Part 3

146 33 23
                                    

The Job

Bolak balik Desdemoni dikamarnya, bersiap - siap untuk pergi melamar pekerjaan itu. Dipandang dirinya dikaca, ia menggunakan blouse yang ia temukan kemarin dan sebuah rok kain selutut berwarna hitam. Ia memoleskan make-up tipis. Ia terlihat rapi dan pantas. Diraihnya tas dan segala hal yang ia butuhkan, segera ia menuruni tangga menuju ke lantai bawah. Penghuni rumah sedang pergi, seperti biasa ia ditinggal sendiri. Untunglah, jadi ia tidak harus bertatap muka dengan mereka dan menjelaskan pada mereka kemana ia hendak pergi. Diliriknya jam, menunjukkan pukul 8:19 pagi. Masih banyak waktu untuknya sampai disana sebelum jam 9.

Desdemoni berjalan menuju pintu keluar, namun satu hal yang ia lupa, tidak mungkin ia melamar dengan hanya sandal jepit seperti itu. Ia tak memiliki sepasang sepatu yang pantas untuk dikenakan, dulu ia punya saat kuliah, tapi sekarang sepatu itu sudah kekecilan dan keadaannya pun sudah usang. Ia mengalihkan pandangannya kearah sepatu milik Lillian, sangat banyak sepatu bagus disana. 'Mungkin jika aku gunakan satu tak akan mengapa.' pikirnya. Diraihnya salah satu sepatu Lillian dan dicobanya. Benar saja, sepatu itu muat dikakinya, sepertinya ia memiliki ukuran sepatu yang sama dengan Lillian.

Keluar dari rumah, tak lupa ia mengunci pintunya. Inilah saatnya ia akan mencoba peruntungan dengan melamar sebuah pekerjaan. Semoga saja diterima. Kakinya mulai berjalan menyusuri blok - blok perumahan disana. Tak lama ia sampai didepan gedung besar itu, didorongnya pintu gedung tersebut dan masuk ke dalam. Matanya mengamati desain gedung itu, sangat megah dan mewah.

Arsitekturnya kokoh dengan tiang besar dan lampu besar nan cantik menghiasi diatasnya. Mata Desdemoni mencari - cari bagian resepsionis yang segera ia temukannya di sudut ruangan. Ia melangkah mendekati seorang wanita duduk disana, umurnya diperkirakan baru memasuki 30an.

"Permisi." Ucapnya pelan.

Wanita itu mendongak sambil menyunggingkan sebuah senyum. "Ya? Ada yang bisa saya bantu?" jawabnya.

"Saya ingin melamar pekerjaan. Saya melihat papan pengumuman diluar. Perusahaan ini sedang mencari seorang pegawai, bukan?" Tanya Desdemoni.

"Oh itu. Ya, kami sedang mencari pegawai."

"Saya ingin mengajukan lamaran pekerjaan. Saya sudah membawa berkasnya." Ia menyodorkan berkas yang ada ditangannya pada wanita itu.

"Oh, kau tidak perlu menyerahkan berkas itu padaku." Jawab wanita itu sambil menyodorkan lagi berkas itu pada Desdemoni.

"Kenapa tidak? Bukankah berkas ini yang dibutuhkan jika hendak mengajukan lamaran pekerjaan?" tanyanya lugu.

Wanita itu tersenyum. "Kau benar. Tapi kau tak perlu menyerahkannya padaku."

"Kenapa?"

"Berkas itu dapat kau berikan langsung pada CEO perusahaan ini. Ia sedang mencari seorang asisten pribadi. Jadi kau akan langsung diwawancarainya." Jelas wanita itu.

"Oh, begitu rupanya." Kata Desdemoni sambil menggangguk - anggukkan kepalanya. Wanita itu bangkit dari tempat duduknya dan membawanya ke ruangan CEO itu.

"Mari, aku antar kau ke ruangannya." Katanya. Desdemoni mengikutinya dari belakang, ia sangat gugup. Bagaimana jika Tuan itu tidak menyukainya? Ia pasti tidak akan mendapat pekerjaan. Ia mengira pekerjaan yang ditawarkan adalah pekerjaan pegawai biasa yang dengan mengajukan berkas, lalu menjalani serangkaian tes juga wawancara seperti yang dialami Lillian saat pertama kali mengajukan lamaran.

Wanita itu menyuruhnya duduk diruang tunggu. Diliriknya wanita itu, ia sedang mengatakan sesuatu kepada sekretaris disana sambil menunjuk ke arahnya. Sekretaris itu melayangkan padangannya kepada Desdemoni, lalu beranjak dari tempat duduknya dan pergi menuju ruang CEO perusahaan ini. Diketuknya pintu lalu menunggu jawaban sebentar dan kemudian ia masuk ruangan itu. Wanita tadi menghampiri Desdemoni.

Lost And FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang