Chap 3

63K 5.5K 284
                                    

Al tidak bisa menghentikan senyum bahagianya. Dalam waktu kurang dari satu minggu dirinya akan menginjakkan kaki di Barcelona dan kariernya sebagai model internasional akan semakin terbuka lebar.

Sebenarnya, dalam hati Al sangsi jika dirinya akan tetap bisa menjadi model. Apalagi ultimatum yang sudah dikeluarkan ayahnya bahwa dia harus menjalankan perusahaan keluarga.

Al mendengus pelan. Begini rasanya jadi anak sulung. Banyak tanggung jawab yang harus ditanggungnya. Terutama menyangkut kelangsungan Bramastya Group. Ayahnya adalah anak lelaki satu - satunya, jadi semua bisnis keluarga dipegang oleh ayahnya karena bunbun Kinannya menolak mengurusnya. Bukannya lepas tangan, tapi memang sebagai anak perempuan, bunbunnya itu tidak bisa sering - sering pergi ke luar kota atau luar negeri karena ada anak dan suami yang harus diurusnya.

"Al, Sayang, bisa antar Bunda?"

Al menoleh mendapati ibunya yang masih terlihat cantik itu dan tersenyum. "Bunda mau kemana?"

Al sangat mencintai bundanya. Jika dia bisa melakukan semua hal yang diperintahkan bundanya, dia akan melakukannya. Sama seperti ayah dan adik - adiknya yang juga sangat mencintai bunda. Sang bunda adalah ratu dirumah mereka dengan empat abdi yang selalu melindunginya dan mematuhi perintahnya.

Al selalu suka melihat bagaimana ayahnya begitu mencintai bundanya. Dari cara ayahnya menatap, berbicara, dan tersenyum dengan bundanya, Al tahu seberapa dalam cinta mereka. Dan Al selalu iri akan hal itu. Hingga saat ini dirinya belum menemukan wanita yang membuat Al yakin bahwa she's the one. Semua perempuan yang menjalin hubungan dengannya tak pernah bertahan lama. Karena itulah julukan player melekat erat didirinya. Baginya yang penting dia tak sampai 'meniduri' gadis - gadis itu. Satu hal itu tidak akan dia lakukan hingga dirinya menikah nanti.

"Antarkan Bunda ke rumah onty Naya ya?"

Senyum dibibir Al lenyap seketika.
Pergi ke aunty Naya, berarti akan bertemu gadis manja dan tak pernah mau kalah itu. Dan Al selalu sebal pada gadis itu. Apalagi kalau bukan karena sikapnya yang manja setengah mati pada ibunya itu. Bagi Al, aunty Naya adalah aunty kesayangannya. Al sudah dekat dengan Naya sejak dirinya masih sangat kecil dan sering dititipkan di cake shop bunbunnya. Lalu tiba - tiba saja gadis kecil itu datang dan 'merebut' aunty kesayangannya. Setiap Al ke cake shop dan mencari auntynya, dia tak pernah menemukannya. Lalu setelah dirinya mulai besar tahulah dia jika auntynya menjadi bunda dari gadis kecil yang sering datang ke cake shop itu.

Al bukannya membenci gadis bernama Harper itu. Dia hanya...entahlah, bagi Al gadis itu terlalu manja dan terlalu bergantung pada ibunya. Al tidak suka gadis manja.

"Pak Hardi kemana, Nda?"

Bunda cemberut menatapnya. "Bunda ingin kau yang antar. Apa kau sibuk?"

Al tidak pernah bisa berbohong pada bundanya. Sejak kecil, Opanya selalu bilang kalau bohong itu dosa. Apalagi bohong pada bundanya, dosanya bisa berkali - kali lipat besarnya.

"Tidak, Nda, aku..."

"Bagus! Ayo antar Bunda sekarang!" Bundanya bersemangat sekali sambil menggandeng tangannya keluar kamar.

Al menghela napas pelan. Dia bukannya tidak tahu rencana orang tuanya terutama ayahnya untuk 'menjodohkan' mereka. Ini semua gara - gara ayah dan obsesinya dengan anak perempuan. Al bisa melihat bagaimana ayahnya menyayangi Harper. Cara memandangnya sama dengan caranya memandang bunda.

Bukannya Al berpikir ayahnya tak sayang padanya dan adik -adiknya, bukan itu. Al tahu ayahnya sangat mencintai anak - anaknya, hanya saja caranya menyayangi Harper berbeda. Bahkan ayahnya terlihat lebih menyayangi Harper daripada keponakannya sendiri.

The Journey Of Love: Harper - AldrianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang