Harper tak bisa menyembunyikan rasa kagumnya. Tempat ini luar biasaaa. Sebuah rumah mungil dipinggir pantai. Pantai yang bisa ditempuh hanya dengan membuka pintu. Dia sungguh tidak menyangka jika Spanyol seindah ini.
Harper berlari menuju pantai. Dia selalu menyukai laut. Dulu, saat dia kecil, sang ayah sering mengajaknya ke pantai. Dia dan ayahnya akan asyik membuat istana pasir, dan ibunya pasti akan menghancurkannya hingga sering membuat Harper kesal. Dulu saat ayahnya mengajaknya kemari, seingat dia belum ada rumah mungil itu. Pantainya pun tampak berbeda.
Harper mengamati sekelilingnya, rasanya memang ada yang berbeda. Rasanya dia belum pernah melihat pantai ini. Dia bukan tipe anak yang mudah lupa. Dia tidak merasa mengenal tempat ini. Dia baru akan menyusuri pantai lebih jauh saat Al berteriak memanggilnya.
Dia berdecak sebal. Lelaki itu selalu saja mengganggu kesenangannya.Harper berlari masuk rumah, celana panjangnya yang basah meneteskan titik - titik air dilantai. Dia baru akan protes pada Al karena lelaki itu mengganggu kesenangannya, sebelum matanya menangkap orang lain disana.
Lelaki berambut gondrong ikal dengan wajah khas pria Spanyol. Dada Harper berdebar saat mata tajam itu menatapnya.
Ini aneh. Tidak seperti biasanya. Biasanya setiap melihat orang asing, dia akan merasa tidak nyaman. Tapi dengan lelaki ini, rasanya ada sesuatu yang membuatnya nyaman.
"Miss Sandjaya?" Suaranya terdengar seiring senyum menghias wajah tampannya.
Harper refleks ikut tersenyum. Senyum lelaki tampan itu menular.
"Panggil saja aku, Harper," Harper mengulurkan tangannya.
"Namaku Enrique. Aku manager di resorts ini."
"Jadi kau yang mengurus resorts ini selama ayahku tidak disini?"
Enrique kembali tersenyum. "Ada beberapa dewan direksi. Aku hanya manager. Kita akan bertemu mereka besok."
Harper menaikkan alisnya. Jadi besok dia sudah harus bekerja?
Enrique tertawa kecil. "Kau tidak akan langsung bekerja besok. Kau hanya perlu berkenalan dengan dewan direksi dan setelah itu kau free."
Harper tersenyum lebar. Dia masih ingin bermain dipantai lebih lama lagi. Dia belum ingin bekerja.
"Okey, sampai bertemu besok, Enrique!" Harper melambai dan kembali berbalik, bersiap kembali ke pantai. Rasanya dia tidak bisa berdiri lebih lama lagi di hadapan Enrique. Ada sesuatu dalam diri lelaki itu yang membuatnya merasa...entahlah, perasaan yang asing baginya.
"Quin, istirahatlah. Kau masih punya banyak waktu untuk bermain." Al mencekal lengannya, mencegah untuk kembali keluar rumah.
"Tidak mau!" Harper menyentak lengannya dan menjulurkan lidahnya pada Al, lalu berlari keluar meninggalkan rumah.
Harper sudah lama sekali tidak ke pantai. Dan pantai ini serasa pantai pribadinya. Karang - karang yang kokoh berdiri di kanan kirinya seolah menutup akses dengan bagian lainnya. Pasirnya yang putih terasa begitu lembut dikakinya yang telanjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey Of Love: Harper - Aldrian
General FictionSpin off Babysitter Matre Tersedia di Karyakarsa Aldrian Aillard Bramastya mengenal Harper Quinina Sandjaya sejak ia masih kecil. Gadis kecil cengeng dan menyebalkan yang telah merebut perhatian Aunty-nya. Namun, siap sangka, ketika dewasa Aldrian j...