Chapter 7 - Elestra Seleana du Accrecia

17 1 2
                                    

pic by Mihaya

Part 1

Sang ratu berjalan di ke balkon kamar tidurnya dengan hanya menggunakan baju tidurnya. Walaupun musim dingin telah berakhir 2 bulan lalu, tapi udara masih sangat dingin pada malam hari. Tapi Elestra, sang penyihir es tidak pernah terganggu akan hal itu.

Bellato adalah ibu kota kerajaan Accrecia, kerajaan terbesar dan terakhir umat manusia. Disinilah pusat peradaban salah satu ras major benua ini. Dan Elestra adalah orang yang mempunyai wewenang tertinggi, dialah ratu Accrecia. Tak ada manusia yang berani berpikir untuk menentangnya, dia bisa membuat manusia terkuat tertunduk sujud di depannya hanya dengan tatapan. Setidaknya begitulah yang terjadi selama ini, sebelum dia bertemu dengan kelompok Sirbel yang di bawah oleh saudaranya, pangeran Ferrin.

Untuk pertama kalinya, selama dia duduk di singgasana ada orang yang berani dan well... tidak sopan di depannya. Elestra tidak pernah mengatakannya, tapi orang-orang yang dia temui sebelumnya terasa palsu dan membosankan. Kelompok Sirbel seperti harimau di kerumunan rusa, dan itu membuatnya tertarik. Itulah sebabnya dia memberi mereka tugas sebagai duta besar, dia masih ingin mengamati mereka. Penolakan mentah-mentah yang dilakukan oleh Kaze membuatnya amarahnya naik, hal yang cukup langka baginya dan itu membuatnya senang pada saat yang bersamaan. Begitu senangnya hingga dia tanpa sengaja mengeluarkan King's Sword miliknya, sebuah ultimatum. Sebuah order tak terbantahkan untuk bangsanya. Tapi walaupun begitu, walau begitu dia tetap berharap bahwa mereka tetap akan menentangnya. Dia akan memberi mereka apa saja, jika mereka berani menentangnya saat memegang King's Sword. Tapi, dia telah meminta hal yang tidak mungkin. Karena tak ada manusia yang bisa menentang 'Mist', sejak awal begitu dan akan tetap begitu.

Angin malam membangunkannya dari lamunan. Bulan masih bersinar terang, memantulkan cahaya ke rambutnya menghasilkan kilauan perak lembut. Seperti hal yang tak tersentuh. Ratu Accrecia, yang teragung, yang terindah, yang terkuat, takkan pernah tersentuh. Di puncak menara itu, ratu duduk sendiri. Walaupun dikelilingi oleh pengawal dan pelayan yang bersumpah setia kepadanya, yang akan melakukan apapun demi kebahagiaanya. Ratu... Elestra tetaplah sendirian.

Merasa puas melihat pemandangan kota, Ratu berbalik untuk kembali ke tempat tidurnya. Besok akan sama seperti hari ini, dan besoknya juga akan begitu. Dia harus melewati siklus tanpa akhir ini. Atau begitulah yang dia pikirkan...

"Bukannya terlalu cepat bagimu untuk tidur? Nona Elestra?"

"hm?" Elestra berbalik ke arah balkoni tempat dia berdiri tadi, sumber suara itu berada.

Seorang lelaki berdiri disana. Sesuatu yang tidak mungkin di istana yang di jaga oleh ratusan pengawal.

Lalu tanpa peringatan terlebih dahulu...

"HMMPPHHH!!!"

Mulutnya disumbat dan kepalanya ditutup dengan bungkusan dan semuanya menjadi gelap.

Part 2.

"Maafkan aku jika tidak sopan. Tapi bukankah yang kita lakukan sangat berbahaya?! Belum terlambat untuk berbalik tuan!"

Elestra terbangun masih dengan pandangan gelap karena kepalanya terbungkus kain hitam dan mulut masih tersumpal.

"Ayolah Enthar, jangan bilang kau lebih penakut daripada Eru!" Kaze menyindir sambil menggendong ratu yang terikat dan disumbat.

"Siapa bilang aku penakut?!"

"Kalau begitu diam dan ikuti saja, seperti Eru." Sirbel menjawab dengan santai sedikit di depan.

Empat orang berlari menjauh dari istana di tengah malam dengan salah satu dari mereka menggendong wanita terpenting di kerajaan Accrecia. Dengan bantuan Ferrin, rencana Sirbel berjalan dengan lancar. Tidak ada satu pun pengawal kerajaan yang mengejar mereka.

EldunariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang