3: First Mission

18 2 0
                                    

Pagi-pagi sekali, Revano pergi ke sekolah, bahkan ia melewatkan sarapan dengan kedua orang tuanya. Padahal hari ini menunya adalah nasi goreng kesukaannya, tapi demi Charlaine ia rela meninggalkan kebiasaanya itu.

Ia melajukan motornya ke daerah rumah Charlaine. Ia akan menjemput perempuan itu, langsung. Hoho, dan tentu saja bertemu dengan orang tuanya, ia menganggap dirinya akan melamar gadisnya itu, membayangkannya membuat ia tersenyum menggelikan.

Sampai di rumah Charlaine, ia memijit bel listrik di depan gerbang rumah Charlaine dengan tangan kurusnya. Setelah menunggu beberapa menit, wanita tengah baya keluar lalu menyunggingkan senyum manisnya. "Temennya Cher ya?" Revano mengangguk pelan.

Wanita tadi menyingkir dari gerbang dan membiarkan Revano dan motor sportnya masuk ke halaman luas rumahnya.

"Eumh, Tan, Chernya udah bangun belom?" wanita yang Revano yakini sebagai ibunya Charlaine menggeleng. "Lagian, kamu datangnya kepagian, masa jam lima lewat sedikit udah sampai disini? Oh ya, saya ibunya Charlaine, Vanessa." wanita paruh baya itu tersenyum ramah, sementara Revano tersenyum sopan.

"Oh, hehe, sorry, Tante," ia tersenyum bersalah. Vanessa mengangguk lalu mengajak Revano masuk ke rumahnya. Vanessa membuka pembicaraan setelah Revano terdiam sambil menyesap teh chammomilenya.

"Kamu bangunin gih, lantai 2 ya," Vanessa menyunggingkan senyum meyakinkan, ia malas membangunkan anaknya, lebih baik menyuruh pacarnya bukan? Ia yakin, pemuda ini tak berani mencelakakan anak semata wayangnya itu. Ia seribu persen yakin, karena, kelereng coklat pemuda anonim itu melembut setiap kali membicarakan Charlaine.

Ia terkekeh. Kalau William masih di sini ia yakin, ayah Charlaine itu akan sangat senang. Tentu, ia sangat menyayangi Charlaine karena, Cher adalah anak satu-satunya.

Tanpa Vanessa sadari Revano sudah melesat ke lantai dua. Revano mengetuk pintu bercat putih di hadapannya. Setelah sadar untuk apa dia mengetuk sementara pemilik kamar ini sedang tidur, ia masuk ke kamar bernuansa baby pink dengan paduan broken white itu.

"Charlaine, Cher," gadis itu menggeliat risih setelah Revano memanggilnya sambil menyingkap selimutnya layaknya seorang ibu yang membangunkan anaknya.

Charlaine akhirnya mengusap matanya perlahan sambil mengerang karena pendingin ruangannya dimatikan paksa oleh Revano.

Revano menatap lekat-lekat gadis tersebut. Gadis itu seakan enggan membuka matanya dan melihat dirinya yang tengah duduk di kursi belajarnya. "Charlaine," gadis itu akhirnya membuka matanya perlahan.

Mata nya mulai menangkap benda dari kursi belajarnya lalu, WHAT?! Revano ada dalam kamarnya?

Ia berdeham membenarkan suaranya yang serak akibat tidur. "Ehm, Kak Revano tau darimana alamat rumahku?" ia menaikkan sebelah alisnya. Merasa heran, sejak kapan Revano tau mengenai alamat rumahnya, sementara ia adalah orang yang tertutup.
Revano terkekeh. "Dari Aleena Azalea Emerlard," Charlaine menganga, sedetik kemudian ia menormalkan ekspresinya. Ia membulatkan mulutnya menjadi huruf 'O'. Ia terdiam beberapa saat kemudian menyadari ada yang salah.

What the hell, demi sempak Neptunus, dia berani masuk ke kamar gue, dan Mama ngijinin? Miring memang otak Mama.

"Okey, um, Kak Vano, aku mandi dulu," ia turun dari kasur tanpa melihat wajah Revano yang memerah. "Dia punya panggilan tersendiri buat gue," ia tersenyum menjijikan, rasanya menyenangkan jika doi punya panggilan sayang untuknya.

Dia tidak sadar itu bisa saja terjadi karena malas memanggil Revano karena namanya yang kepanjangan. Revano tersentak saat sebuah tangan melayang tepat di hadapannya, "eungh, Kak, boleh pergi sebentar, 'kan aku mau mandi," Revano mendapati Charlaine tengah memegang handuk dan seperangkat seragamnya.

***

Istirahat kedua dan saatnya pelaksanaan rencana pertamanya untuk merecoki hidup Charlaine. By the way, mulai besok dia akan selalu menjemput Charlaine, walaupun gadis manis itu sudah menolak halus ajakkannya.

"Gue ntar ngapain ya di perpus?" ia tampak berpikir keras hingga tak sadar sudah sampai di depan perpustakaan. Ia kembali mendorong pelan pintu coklat itu, kali ini Charlaine tampak menopang dagu dengan kedua tangannya.

Revano masuk ke ruang perpustakaan berusaha keras menghiraukan Charlaine. Sementara gadis itu menatap kosong ke arah peta yang tergantung di satu sisi yang berhadapan dengannya.

Charlaine menimbang-nimbang, apa sih yang sebenarnya terjadi pada Revano sehingga rela mengantarnya ke sekolah setiap hari. Ugh, kepalanya pening, ada baiknya ia merehatkan otaknya yang panas.

Duagh!

Suara hantaman yang Charlaine yakini sangat menyakitkan itu membuat kedua kelereng hitamnya siap siaga menangkap kejadian apa yang terjadi. Ternyata Revano memukul seorang cowok yang Charlaine baru ketahui namanya beberapa menit lalu. Harris.

"Gue 'kan udah bilang! Gue udah booking nih tempat sama Cher!" hei! Kapan Charlaine mengiyakan permintaan konyol pemuda bermanik coklat itu?

"Kapan gue setujunya, Kak?" tanya Charlaine datar setenang air. "Eungh, pokoknya, gue udah booking dan elu pasti denger," tukas Revano tak mau kalah. Charlaine memutar mata.

"Harris, mendingan lo duduk di tempat gue aja ya," Charlaine berdiri kemudian memilih berdiri di dekat jendela sembari memandangi tepat di jalan raya.

Baru beberapa menit melamun melihat ke jalan raya, Bu Jeanna menegurnya, "Cher! Kamu masa biarin aja, Revano dan Harris berantem hanya karena kursi?" oh my God. Demi apapun ini adalah kesalahpahaman!

"Dan lagi, kamu malah biarin banyak yang nunggu," Charlaine menggaruk tenggkuknya yang tak gatal. "Ma-maaf, Bu," ia menunduk memainkan tautan jemarinya, kebiasaannya jika takut dan gugup. Bu Anna menghela nafas lelah lalu berbalik untuk merapikan buku-buku yang tersimpan tak sesuai dengan raknya.

Charlaine menatap tajam ke arah Revano. Revano malah menatap sengit ke arah Harris yang menatap Charlaine bingung.

Charlaine berjalan dengan menghentak-hentakkan kakinya kesal. Ugh, ia kesal setengah mati dengan mahluk tampan itu!

"Misi pertama berhasil," gumam Revano pelan. Ia tak sadar jika Charlaine sedang melewatinya dengan jarak antara Revano dan Charlaine hanya 30 centimeter dan tentu saja Charlaine mendengar perkataan Revano walaupun hanya pelan.
Charlaine mengernyit.

"Misi apaan, Kak? Ngerecokin idup gue?" tembaknya tepat pada sasaran membuat Revano berjengit kaget mendengar suara Charlaine yang menyerapkan. Charlaine mengernyit tak suka.

Revano mendengus pelan. Sepertinya salah paham ini akan panjang buntutnya, apalagi ditambahi bumbu-bumbu dari Harris yang Revano yakini masih dendam dengannya setelah ia memukulnya sampai sudut bibir pemuda malang itu sobek.

Tiba-tiba Charlaine kembali melewatinya sambil membawa Harris. Samar-samar ia mendengar suara Charlaine yang mengatakan bahwa ia ingin membawa pemuda tadi ke UKS, setelah mendapat izin, Charlaine menyuruh Revano mengikutinya.

"Lo yang bonyokin dia, tanggung jawab!" gertak Charlaine yang tentu saja membuat Revano tersentak. Ia dengan ogah-ogahan akhirnya memapah Harris yang tampak lemah.

"Hei, Kak, Charlaine manis, gue jadiin pacar boleh kali ya?" ucapnya memanas-manasi Revano. Revano menggeram pelan mendengar ucapan Harris. Ia harus menahan diri agar tak menonjok wajah menyebalkan Harris dan menambah lebam di sekujur wajahnya.

Sesampainya di UKS, ia malah semakin panas melihat Charlaine mengobati Harris dengan perlahan. Revano mendelik kesal, kecemburuannya di ambang batas dan ia langsung meraih kain lain dan membungkus es batu di dalamnya.

"Cher, gue aja yang obatin," ujar Revano sambil menyeringai membuat mau tak mau, gadis ber-zodiak Gemini itu menyingkir. Revano memang tampak tampan jika menyeringai tapi juga seram di saat bersaman

"Aduh!" pekik Harris pelan membuat Charlaine mengerling ke arahnya. Tampak Revano mengobatinya dengan bar-bar membuat Charlaine meringis ngilu, tapi tak berani menegur seniornya itu. Konyol.

***

A/N:

Hellah, gue baliikk, dengan cerita abal-abal ini! (ga ada yang mau baca). Emh, sebenarnya ada niatan mengendap di hati supaya hapus nih cerita. Setuju?

Salam sehangat susu coklat dari Charlaine dan kawan-kawan!

Because of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang