Part 5

102 17 4
                                    

Unlucky

Desdemoni melangkahkan kakinya hendak keluar dari gedung itu dengan ringan sambil bersenandung kecil, ia tak bisa menghilangkan senyum bahagia yang terukir diwajahnya. Setelah peyakinan yang cukup lama namun akhirnya ia menang, ia mendapatkan pekerjaan itu.

Bicara tentang atasannya, siapa nama atasan barunya ini? pikir Desdemoni. Karena terlalu fokus meyakinkan pria itu, ia sampai lupa melihat papan nama yang terpajang diatas meja kerjanya tadi.

Desdemoni menepuk dahinya pelan. Sungguh, kenapa ia bisa sampai lupa melihat namanya. Ia merasa aneh karena sudah mendapat pekerjaan tapi nama bosnya sendiri tidak tahu. 'Ah sudahlah, besok saja melihat namanya, saat aku akan memulai pekerjaanku.' batinnya.

Ia mengingat lagi perdebatan panas yang ia lakukan dengan pria yang telah menyandang gelar atasan barunya itu, atau lebih tepatnya ia mengingat saat ia memandang Desdemoni lekat dan tepat di maniknya.

Mata itu indah sekali, ia bisa hilang didalamnya. Dan wajah pemiliknya pun tak kalah indah, rahang tegas dengan semburat rambut halus mengelilinginya dan hidungnya yang tinggi itu .... wanita mana tidak akan meleleh melihatnya? Apalagi ditambah dengan tubuh yang proporsional menambah nilai plus pemiliknya.

Andai saja pemiliknya tidak sedingin dan sekasar itu, mungkin Desdemoni akan jatuh cinta padanya, pikirnya. Tunggu dulu, apa?! Jatuh cinta?? Desdemoni pasti sudah gila bisa jatuh cinta dengan seseorang seperti dia. Ia menggeleng - gelengkan kepalanya seraya mengetuk dahinya perlahan, membuang khayalan bodoh dikepalanya.

Ia menghela napas. Tapi ia sangat senang luar biasa saat pria itu menerimanya menjadi asistennya, rasanya Desdemoni ingin berhambur padanya dan memeluknya se-erat mungkin hingga ia sesak napas, namun hal itu urung ia lakukan.

Jika benar ia melakukannya bisa dipastikan gelar asisten yang baru saja ia sandang akan hilang seketika. Tak akan pernah mau ia korbankan pekerjaannya.

Tak disadarinya seseorang dari kejauhan memandangnya menyelidik. Ia mendekati Desdemoni lalu menepuk pundaknya pelan.

"Desdemoni?" penggilnya.

Desdemoni merasakan tepukan pelan dipundaknya dan suara seseorang memanggilnya. Suara itu terdengar tidak asing ditelinganya. Ia menoleh lalu mendapati Lillian berdiri disana dengan raut wajah keheranan.

"Desdemoni itu kau? Apa yang kau lakukan disini? Bagaimana kau mengetahui tempat kerjaku?" ujarnya. Desdemoni terkesiap.

'Lillian... tapi tunggu dulu ... tempat kerja?' batin Desdemoni. 'O-oh.'

"Mengapa kau mengenakan pakaian rapi? Dan apa itu ... itu ... itu sepatuku!!" celotehnya dengan suara tinggi seraya melayangkan telunjuknya kearah kaki Desdemoni yang hanya bisa diam seribu bahasa.

Beragam pertanyaan dilemparkannya pada Desdemoni tanpa sempat dijawab. Dan tanpa disadarinya aksinya itu membuat beberapa pasang mata menoleh kearahnya. Wajahnya menunjukkan semburat merah yang menandakan pemiliknya sedang marah.

Menyadari aksinya, kemudian ia memandang keadaan sekitar dan melihat beberapa orang disana menatapnya dengan tatapan aneh. Segera saja ia menggamit pergelangan Desdemoni dan menyeretnya ke tempat yang lebih sepi disuatu sudut ruangan.

Dilayangkannya pandangan ke kiri dan ke kanan untuk memastikan tak ada seorangpun yang mengamati mereka. Lalu kembali ia menatap Desdemoni didepannya.

"Sekarang jelaskan padaku apa yang sedang kau lakukan?" tanyanya.

Desdemoni panik, bgaimana ini? Kenapa ia harus bertemu Lillian disini? Dan kenapa ia bisa bekerja disini? Apa yang harus kukatakan pada Lillian? Apa aku harus mengaku saja? Desdemoni membatin. Tangannya mulai dibasahi keringat dingin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 16, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lost And FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang