Jason
Aku sedang dibuat bingung oleh Kayla sejak ia berkata bahwa ini adalah pertemuan terakhirku dengannya.
Kayla
Sungguh, aku minta maaf, Jason. Can I say it again? Mungkin aku membencimu, Jason Savarion. Tapi jauh di lubuk hatiku, aku selalu ingin bersamamu. Karena aku merasa nyaman di dekatmu.
-Yang diatas ⬆cuma iseng aja, abisnya sedih, kesel, kecewa, tiap kali baca nama Jason-
-Come back to story-Aku sedang bertemu dengan Jason di sebuah kafe bernuansa Jepang itu saat kubilang ini adalah pertemuanku yang terakhir dengannya.
Ia mengernyitkan dahinya sedalam mungkin untuk mencerna perkataanku.
"Tapi," katanya kemudian. "Mengapa bisa...?""You have your heart in Soraya, right?" tanyaku. Kali ini aku memberanikan diri menegaskan kata-kata, walaupun di setiap tegasan kata-kata itu, aku dibuat pilu olehnya.
"Aku pernah bercerita padamu, bahwa aku bukan pacar Soraya!" teriaknya dengan tegas sambil memukul meja. Sekarang tatapan semua orang yang berada di kafe ini menuju ke arah mejaku. Jason berdeham dan orang-orang langsung kembali beraktivitas.
Aku menahan air mataku sendiri di tempatku duduk. "Aku tak peduli kau pacar Soraya atau bukan, tapi yang jelas Soraya sudah mengancam reputasi universitasku apabila aku mendekatimu terus!" Aku balas berteriak. Matanya membelalak.
Tanpa pikir panjang, aku lari sambil menangis keluar dari kafe itu diikuti oleh Jason. Aku terus menerus berlari menyusuri sungai indah itu.
"Kayla!" Suaranya pecah begitu saja di telingaku, seperti membuatku ingin bunuh diri saja. Akhirnya aku berhenti berlari setelah mencapai ujung sungai. Boleh juga kemampuanku berlari, mungkin tahun depan setelah lulus kuliah, aku bisa meminta Mrs. White mendaftarkanku ke marathon. Aku menggelengkan kepala. Napasku tersengal sehingga aku harus berusaha untuk mengatur napas.
Tiba-tiba Jason memeluk tubuhku dari belakang dan aku berada nyaman karenanya. Tangisanku makin tumpah saat Jason mempererat pelukannya. Lalu Jason memutarkan tubuhku untuk menghadap ke arahnya. Aku menenggelamkan wajahku di dada Jason. Hangat sekali.
Setelah aku merasa cukup tenang, Jason mengantarku untuk duduk di salah satu bangku. "Kau merasa baikan?" tanyanya. Aku menggeleng. "Aku tak akan pernah merasa baik hingga kau pergi dari hidupku," sahutku. "Memangnya kau sangat ingin aku melakukan hal itu?" tanyanya. Aku mengangguk lalu kemudian menggeleng.
"Tidak untuk sekarang. Dan tidak untuk selamanya. Karena aku butuh berada di sisimu."
Jason mengecup ujung kepalaku, lalu berkata, "Andai saja aku adalah werewolf, aku telah menandaimu sebagai mate-ku untuk selamanya sekarang juga." Dia tersenyum--walau aku tak dapat melihatnya, aku bisa merasakannya. "Dan," katanya. "Aku tak mau melihatmu menangis, Kay. Aku akan menempelkan bibirku di bibirmu jika kau menangis lagi." Aku hanya mengangguk.
Sungguh, bukan hari yang indah, karena aku akan mendapat masalah besar setelah ini.
***
Keesokan harinya, aku dipanggil oleh Mrs. White dan aku tahu, pasti Mrs. White akan menceramahiku lagi setelah ini.Aku mengetuk pintu kerja beliau dan mendapati beliau sedang berkutat hebat dengan laptop dan setumpuk kertas berwarna hijau itu. "Ada apa Miss memanggilku?" tanyaku kemudian.
Mrs. White menengadah ke arahku (karena aku masih belum disuruh duduk olehnya 😂). "Kau masih bertemu dengan Jason?" tanya Mrs. White. Aku ragu untuk menjawabnya, karena kemarin aku berduaan bersama Jason di tepi sungai. "Tidak," jawabku santai seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Mrs. White mengangguk dan menyuruhku keluar.
![](https://img.wattpad.com/cover/72411573-288-k558546.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MOON, MAGIC, AND YOU
LosoweHIATUS (dimungkinkan tidak diupdate lagi) --- Semuanya berawal ketika seseorang mengubah takdir kehidupan Kayla Collins yang tadinya biasa saja menjadi luar biasa dikarenakan Kayla harus membunuh orang yang mengubah takdir kehidupannya. Saat inilah...