enggak, tapi saya yakin kalau Claudia itu jujur," Revano menaikkan sebelah alisnya lalu menyeringai, "saya juga yakin kalau Charlaine gak ngedorong cewek centil itu," tukas Revano tenang membuat Pak Carlos terdiam sejenak.
"Kalau Bapak punya bukti silahkan hukum Charlaine dan saya," ia mengambil nafas sejenak lalu menghentak tangan Charlaine yang ditarik Pak Carlos. "Tapi, nyatanya Bapak gak ada bukti 'kan? Bapak gak bisa ngehukum Charlaine tanpa bukti, ayo Cher," tegas Revano lalu menarik cewek manis itu cepat-cepat. Ia takut akan menghadiahi guru tengah baya gempal itu dengan pukulan di hidungnya.
"Makasih," gumam Charlaine pelan. "Apa, Cher? Gak kedengaran," hm, menjahili Charlaine mungkin pilihan terbaik. "Gak jadi," Charlaine membuang muka tak ingin menatap cowok tampan itu. Sementara itu, Revano terkikik pelan melihat pipi Cher sedikit bersemu merah.
"Iyap, sama-sama," jawab Revano sambil terkekeh lalu mengacak rambut Charlaine kemudian berlalu meninggalkan gadis itu.
See, bahkan kelakuan Revano dan Charlaine berbeda jauh dari kelakuan Revano dan orang lain. Hanya saja perempuan manis itu tak menyadari kelakuan Revano yang berbeda.***
Dengan terburu-buru ia memasukkan tangannya ke dalam saku rok untuk merogoh uang lima ribuan di saku rok maroonnya. Tch, ini bukan perkara mudah mengingat ia yang seperti dipepes. Baru akan mengambil es serut lima ribuannya, es tersebut telah raib dirampas orang lain.
Pundaknya ditarik dari belakang kemudian Revano dengan rambut coklat terangnya menampakkan diri, ia tersenyum lebar."Nih buat lo, gue tadi kasian liat elu ngantri trus gak dapet-dapet," Charlaine berdecih pelan kemudian meletakkan uang lima ribunya di depan jidat Revano kemudian memutar tumitnya ingin segera pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because of You
Ficțiune adolescențiKarena kamu, Revano jatuh. Jatuh cinta. Akankah kamu membiarkan dia jatuh lebih dalam ke pelukanmu? "Aku memang menolak awalnya, tapi, ternyata dia mampu membuatku lupa akan traumaku." -Charlaine Gienna Hearts- "Kami memang manusia dengan beribu ke...