Part 4

105 20 15
                                    

Convincing

Sebelumnya :

Tatapan itu seketika membuat nyali Desdemoni ciut. Apa yang akan ia lakukan? Oh bumi, telanlah aku sekarang juga, batin Desdemoni.

Pria itu hendak membuka mulutnya. Dan....

"Apa kau yakin?" tanyanya dan kembali membenarkan posisi duduknya semula. Desdemoni menghela napas yang sedari tadi tak disadari telah ia tahan.

"Kau tidak terlihat seperti orang yang suka menguntit, tapi tetap saja aku harus berhati - hati padamu." Akunya seraya melipat tangan di dada, tetap tidak menghilangkan tatapan curiga dari wajahnya.

"Kau bisa mempercayaiku, Tuan." Ia meyakinkan.

"Baiklah jika begitu." Ujarnya lagi, kini lebih tenang. Desdemoni menghela napas lega, ia sangat cemas jika pria ini memikirkan hal yang bukan - bukan tentangnya.

"Jadi, Tuan ehh.. Apa aku bisa mendapatkan pekerjaan?" Tanya Desdemoni setelah beberapa saat keheningan.

Pria itu mendongak. "Tidak." Ucapnya tegas.

Sekarang Desdemoni kembali cemas, ia sudah menunggu lama untuk ini dan yang ia dapatkan adalah kata 'Tidak.' Impiannya mendapatkan pekerjaan kandas sudah.

"Apa kau tidak bisa mempertimbangkannya lagi, Tuan? Kurasa aku memiliki cukup kemampuan untuk pekerjaan ini."

"Tidak. Tidak ada yang perlu dipertimbangkan. Aku tidak butuh kata cukup, aku butuh lebih. Walaupun kau memiliki kemampuan, tapi kau tidak memiliki pengalaman dalam pekerjaan." Ujarnya.

"Tapi, Tuan. Berikanlah aku kesempatan, aku yakin aku bisa." Ia berusaha meyakinkan pria itu. Ia harus mendapatkan pekerjaan ini. Harus.

"Sekali aku katakan tidak, tetap tidak. Dengan pengalamanmu yang tidak ada sama sekali sangat tidak mungkin aku memberimu pekerjaan ini." Katanya lagi.

"Kau bahkan belum memberiku kesempatan, bagaimana kau bisa tahu? Lagipula biarkanlah ini menjadi pengalamanku yang pertama." Ujar Desdemoni membalas perkataannya. Ia tidak akan menyerah sampai memang harus.

"Aku hanya tahu." Ucapnya. " Carilah pengalaman ditempat lain, kau kira perusahaanku tempat percobaan bagimu? Apalagi kau ceroboh, aku tidak akan membiarkan seseorang sepertimu bekerja padaku." Katanya tetap pada pendiriannya. Ia menatap Desdemoni serius dan suasana ruangan itu terasa sangat tegang.

Desdemoni merasa gusar sekarang, ia menatap pria itu dengan berang. Pria ini terus saja mengungkit kejadian kemarin, sungguh Desdemoni tidak sengaja melakukannya. Lagipula ia tidak sebodoh itu mau menabrak orang sembarangan. Dan lagi, hal itu tidak sepenuhnya kesalahannya, pria itu bisa saja mengelak saat mengetahui Desdemoni berjalan mundur.

"Hal tersebut tidak dapat dijadikan alasan, Tuan. Apalagi kau tak mengetahui apapun tentangku. Dan kejadian kemarin murni ketidaksengajaan." katanya menjelaskan.

"Tentu saja bisa." Ucap pria itu dengan tenang. "Keputusaanku sudah bulat. Kau tidak dapat mengisi pekerjaan ini."

Oh tidak! Desdemoni tidak bisa kehilangan pekerjaan ini. Ia merasakan dorongan untuk menangis, tapi ia telan rasa itu dalam - dalam. Ia tidak boleh mundur, sudah terlanjur sampai disini.

"Ayolah, Tuan. Kumohon berikan aku kesempatan, aku akan berusaha." Ia memelas.

"Sekali tidak tetap tidak." Ujarnya, ia bahkan tidak melirik ke arah Desdemoni.

"Sekarang keluarlah, tak ada yang dapat kau lakukan lagi disini." Lanjutnya, kemudian mengalihkan pandangannya kearah dokumen - dokumen diatas mejanya.

Lost And FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang