2

81 8 7
                                    

I'll be here patiently waiting -
I won't give up, Jazon mraz.

Author's Pov

"Lo hebat van, itu kejadian udah 3 tahun lalu tapi lo masih hapal dengan baik. Jadi itu alasan lo nolak gio van?" Kini diandra angkat bicara.

Yang ditanya hanya diam. Hening sejenak.

" Jangan ngomong gitulah di. nolak? Emang dia ada bilang suka sama gue? Nggak kan?" Akhirnya vania menjawab.

"Astaga, gue tau kok van, lo itu cewek peka. Seantero jagat juga tau gio suka sama lo" Esa yang duduk di samping gista akhirnya juga ikut nimbrung bicara seputar giovan-- nama yang di berikan oleh gista. Untuk gio dan vania. Katanya dia adalah salah satu orang yang mendukung mereka berpacaran, dia shipper nya giovan.

" Tapi si vigo itu sweet banget, gue jadi vania bakal susah move on juga" gista tiba - tiba tidak membela shipper nya itu.

" Biasanya lo juga dukung gio sama vania ta" Esa cemberut merasa tak di dukung pacarnya.

Semenjak mereka pacaran, Esa memang jadi sok manja pada gista. Tapi masih dalam tahap wajar, karena jika tidak, diandra dan vania tidak akan mengizinkan gista mengajak pacarnya untuk ikut bersama mereka sekarang.

Mereka berempat kini sudah pulang dari sekolah dan ada di cafe dekat sekolah. Seperti biasanya.

"Udahlah, gue masih bisa nunggu vigo disini. Gue udah bilang sama dia bakal nunggu. Gue nggak mau mengingkari apa yang udah gue bilang" Vania menjawab santai

" Emangnya lo yakin si vigo melakukan hal yang sama kayak lo van?" Celetuk Diandra tiba - tiba. Yang bisa dikatakan agak menyakitkan.

" Gue setuju sama Diandra. Mending lo sama Gio. Kasian kan sahabat gue lo anggurin" Esa lagi - lagi ikut campur.

"Apasih lo sa, mentang - mentang gio sahabat lo, lo jadi bela - bela dia terus" vania mulai merasa risih gara - gara perkataan Esa.

" Tapi mereka bener juga sih van. zaman sekarang, lo tau kan cowok kayak apa? Gue juga dulu nggak peduli sama apa yang orang lain bilang. Gue tetep percaya dan lo liat? Ngenes bro" kata gista. Yang terdengar lebih ke curhat.

" Nah, akhirnya lo sadar ta. Van, lo nggak pernah berpikir kayak lagu nya peterpan?" kata Esa

" Apasih sa? Lagu apaan?" Sekarang vania sudah benar - benar malas menghadapi Esa.

Esa mulai berdehem untuk pertanda akan memulai lagunya.

Gista, diandra, dan vania hanya menatap Esa dengan tatapan mending-lo-diem

tapi percuma saja, karena Esa sama sekali tidak mengerti arti tatapan mereka bertiga.

"Mungkin saja kau bukan yang dulu lagi, mungkin saja rasa itu telah pergi........" suara nyanyian Esa yang bisa dikategorikan tak bernada.

" Esa..." kata Diandra, Gista, dan Vania kompak.

Esa pun hanya nyengir dan menghentikan konser solonya.

" Ah, udahlah. Pokoknya gue bakal tetep nungguin vigo. I'll be here patiently waiting" kata Vania mantap.

"Okelah, terserah lo van" kata Esa menyerah.

" Tapi, lo masih keep contact kan sama si vigo itu?" Tanya diandra

"Jarang sih, lewat email aja" jawab vania jujur.

" Udah 2016 kali van, lo nggak komunikasi lewat line, skype atau apalah itu? " tanya gista tak percaya.

"Iya, dia katanya sibuk disana kan. Terus dia emang pengen kita nggak liat muka masing - masing selama 3 tahun ini. Ya gue kan nurut aja" jawab vania dengan muka - muka polos.

" Ya ampun, banyak maunya banget sih pacar lo, eh iya, sebenernya status lo apa sih sama si vigo itu van?" pertanyaan diandra kali ini memang kelewat menyakitkan

"Nggak tau, waktu itu kan gue nggak pacaran sama dia. Cuma tau perasaan masing- masing aja." Raut wajah vania kini mulai berubah muram

" Sorry van, gue nggak maksud buat lo sedih. Gue cuma nggak pengen lo nunggu sesuatu yang nggak pasti van. Gue tau nunggu itu nggak gampang" kata diandra dengan nada penyesalan.

" Iya, santai aja di. Gue tau lo pengen yang terbaik buat gue. udahlah, bahas topik lain aja" kata vania mencoba memecahkan keheningan sejenak akibat perkataan diandra tadi.

"Gio! Sini bareng kita" Esa tiba - tiba melihat gio yang baru masuk ke cafe dan mengajaknya duduk bersama mereka.

Vania mulai salah tingkah. Aneh, setiap vania menatap mata gio, pandangan mata itu seolah meneduhkan. Membuat vania ingin terus menatap mata itu.

Itulah penyebab mengapa vania agak menghindar bila bertemu dengan gio. Rasa aneh itu mengganggu vania.

Gio tersenyum dan ikut duduk bersama mereka berempat.

Akhirnya obrolan mereka berlanjut dan berubah haluan ke lagu - lagu yang sedang hits dan baru saja dirilis. Sontak vania begitu antusias. Vania seorang Kpopers. Dia begitu antusias saat menceritakan tentang boyband idolanya, Exo merilis album baru mereka.

" Gue seneng banget, akhirnya Exo rilis album juga. Gila, keren banget, asli! " kata vania menggebu - gebu. Yang dijawab dengan ekspresi datar oleh yang lain. Wajar, karena mereka tidak begitu menyukai aliran musik vania.

Hanya gio yang tersenyum dan ikut bicara.

" Iya, lagu - lagu nya keren . Gue suka yang one and only" kata gio yang sukses di hadiahi tatapan lo-suka-kpop? Oleh yang lain.

Gio pun hanya garuk garuk kepala. "Kenapa? Gue mengikuti semua aliran musik kok. Gue suka kpop, slow rock, EDM, apapun itu, kecuali keroncong"

vania tertawa mendengar kalimat tadi.


Kita ulangi, vania tertawa.


vania tertawa oleh ucapan tak bermutu gio tadi? Oh, dia harus sujud sungkem pada Ibunya. Ini pasti berkat Ibunya Gio yang selalu mendoakan kebahagiaan anaknya.

Senyum itu, tawa lepas itu. Sungguh, dunia terasa lebih hidup bila gio bisa mendengar dan melihat kedua hal itu setiap harinya.

" Apasih selera lo mah yang cowok - cowok joget joget sambil nyanyi gitu," kata Esa setelah vania selesai tertawa.

" Namanya juga soal selera. Kan semua orang beda - beda sa" kata gio membela vania

" Bener tuh, dengerin si gio" kata vania lalu berhigh five bersama gio.

"Eh cie yang bela gebetannya. Eh cie yang seneng dibelain" goda Esa.

" Apaan sih lo sa" kata vania cemberut.

Tiba - tiba ponsel vania berdering, pesan masuk dari papanya. Dia diminta cepat pulang.

"Gue duluan nggak apa - apa kan? di suruh pulang nih" kata vania

" Iya, udah sore juga. Kita pulang aja sekarang" kata gista yang disetujui oleh semuanya.

" Inget besok kerja kelompok jam 9 pagi di rumah gue ya guys" kata diandra.

"Siap komandan" kata vania sambil melambaikan tangannya pada gista dan diandra.

" Sip" kata gista sambil berlalu memasuki mobil Esa.

Hanya tinggal diandra dan gio yang ada di tempat parkir.

" Gio, gue tau soal perasaan lo ke vania" kata diandra tiba - tiba

****

Mohon kritik dan saran

I'm Great In WaitingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang