Chapter 8 - War

12 2 0
                                    

illustration by SA' Yuki

Part 1 – Lokasi: Medea

Arya berdiri di depan gerbang akademi Medea. Tempat dia menetap selama 26 tahun, waktu yang sangat lama bahkan untuk seorang elf. Dia melihat seseorang berlari ke arahnya, Faram, instruktur sekaligus master gladius itu tergesa-gesa.

"Kenapa kau tidak mengatakan apa-apa sebelum pergi?" kata Faram, masih mengatur nafasnya.

"Aku tidak ingin merepotkan kalian.." Kata Arya tersenyum

"Demi dewa Arya! Hal terakhir yang bisa kau lakukan adalah merepotkan kami!"

Kata itu sedikit meringankan hati Arya. Faram sudah menjadi temannya selama 10 tahun, dia tahu Faram peduli dengannnya. Dan hal itu membuatnya semakin enggan meninggalkan tempat itu.

"Terima kasih, Faram. Aku akan mengingatmu. Sampaikan salamku pada yang lain."

"Arya..." Faram menatap kepergian wanita elf itu tanpa berkedip.

"Aku akan menyuratimu begitu aku sampai di Arendel!"

Faram terus menatap kepergian Arya sampai akhir walaupun Arya tidak berpaling sama sekali. Dia sudah menyukai Arya saat dia masih remaja. 10 tahun hanya menjadi teman dan menatapnya dari jauh terasa cukup untuknya, setidaknya hingga saat ini. Kepergian Arya membuatnya menyadari kecintaannya padanya. Semua gadis yang pernah dekatnya, semua gadis yang pernah mematahkan hatinya menjadi sepele.

Seseorang lalu menepuk pundaknya dari belakang. Itu Halin, master Thief.

"Kau boleh menangis sekarang..."

Seperti mantra para penyihir, kata dari temannya itu mengatifkan aliran air asin dari kedua matanya. Lelaki itu menangis berdiri. "Arya... Arya... Arya..." ucapnya sambil berusaha menutup matanya dengan lengan kanan. Dia mencintainya.

Part 2 – Lokasi: Bellato

Ruang singgasana Accrecia dipenuhi dengan orang-orang yang konsultasi, seperti hari-hari sebelumnya. Raja berkewajiban untuk mendengarkan keluhan-keluhan rakyatnya setiap hari, dan diharapkan untuk menyelesaikan masalah mereka. Pada umumnya mereka meminta keputusan raja untuk pilihan mereka, meminjam kebijaksanaanya. Kadang-kadang juga ada rakyat yang meminta bantuan langsung, biasanya berupa sumber daya jika terjadi wabah atau bencana alam.

Sesuatu yang berbeda dari hari-hari sebelumnya adalah bahwa tak ada Ratu disini. Menurut berita yang tersebar di seluruh Bellato, yang mulia ratu sedang melakukan perjalanan kerajaan karena suatu hal. Pangeran Ferrin untuk sementara waktu diberikan kuasa penuh untuk menggantikannya, dibantu dengan para dewan. Itulah sebabnya, tak ada yang menduduki kursi singgasana kali ini. Ferrin duduk di kursi yang lebih kecil di samping kursi ratu, mendengarkan keluhan rakyat Accrecia. Ferrin melalukannya hingga sore setiap hari.

"Yang Mulia, itu tadi adalah pemohon terakhir kita." Kata Gallahad yang berdiri tegak di samping Ferrin.

"Eh? Oh... sudah sore ya?"

"Yang Mulia, jika anda merasa tidak baikan aku memberitahukan para dewan untuk mengistirahatkanmu besok."

"Ah, aku tidak merasa aneh kok. Hanya saja..."

"Hmm?"

"Aku sekarang tahu betapa hebatnya Elestra dapat melakukan ini semua."

Gallahad tersenyum mendengarnya, lalu menjawab "Well... dia adalah kakakmu yang mulia."

Mereka berdua lalu meninggalkan ruang singgasana yang juga masih ditempati dengan para pengawal, setia menunggu hingga sesi konsultasi selesai.

"Aku penasaran apa yang sedang dilakukan Elestra sekarang."

EldunariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang