GLIOBLASTOMA

733 48 3
                                    

"Tidak ada hal lain yang membuat hatimu sangat hancur, ketika melihat orang yang kau cintai menderita. Aku jadi tahu bagaimana dalam drama selalu saja ada tokoh yang ikut bahagia jika orang yang dicintainya bahagia. Walau mereka tidak bersama"

---..---
So Hyun

-Kamar Rawat Inap, Samsung Medical Center-

"Argh...." tiba - tiba ia mencabut jarum infus dengan sekenanya.

Ceceran darah dimana-mana. Keadaan kamar pasien ini sudah tidak karuan. Berantakan. Aku sudah tak tahan dengan kelakuan Sehun. Selama ini sebenarnya aku sudah mengetahui penyakit Sehun. Emosi berlebih memang salah satu efek dari penyakitnya.

Aku harus mendampinginya. Akupun mengajukan mutasi ke rumah sakit ini. Hanya aku dan Kak Suho yang mengetahui apa yang terjadi dengan Sehun. Selama ini, aku hanya dapat melihatnya dari balik jendela. Aku mencoba setegar mungkin. Tapi, aku sudah tidak tahan lagi...

Aku kuatkan niatku. Aku melangkah pasti. Ku dorong kenop pintu kamar rawatnya, belum saja aku masuk ke arah kamar tersebut. Seseorang pria yang aku kenal mendahuluiku, berjalan ke arah Sehun dengan yakin dan menamparnya.

"Plak...." terdengar perih di telinga.

"Papa....."

Ku lihat dengan jelas papa Sehun menahan nafas. Bukan karena marah, ia sangat sedih. Bagaimana bisa anak satu-satunya ini memperlakukan Papanya seperti ini.

"Apakah kau hidup sendiri di bumi? Kau anggap apa papamu ini" tanya ketus Papanya.

"Setidaknya kau mesti bersama seseorang yang membantumu. Kalau kau tak menganggap papamu ini"

"Seseorang" senyumnya miris.

"Pa, aku bisa lihat bagaimana Papa menghapus kesedihan kehilangan Mama dengan melalang buana dengan pekerjaan budak itu"

"Aku tak mau, Papa seperti itu lagi. Aku tak mau papa sedih"

"Aku mohon...." pinta Sehun memelas, ia terduduk di pinggir ranjangnya sambil memegang pipi kirinya- masih terasa sakit.

Tubuh papanya itu jatuh melemas. Deru nafasnya mulai mengendur. Dan seketika itu pula, Sehun dengan jelas menatap diriku dibalik tubuh papanya. Rona wajahnya berubah seketika.

"So Hyun"

Hatiku bergetar. Sesak sekali. Aku ingin menangis. Rasanya aku ingin mendekapnya, mengobati segala kesedihannya selama ini. Tapi....aku terlalu takut untuk menggerakkan tubuhku.

Dan dia datang mendekap. Aku hanya diam. Diam yang berat.

---..---

Aku duduk di sudut taman rumah sakit. Kupandangi seragam perawatku yang terkena darah Sehun tadi.

"Glioblastoma. Tepatnya Hemangioma. Awalnya diketahui stadium tiga di Rumah Sakit Narita, Jepang. Operasi tak mungkin. Letaknya menempel pada syaraf dan pembuluh darah. Kau tahu bukan. Apalagi ia menolak terapi pada waktu itu. Ia datang padaku sudah dengan gejala gangguan syaraf. Karena massa tumor itu sudah menekan luas" jelas dokter Kim yang kebetulan saudara sepupunya itu.

Aku tahu secara teori penyakit ini sebagai perawat. Salah satu penyakit mematikan. Sekelebat aku jadi teringat. Sehun sering kelelahan, pilek yang ternyata itu bukan pilek biasa tapi cairan otak atau cerebrosphinal yang keluar dari hidungnya. Epitaksis atau mimisan atau keluar darah dari hidungnya. Muntah ketika pagi hari dan menyembur seperti proyektil yang menandakan ada gangguan pada kepalanya. Pingsan, sering melakukan kesalahan pada tangan dan kakinya. Maka tak heran, di artikel majalah itu. Sehun jatuh di belakang back stage, atau pingsan ketika pemotretan.

NEVER LET ME GOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang