TAKDIR

561 48 1
                                    

"Tapi wanita adalah makhluk verbal mereka selalu butuh kepastian yang diucapkan secara langsung"

---..---

So Hyun

1 tahun kemudian.....

Aku sedang sibuk membereskan kamar rawat Sehun. Aku tumpuk beberapa novel yang selesai ia baca ke box hijau sudut kamarnya. Ku lihat tanaman kaktus yang bertengger di dekat jendela selama setahun ini, sudah mulai berbunga. Warnanya begitu cantik. Merah dengan perpaduan kuning. Kontras dengab warna hijau kaktus. Aku suka sekali.

Saat ini Sehun sedang berkonsultasi dengan tim dokternya di ruangan kak Suho. Perkembangan kesehatan Sehun sudah terlihat lebih baik. Pipinya mulai menggempal. Kemoterapi tahun lalu juga menunjukan kemajuan. Itu berkat niat dan semangat melawan penyakitnya.

Cklekkkk.......

"Sudah selesai, Bagaimana hasil konsultasimu?" tanyaku antusias pada Sehun yang baru saja masuk ke dalam kamar rawatnya.

"Ah Hyun, aku mengantuk. Nanti saja ya... Oh ya...aku ingin sekali makan Yummy Ice Cream...Ingin sekali?" rajuknya dengan muka imut.

"Nanti aku pesankan khusus ke tuan Kim, yang coklat asli tanpa siklamat dan penambah cita rasa ya" terangku menjelaskan es krim sehat.

Apa yang dikonsumsi Sehun selama satu tahun ini memang sangat aku jaga. Karena dia, sampai - sampai aku berguru dengan ahli gizi. Bukan itu saja dengan psikolog, kak Suho dan tim dokter spesialis tumor.

Diet nutrisi dilakukan ketat sekali. Makanan yang menyebabkan tumor berkembang, kami stop menjadi menu Sehun. Semua jenis makanan yang junk food tidak dikonsumsi olehnya sama sekali.

Pada dasarnya manusia terlalu banyak mengkonsusmsi zat makanan yang sifatnya asam. Sedangkan yang di butuhkan ph (tingkat keasaman) netral pada tubuh kita. Maka mengkonsumsi makanan yang sifatnya basa menjadi begitu penting seperti wortel dan jeruk lemon. Kalau dipikir –pikir makanan itu seperti obat tapi dapat juga seperti racun.

Tok...tok...terdengar suara ribut dari balik pintu. Aku dan Sehun sejurus menoleh ke arah pintu.

"Ibu...Ayah...Tuan Oh..." kataku sambil tertegun.

---..---

"Ibu dongengkan aku ya....Legenda sepatu merah : The Wizard of OZ" pinta Sehun pada ibuku - yang tidak biasa.

"Kenapa kau memilih dongeng anak perempuan" protesku.

"Aishhh..."

"Karena aku mencintai sepatu merah yang kita beli di Gangnam itu. Mirip bukan dengan dongengnya" tambahnya dengan penjelasan aneh.

"Mana ada hal begituan? Sepatu merah. Sehun. Ah...Aku akan membeli es krim untukmu, sekalian mengambil pakaianmu di rumah. Ibu Ayah dan paman aku pamit ya..." ujarku beranjak pergi.

Ayah dan Ibu mengangguk pelan. Ibu mulai membacakan dongeng dari buku dongeng Sehun yang dikirimkan fansnya. Ada-ada saja. Papa Sehun dengan sayang mengelus- ngelus rambut Sehun.

"Hyun!" teriaknya.

"Ada apa lagi!" aku baru saja ingin menyentuh kenop pintu sejurus membalikkan badan.

"Tidak jadi. Hati-hati di jalan!" jawabnya membuatku penasaran.

Kemudian tersenyum. Aku tak tahu apa maksud senyum itu. Tapi itu senyuman yang membekas.

---..---

Sehabis pulang dari rumah, aku berjalan ke arah taman Koizora. Sudah ku bawa dalam tas, pakaian ganti Sehun.

NEVER LET ME GOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang