Chap 5

53.4K 5.3K 358
                                    

Harper terbangun dari tidurnya karena merasakan adanya turbulensi. Badannya gemetar, tapi sepasang lengan itu memeluk tubuhnya erat dan membisikkan kata, "tidak apa - apa, Quinn. Aku disini menjagamu."

Harper memejamkan kembali matanya dan memeluk tubuh itu dengan erat hingga guncangan itu berhenti tidak sampai satu menit kemudian. Harper kembali membuka matanya dan menatap sabuk pengaman yang entah kapan sudah terpasang dibadannya. Dia mendongak dan mendapati Al tersenyum padanya. Sebuah senyum yang tak pernah lagi hadir sejak bertahun - tahun lalu.

"Are you ok?" Tanyanya lembut. Lagi - lagi nada suara yang sudah lama hilang.

Harper menyadari wajahnya memanas. Dia mengangguk dengan salah tingkah dan melepas tangannya yang sejak tadi memeluk Al. Dia mendengar Al terkekeh disebelahnya.

"Lepas sabuk pengamanmu!" Perintahnya kemudian.

Harper menoleh padanya dan mengerutkan dahinya. Al menaikkan alisnya dan mengisyaratkannya untuk melepas sabuknya.

"Untuk apa?"

"Aku mau tidur."

"Apa hubungannya denganku?"

"Ck! Tadi kau tidur dipelukanku. Sekarang gantian aku yang tidur dipelukanmu."

Harper melotot. "In your dreams!"

"Quin, jangan mau menang sendiri! Ayolah, aku butuh tidur. Sebentar saja."

"Tidur di kamar saja sana!"

Al menggeleng keras kepala. "Aku mau disini."

Harper tetap pada pendiriannya dengan tidak melepas sabuk pengamannya.

Al berdecak dan mengulurkan tangannya melepas sabuk pengaman Harper.

"Hei, apa yang kau..."

"Diam! Aku mengantuk. Berjam - jam aku menjagamu tidur tahu!" Potong Al sambil memposisikan dirinya berbaring di pangkuan Harper.

Harper mengomel panjang pendek, tapi tetap saja Al tertidur pulas tak lama kemudian.

Harper mengembuskan napas pelan dan menatap Al yang bernapas dengan teratur. Matanya melirik gelas kopi, dan makanan yang masih utuh dihadapan mereka. Dia meraih gelasnya dan mulai meminumnya.

Matanya kembali melirik Al. Dia sudah mengenal Al hampir seumur hidupnya. Al kecil yang selalu berebutan perhatian dari ibunya. Al kecil yang mendorongnya dari tangga. Al kecil yang menganggunya setiap hari dengan permintaan maafnya. Lalu Al yang mulai berubah. Al yang tidak lagi baik. Al yang dingin. Al yang galak. Dan Al yang menyebalkan seperti sekarang ini.

Lelaki ini sebenarnya baik. Dan terutama, dia sangat menyayangi bundanya dan mommynya. Harper tahu dia sangat penurut pada bundanya. Walaupun mungkin dia tak suka, dia akan melakukan apapun perintah bundanya.

Memang bukan salah Al jika dia menjadi seperti ini padanya. Itu salahnya. Dia ingat bagaimana Al selalu mengekorinya. Bahkan saat Harper masuk sekolah, dia rela pindah sekolah hanya agar mereka satu sekolah. Harper risih. Dia tak pernah dekat dengan orang lain selain ayah dan mommynya. Dia tak pernah punya teman. Entahlah, dia selalu takut memulai pertemanan. Dan keberadaan Al membuatnya sangat tidak nyaman. Hingga sore itu.

Saat itu, Harper kelas satu SMP dan Al kelas tiga. Karena mereka satu sekolah saat sekolah dasar, ayahnyapun memasukkan di sekolah yang sama dengan Al saat SMP.
Sore itu, hujan turun dengan sangat deras. Harper terlambat pulang karena Pak Hadi terjebak macet. Dia menunggu dengan kesal didepan sekolahnya. Sudah dua jam dia menunggu. Perutnya lapar dan dia kedinginan. Lalu tiba - tiba Al muncul dari arah kelas tiga. Anak - anak kelas tiga baru saja selesai pendalaman materi.

The Journey Of Love: Harper - AldrianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang